Misi Hari Kelima dan Keenam

29 3 1
                                    

Misi hari Ke Lima

"Melihat sisi lain dari dirinya.
Benarkah  itu dia."

Naya duduk termenung di kursi taman dekat rumahnya. Pikirannya berkeliaran entah kemana, matanya menatap kosong jalanan dekat taman.

"Sendirian." suara berat yang muncul dari samping Naya membuatnya hampir terlonjak karena kaget.

"Eh, kamu. Ngapain disini?" ucap Naya pada Jevin yang ternyata sudah duduk disampingnya.

Jevin tersenyum menatap Naya. "Tadi gue lewat sini, habis dari rumah Juli. Terus gue lihat lo duduk sendiri disini, jadi ya gue samperin aja."

"Oh gitu." Naya kembali ke kegiatannya semula.

Jevin menatap Naya yang melamun menatap langit di atas. "Cantik juga ya lo kalau di perhatiin." ucap Jevin spontan tanpa di pikirkan dulu. Naya langsung beralih menatap Jevin.

"Kamu tadi bilang apa, sorry aku nggak denger."

"Lo cantik,"

Naya menyipitkan matanya. "Gombal aja kamu,"

"Bener kok. Gue nggak gombalin lo." ucap Jevin lalu tersenyum ke Naya, begitupun sebaliknya.

"Lo masih ngelanjutin misi lo sama Juli?" Naya mengangguk. "Sekarang ikut gue yok." Naya menatap Jevin seakan bertanya kemana. "Udah nggak usah banyak mikir. Gue nggak bakal ngapa-ngapain lo kok. Tenang aja." Ucap Jevin, membuat Naya tersenyum kearahnya.

******

"Danau?" Ucap Naya saat ia turun dari mobil dan yang ia lihat adalah danau.

Jevin menatapnya. "Ya, Danau."

"Kenapa kesini?"

"Setiap kali aku kesini, Aku selalu merasa hatiku begitu damai." Ucap Jevin tidak seperti biasanya. Matanya menatap lurus danau yang terhampar luas di hadapannya. Matanya seakan menerawang apa yang ia rasakan.

"Kamu adalah temanku, maka dari itu aku ingin mencurahkan semua yang ada dihatiku, layaknya seseorang berkeluh kesah pada temannya."

Naya menatap wajah Jevin yang masih lurus menatap danau.

"Ceritalah, aku akan mendengarkan."
Jevin menatap Naya sekilas.

"Danau ini memberikanku kenangan yang tak akan pernah kulupakan. Kenangan yang membawaku menjadi seperti ini. Aku tidak menyalahkan kenangan itu, aku hanya menyayangkan sikapku yang tidak bisa menerimanya. Aku terlalu takut untuk melupakannya, dan itu semua berimbas pada diriku yang sulit untuk menerimanya." Jevin menghentikan ucapannya sejenak, matanya kembali menerawang jauh dalam hati. "Hatiku sangat sulit menerima kehadiran Juli dihatiku."

"Tapi kenapa? Juli sangat mencintaimu, kamu juga mencintai Juli, mungkin itulah yang kulihat saat kamu ada di pesta Juli saat itu."

"Cinta, aku tidak mencintainya. Aku hanya menganggapnya tidak lebih dari adikku. Ayahku memperkenalkanku dengannya, aku tidak punya pilihan lain untuk tidak menerimanya. Ayahku memintaku untuk mencoba menerima Juli sebagai jodoh pilihan ayahku. Aku mencoba menerimanya sebagai teman dekatku lalu aku ingin lebih dekat dengannya dengan harapan aku bisa belajar mencintainya. Tapi semua itu tidakklah berjalan seperti apa yang aku minta. Semakin aku dekat dengannya, hatiku semakin menolak kehadirannya. Entahlah apa yang terjadi padaku."

Naya terus menatap Jevin tanpa arti, di dalam sana sudah menumpuk berbagai macam pertanyaan untuk Jevin tetapi tidak mungkin untuk Naya utarakan satu persatu.

"Kamu lihat danau ini," Jevin menunjuk danau di depannya, Naya mengikuti telunjuk Jevin mengarah. "Di danau ini hatiku mulai tertutup untuk yang namanya cinta. Karena danau ini aku kehilangan seseorang yang sangat aku cintai melebihi apapun. Dia meninggalkanku dan semua itu adalah salahku" Jevin kembali menatap Naya yang masih menatap danau di depannya.
"Ah sudahlah, toh semua itu sudah terjadi. Maaf aku terlalu banyak bercerita kepadamu." Ucap Jevin kepada Naya.

Jevinaya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang