BAB 42

490 46 6
                                    


Ps: sesuai dengan request untuk next cepat, maka saya next cepat. Tapi jangan salahkan saya ya kalau hasilnya mengecewakan :p

Terima kasih banyak buat yg selama ini setia dan suka sama cerita ini (walaupun gaje banget ceritanya). Komen saran dan kritik kalian tetap selalu saya nantikan, demi kemajuan saya untuk menulis lebih baik lagi 😊

===

"Huaaaah..." Melisa menarik napas lega setelah meneguk sebotol air mineral. Ia dan Andi baru saja menunggang kuda sepuas mungkin. Sekarang mereka duduk istirahat di tempat istirahat yang tersedia di situ.

Melihat Melisa tersenyum ceria, membuat Andi ikut tersenyum. Ia memang selalu paling suka melihat wajah Melisa yang tersenyum ceria seperti itu, seolah menutupi rasa bersalahnya saat dulu melihat wajah Melisa yang mendung ketika mereka putus dulu.

Tahu-tahu Melisa menoleh pada Andi, memperhatikan gelang lumba-lumba putih di pergelangan tangan kiri cowok itu.

Andi menatap gadis itu tanya.

"Btw, An, nama siapa yang lo tulis?"

Andi mengernyitkan kening, sejenak tak mengerti pertanyaan Melisa. Gadis itu pun segera mengarahkan matanya ke gelang Andi itu, dan sedikit memajukan bibirnya, memberi petunjuk apa gerangan yang ia maksud.

Andi ikut melihat ke gelangnya. "Ohh..." Beberapa detik cowok itu diam termangu, tapi kemudian menyahut. "Mau tahu? Ada, dehhh," guraunya usil.

Melisa yang tadinya sudah mengangguk semangat, langsung memajukan bibir kian ke depan, cemberut. Dasar Andi, suka bikin orang makin penasaran. Sebenarnya Melisa juga ingin tahu siapa cewek yang disukai Andi sekarang. Bukan karena apa, sedikit harapannya cewek itu adalah Icha, semoga.

"Pelit," gerutu Melisa, masih cemberut.

Andi hanya tertawa, senang bisa mengusili gadis itu. "Elo sendiri, tulis nama siapa?" tantang Andi balik.

Melisa melirik ke gelangnya, lalu balik melirik Andi. "Ya elo kasih tahu gue dulu, baru gue kasih tahu!"

"Nggak mau. Kasih tau dulu, siapa yang lo ukir di gelang lo?" Andi tidak mau kalah.

"Ih," kata Melisa dengan nada jengkel. "Lo tuh ya, kalem-kalem tapi nggak mau kalahan juga orangnya. Gue kasih tau kalo lo ngasih tau."

"Ya, elo dulu."

"Ih, kan gue yang nanya duluan!"

"Pokoknya kasih tahu dulu," balas Andi santai.

"An..." desak Melisa. "Kan gue yang duluan nanya."

"Lady's first."

Melisa makin manyun. "Huh, kata-kata basi," semburnya. Andi hanya terkekeh.

Melisa tidak menggubris Andi lagi, tapi menatap kuda-kuda yang ada di ujung. Mendadak ia merasa tertarik dengan kuda putih yang tadi ditungganginya. "Wih, An..tuh kuda keren ya. Bisa jungkir-balik!!" seru Melisa sambil menunjuk kuda putih itu.

"Hah?" Andi keheranan mendengar ada kuda jungkir-balik, lalu menoleh ke kuda yang ditunjuk Melisa. Saat itu juga tangan Melisa menyambar gelang Andi.

"Eits!" seru Andi yang sigap menjauhkan tangannya dari cengkeraman Melisa, membuat cewek itu terjerungkup ke atas tubuhnya.

"Hah?" Tedy melongo melihat hal itu dari belakang tanpa sepengetahuan Andi dan Melisa.

Melisa buru-buru bangkit dengan muka cemberut. "Pelit banget sih lo, An! Kok lo jadi pelit gini sih? Dulu perasaan elo nggak kayak gini orangnya.."

Andi cuma mencibir. Melisa akhirnya menyerah, lalu bangkit. "Huhh..." rutuknya. "Eh, An...gue mau balik, lo mau balik, nggak?"

Andi mikir. "Hm.. Gue di sini dulu aja, deh. Elo duluan, gih."

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang