BAB 4

1K 35 0
                                    


Sekitar pukul 06.48 Melisa sudah tiba di sekolahnya, tepatnya sudah di kelasnya.

"Cieee cieeeee!!" Tedy berteriak dengan nada meledek, menyambut kedatangan Melisa. Cewek itu jelas kebingungan sendiri disambut seperti itu, apalagi ditambah tatapan penuh artinya Fakhrul, dan juga tatapan 'tak bisa diartikan'nya Andi.

"Ada apa?" tanyanya pelan, masih kebingungan. Ia menaruh tasnya di kursi sambil menatap heran ketiga cowok itu bergantian.

"Cieee cieeee, yang kemarin lagi kencan, cieeee," ledek Tedy lagi, kali ini lebih jelas arahnya kemana. Melisa sempat melongo tak paham, namun sedetik kemudian langsung terperanjat kaget.

"Lo tau darimana??"

"Ohh, jadi betul, nih?" tanya Fakhrul cepat, lalu melanjutkan usil meniru Tedy. "Cieee.."

Melisa tak menggubris godaan Fakhrul. Ia masih penasaran pada makhluk di sampingnya ini. "Elo tau darimana??"

Tedy mengangkat-angkat kedua alisnya. "Ada, deehh..." jawabnya sok rahasia sambil melirik Andi sekilas penuh arti. "Cieee cieee, ternyata Melisa punya pacar yaa."

"Ih, serius, dong!!" Melisa meninju pelan lengan kiri Tedy, kesal. "Elo tau darimana?? Kok lo bisa tahu?? Tahu dari Widya ya??" tebaknya segera. Karena yang tahu perihal kemarin kan hanya Renni dan Widya, dan kalau harus menuduh pelaku di antaranya, ya sudah pasti Widya. Tak mungkin Renni, karena Renni tak punya keahlian mulut bocor, apalagi bocornya ke Tedy cs.

Tedy hanya angkat bahu sambil senyum-senyum, tak lupa kembali memainkan alisnya. "Ciee cieee."

"Ih!" Kesal, Melisa kembali meninju lengan Tedy, kali ini tak ampun dengan sangat keras, sekuat yang ia bisa. "Rese lo ya! Terserah, deh!" gerutunya, mulai ngambek. Ia tak peduli lagi pada cowok itu, dan dengan kesal mulai mengeluarkan satu persatu bukunya. Sebenarnya ia tak terima dituduh kencan karena menurutnya kemarin itu sama sekali bukan lah kencan! Tapi entah bagaimana Tedy cs ini sepertinya sudah mulai salah mengartikan dan pastinya mereka berpikir si Abang itu adalah pacarnya! Ugh! Tau darimana sih, mereka? Masa iya, Widya?? Awas ya tuh anak, mulut bocor!

Tiba-tiba Melisa merasakan getaran di bagian pinggang kirinya. Di sana adalah letak saku roknya, tempat ia biasa menaruh ponsel. Masih dengan perasaan agak kesal, ia merogoh saku roknya untuk mengeluarkan ponsel itu.

Bambang...

Melisa mngernyit melihat nama itu tertera di layar ponselnya yang berkedip-kedip.

Iya, Bambang adalah si Abang yang ia akhirnya jumpai kemarin itu. Mereka memang tukaran nomor kemarin, dan itupun karena Bambang yang meminta.

"Hh..." Dengan agak malas Melisa menekan tombol jawab dan menempelkan ponsel itu ke telinganya. "Halo.."

"Halo, Cha..!" sapa suara riang di sana, suara cowok tentunya.

Melisa mendesah malas. "Iya, kenapa?"

"Lagi ngapain?"

"Gak lagi ngapa-ngapain.. lagi di kelas aja, duduk.. kenapa?"

"Ya nggak apa-apa. Kangen aja.. Emang gue nggak boleh nelpon ya?"

Dih! Apaan sih, nih, cowok? Belum apa-apa sudah ngomong kangen aja. Melisa menyeringai jijay tanpa kentara.

"Nah lo sendiri ngapain? Emang nggak masuk kelas? Gue bentar lagi mau masuk, nih."

"Belum. Gue juga paling bentar lagi bel."

"Oh.." Melisa hanya meng-O ria karena sudah malas menanggapinya. Tak tahu juga mau bicara apa.

"Cha.. bentar.. kit ^&$#&*... ya..^&^?"

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang