BAB 12

475 32 0
                                    


Melisa meletakan foto-fotonya bersama Adi di atas ranjang secara berjejer. Mulai dari mereka SD, sampai mereka SMA. Diperhatikannya lama sebuah foto yang sudah agak kusam. Dalam foto itu, nampak segerombol anak dan yang paling depan adalah Melisa dan Widya yang sedang mencekik Adi. Melisa sangat ingat malam itu. Waktu itu mereka masih kelas 6 SD... Kebetulan saat itu Widya dan Renni menginap di rumah Melisa, dan... oh ya, waktu itu hari Minggu. Saat itu Melisa punya kamera baru yang dibelikan ayahnya, Widya pun minta difoto-foto genit seharian. Dari pagi sampai malam mereka main dengan kamera baru. Teman-teman sekomplek akhirnya jadi pada tahu soal kamera itu dan pada datang minta difoto. Melisa agak lupa sedikit kejadian malam itu kenapa ia dan Widya dalam posisi mencekik Adi. Waktu itu yang mengambil foto adalah Renni, kalau tak salah, karena Renni tak nampak dalam foto itu. Oh.. sepertinya Melisa ingat. Waktu itu, cowok itu mengatakan sesuatu yang menjengkelkan Widya dan dirinya. Adi meledeknya dengan seorang cowok di kelas (zaman itu Melisa sering diceng-cengin sama cowok itu), membuat Melisa jengkel. Sementara Widya, Melisa tak ingat apa yang Adi katakan padanya hingga membuat gadis itu jengkel juga, tapi ya tak heran, kapan sejarahnya sih apapun yang keluar dari mulut Adi tak membuat Widya marah? Kompak, akhirnya Melisa dan Widya mencekik cowok itu bersamaan, tak serius tentunya, walau benar-bener sedang jengkel. Dan ternyata Renni langsung mengabadikan momen itu dengan kamera.

Cowok ini sudah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun. Tapi, bisa-bisanya Adi mengakui hubungan mereka dari persahabatan menjadi pacaran....

"Kenapa harus gitu sih, Di?" tanya Melisa lirih. Ia benar-benar kecewa dengan Adi.

Teringat lagi perbincangannya dengan Widya dan Renni tadi sore. Kedua sahabatnya itu mendengar gosip yang sama dan mempertanyakan kebenarannya pada Melisa, karena mereka sendiri tahu kalau yang diberitakan di mading itu tak benar.

"Tapi, kalau benar, berarti nggak heran dengan sikap Adi belakangan ini ke elo!" tukas Widya. "Itu berarti kemarin-kemarin itu dia beneran cemburu sama Tedy. Kalau dicocokin nih sama cerita lo, dia marah gara-gara Tedy ngantar lo pulang, dia gak suka dibohongin. Tapi, itu sebenarnya dia cemburu. Kalau benar dia suka sama lo, ya berarti udah, masuk akal semuanya...."

Renni sendiri masih nampak tak percaya. Masa sih, ternyata Adi selama ini punya perasaan seperti itu pada Melisa?

Di antara mereka tak pernah ada yang menyangka, apalagi Melisa.

Melisa menutup mukanya dengan kedua tangan. Ya Tuhan, kenapa harus begini sih, Di.... Kenapa lo harus punya perasaan yang seperti itu ke gue? Gue udah nganggap lo sahabat baik gue, bahkan sudah seperti kakak laki-laki.

Senada cinta bersemi di antara kita..

Lagu ringtone Rossa melantun. Melisa segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja belajar.

"Hallo?" tanya Melisa tanpa melihat nama si penelepon.

"Mel..."

Mendengar suara itu, Melisa pun hendak memutuskan hubungan.

"Mel... jangan dimatikan. Please!!" seru Adi cepat membuat Melisa urung melakukannya. "Dengarin gue dulu. Gue minta maaf. Suer... bukan gue yang bilang kalau elo dan gue pacaran."

"Tapi, jelas-jelas itu nama elo yang sedang di wawancara! Adi. Itu masih nama lo kan?" ketus Melisa.

"Iya, tapi, Sumpah....! Gue nggak pernah ngomong gitu. Ini semua kerjaan anak 'The Gentle'. Mereka yang nyebarin gosip.... Dan pakai nama gue..." Suara Adi agak kelu, membuat Melisa sedikit luluh.

Melisa berpikir sejenak. Sebenarnya kalau dipikir-pikir ia tidak punya alasan untuk tidak mempercayai Adi. Mereka sudah temanan sejak kecil. Dan Melisa tahu banget bagaimana Adi.

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang