Kehilangan

18 3 1
                                    

"Kamu adalah penyebab utama diriku menjadi seperti ini."

Jevin menatap hampa danau di depannya dengan sesekali melempar kerikil kecil ke danau.

Danau ini adalah saksi cintanya mulai tumbuh untuk Naya. Naya, gadis yang ia cintai, dan mungkin juga adalah gadis yang selama ini ia cari. Naya, kenapa juga harus ia yang menjadi pemilik hatinya.

Jevin mengacak rambutnya frustasi, dia telah kehilangan Naya, dia telah kehilangannya. Hidupnya tak ada artinya lagi tanpa Naya disampingnya, walaupun mereka sendiri tak pernah saling mengutarakan isi hati mereka, tapi Jevin sangat yakin, Naya juga mencintainya.

Jika saja waktu bisa ia putar, ia lebih memilih tak pernah bertemu dengan Naya, malam itu. Malam yang mulai merubahnya, sedikit demi sedikit tanpa ia ketahui, ia mulai membuka pintu hatinya untuk Naya. Gadis sederhana, entah apa yang ia sukai dari gadis itu.

Kali ini Jevin melempar kerikil dengan sangat keras, melampiaskan semua emosinya lalu membuangnya bersama kerikil yang ia lempar ke danau.

"Aku nggak bisa Nay," ucap Jevin lirih saat otaknya kembali berputar kejadian dimana Naya memintanya balik ke Juli. "Aku nggak bisa Nay, aku nggak bisa sama Juli." ucap Jevin, kali ini lebih terdengar menyakitkan.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini?" ucap seseorang dari belakang Jevin.

Jevin spontan menolehkan kepalanya dan hanya menatap sekilas orang itu.

"Aku nggak tahu Nan," jawab Jevin, hampit tanpa suara.

Nanda lantas menghampiri Jevin dan duduk disampinya.

"Udah 2 bulan kamu kayak gini terus. Kalau pun kalian jodoh, tuhan pasti akan mempertemukan kalian lagi."

Jevin hanya mendengar ucapan Nanda tanpa mau merespon ataupun menatap Nanda.

"Jalani hidup kamu seperti semula, jangan jadi kamu yang sekarang kayak gini. Aku yakin kamu bisa."

Nanda menepuk halus pundak Jevin untuk memberinya semangat.

Nanda tahu benar bahwa Jevin mencintai Naya melebihi apapun walaupun ia tahu sendiri, pertemuan dan kebersamaan Jevin dan Naya bisa di bilang sangat singkat.

Namun tak ada yang tahu kapan cinta itu tumbuh dan hidup di hati yang merasakannya. Sesingkat apapun waktu, jika cinta berkata dia, maka dia lah cinta.

Cinta, cinta, dan cinta. Satu kata berjuta rasa. Rela melakukan apa saja demi cinta meskipun nyawa taruhannya. Dan kesakitan adalah efeknya.

Kini diantara mereka sudah tak ada lagi suara.

Menikmati suasana danau sore itu adalah pengalih sementara dari perbincangan mereka. Menikmati pikiran-pikiran mereka masing-masing. Entah apa yang mereka pikirkan.

*****************

Jevinaya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang