Misi Hari Ke Tujuh

26 3 2
                                    

"Apa yang kau lihat tidaklah sama dengan apa yang kau pikirkan!"

"Ya begitulah Jul. Sekarang kamu udah tau kan siapa cewek yang sering ketemu sama Jevin." Juli hanya mengangguk-angguk setelah mendengar cerita Naya tentang mantan Jevin.

"Jadi itu penyebab dia berubah sama aku. It's okay gak papa." Juli berbalik menghadap Naya, "sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku pamit ya Nay,"  Naya mengiyakan Juli.

Juli langsung pergi meninggalkan kamar Naya.

Naya beranjak dari duduknya menuju jendela kamarnya yang langsung menghadap ke taman kecil buatan mamanya. Pikirannya terus tertuju pada Jevin, tentang tatapannya, tatapan yang di berikan Jevin untuknya. Tatapan yang tak bisa Naya artikan. Dan jantungnya, kenapa jantungnya selalu berdetak kencang saat matanya menatap mata Jevin.

Naya mengarahkan tangannya ke dadanya, merasakan detak jantungnya yang berdetak. Jantungnya semakin berdetak kencang kala wajah Jevin menyeruak masuk kedalam otaknya, menampakkan wajah Jevin saat menatap Naya dengan senyum terukir dibibirnya. "Kenapa dengan jantungku ini," gumam Naya.

********

Jevin duduk ditaman dekat rumah Naya, hari ini dia ingin bertemu dengan Naya. Entah keberapa kali ia melihat jam tangannya, pandangannya ia edarkan ke sekeliling taman, tapi sosok yang di tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Kemana sih si Naya?" gumam Jevin.

"Dibelakang kamu." Ucap pemilik suara yang di tunggu-tunggu Jevin.

Jevin menoleh ke arah Naya, Naya berjalan menghampirinya dan duduk disampingnya.

Jevin menatap Naya, "Sejak kapan lo dibelakang gue?"

"Sejak tadi, oh ya, ada urusan apa kok ngajak ketemuan?"

"Ini gue mau, gue mau ngajak lo ke suatu tempat."

"Kayaknya setiap kamu ketemu aku, pasti ujung-ujungnya ngajak ke suatu tempat dan hampir semuanya nggak kamu kasih tau tempatnya." Jevin tertawa,
Naya hanya menatapnya heran. "Ada yang salah ya,"

"Nggak kok. Lo tuh ya kalau ngomong pasti betul. Hahaha...."

Naya melirik kesal pada Jevin. "Aneh," gumamnya.

"Ayok ikut gue Nay," Jevin langsung berdiri dan menggandengnya.

******

"Nah, sampai," Jevin turun dari mobilnya.

"Taman karnaval," Ucap Naya menatap kearah Jevin.

"Yup, masuk yok," Jevin langsung berjalan masuk ke area taman karnaval yang dipenuhi dengan banyak permainan.

Naya mengikuti Jevin masuk.

"Jev, naik itu yuk," Ucap Naya sambil menunjuk Keranjang cinta yang sedang memutar melingkari jalur yang sudah dibuat.

"Boleh juga," Ucap Jevin.

Mereka menaiki keranjang cinta. Jevin menatap Naya yang sangat antusias menaiki Keranjang cinta itu. Terukir senyum dibibirnya tanpa ia sadari. Dan entah kenapa hatinya ikut senang saat melihat Naya senang seperti saat ini.

Ia merasa dunianya yang sangat ia rindukan telah kembali. Dirinya hanyut dalam wajah Naya yang tampak begitu terang menerangi hatinya yang telah lama menggelap. Matanya seakan tak mau berpaling dari wajah Naya yang masih antusias melihat kebawah sana.

"Hey," Suara Naya membuyarkan lamunan Jevin. Ia segera memalingkan matanya dan melihat sekeliling dengan salah tingkah. "Kok ngelihatnya kayak gitu banget. Norak ya aku?"

"Eh, enggak kok. Perasaan lo aja kali." Ucap Jevin tanpa menoleh pada Naya.

Keranjang cinta berhenti berputar, Jevin dan Naya keluar dari keranjang itu.

Naya kembali berkeliling mencari permainan yang menarik untuk di coba. Jevin hanya mengikutinya tanpa protes sedikit pun. Toh, dia lah yang mengajak Naya kesini.

Hari itu Naya dan Jevin sangat senang karena telah mencoba hampir semua permainan disana. Tawa bahagia masih melekat di wajah Naya dan jevin saat mereka meninggalkan taman karnaval itu.

"Gimana, seneng kan?" tanya Jevin ke arah Naya, Naya tersenyum ke arah Jevin sambil mengangguk.

Jevin melajukan mobilnya menjauh dari taman karnaval itu. Hampir seharian ia bersama Naya, dan sekarang, malam telah kembali datang tanpa mereka sadari karena terlalu asik bermain.

"Capek juga ya," kata Naya sambil mengibaskan tangannya.

"Nggak kerasa ternyata udah malam." Ucap Jevin sambil menyetir mobilnya, Naya mengangguk. "Ini hari terakhir misi lo sama Juli kan."

"Iya juga ya," ucap Naya, ia baru ingat bahwa hari ini adalah hari terakhir misinya, dan merupakan hari yang paling di tunggu-tunggunya. Tapi kenapa hatinya seakan tak mau misinya ini berakhir. Entah ada apa dengan hatinya.

"Gue masih boleh ketemu sama lo kan."

"Boleh lah." Ada rasa bahagia saat Jevin bertanya seperti itu.

"Oke deh," Naya dan Jevin tersenyum. Entah apa yang mereka rasakan saat ini.

Mobil Jevin terus melesat menembus kegelapan kota.
Jevin menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Naya. Naya turun dari mobil.

"Mau mampir dulu?" Tawar Naya pada Jevin.

"Mungkin lain kali aja deh, udah malem." Ucap Jevin."gue pulang ya" Jevin melambaikan tangannya dan kembali melajukan mobilnya. Naya menatap kepergian mobil Jevin hingga tak terlihat lagi.

"Juli...." Naya tertegun saat melihat Juli berdiri di ambang pintu rumahnya.

Naya tersenyum ke arah Juli. Juli berjalan menghampirinya dengan tatapan marah.

"Aku nggak nyangka kamu bisa kayak gitu Nay," Juli langsung pergi meninggalkan Naya yang masih berdiri mematung karena sikap Juli yang ia sendiri tak tahu sebabnya.

**************

Jevinaya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang