Caraku

18 3 1
                                    


"Ini adalah caraku untuk dekat denganmu lalu mengikatmu menjadi millikku, hanya millikku."

Sudah seminggu ini dan hampir setiap hari Jevin datang ke kantor Naya tanpa maksud yang jelas.

Dan hari ini, hari ke 7 Jevin datang ke kantor Naya, dengan setelan jas coklat tuanya dan rambut yang ia sisir kebelakang, ia berjalan dengan penuh kepercayaan menuju ruangan Naya membawa buket bunga tulip yang sangat indah. Ia mulai mengetuk pintu dan seperti biasa, tanpa perintah masuk, ia langsung membuka pintunya.

Sedikit tercetak senyum dibibirnya saat ia melihat Naya yang sedang sibuk dengan setumpuk kertas-kertasnya.

Jevin lalu menghampirinya dan langsung duduk di kursi depan Naya. Lama ia hanya menatap Naya. Naya yang menyadarinya hanya menatapnya jengah.

"Apa kau tidak punya pekerjaan penting selain setiap hari datang ke ruanganku?"

Jevin terkekeh, Naya mengerutkan keningnya melihat ekspresi Jevin.

"Kau adalah pekerjaan pentingku." ucap Jevin lalu tangannya mulai terulur dengan buket bunganya.

"Pekerjaanku yang belum kuselesaikan dan harus tertuda selama 5 tahun."

Naya tidak menerima bunga itu, ia menatap wajah Jevin dengan sinis.

"Terima kasih, tapi aku tidak suka bunga. Dan aku ingatkan, aku bukan pekerjaanmu." Naya lalu melanjutkan kegiatannya lagi, mulai membuka dokumen yang baru saja ia ambil dari tumpukan kertas tadi.

Jevin menarik lagi tangannya dan meletakkan bunganya di kursi kosong sampingnya. Jevin lalu menatap Naya dengan senyum lagi-lagi terukir dibibirnya.

Naya yang sadar sedang diamati oleh laki-laki didepannya hanya menghembuskan nafasnya dengan cepat lalu mengacuhkan pria itu.

Hampir satu jam Jevin menatap Naya tanpa bosan, dan Naya benar-benar jengkel karena laki-laki itu.

"Mau sampai kapan kau menatapku seperti itu?" ucap Naya tanpa melihat kearah Jevin.

"Sampai kau jadi milikku. Aku tidak akan pernah bosan menatapmu."

"Ini bukan tempatnya menggombal. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dan kau sangat mengganggu pekerjaanku."

"Aku juga harus menyelesaikan pekerjaanku yang tertunda begitu lama karena kau meninggalkanku begitu saja." Ucap Jevin panjang lebar.

"Terserah kau saja. Aku tidak peduli."

"Its oke." Jevin kembali menatap wajah Naya, tanpa bosan.

Naya lalu mengacuhkan keberadaan Jevin yang masih menatapnya.

"Sayang," Tiba-tiba suara seseorang menyeruak masuk kedalam rusangan Naya.

Spontan kedua wajah itu menatap ke arah orang tersebut.

Jevin menatap laki-laki itu dengan tatapan bingungnya lalu tatapannya beralih ke Naya, seolah meminta penjelasan dari Naya. Naya lalu berdiri menghampiri laki-laki itu dan memeluknya.

"Aku pikir kamu nggak jadi kesini," Ucap Naya menatap laki-laki yang tak lain adalah Dana.

"Aku pasti kesini." lalu pandagan Dana beralih ke Jevin yang mematung menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya tak karuan rasanya.

Naya mengikuti pandangan Dana, tahu apa yang dipikirkan Dana, Naya kemudian memperkenalkan Jevin pada Naya.

"Sayang, Perkenalkan dia adalah Jevin, teman sewaktu SMA ku dulu. Dan Jevin, perkenalkan dia adalah Dana, Tunanganku " lalu Dana menghampiri Jevin dan mengulurkan tangannya.

Jevin menghiraukan jabat tangan dari Dana, ia hanya menatap Naya tak percaya. Lalu dengan segera, Jevin meninggalkan mereka berdua.

Sebelum sepenuhnya meninggalkan ruangan Naya, Jevin sempat menatap Naya sebentar sebelum benar-benar keluar dari ruangan Naya.

Naya menatap kepergian Jevin hingga laki-laki itu menghilang.

Ada sesuatu yang entah apa itu yang membuat sebagian hatinya sakit.

***********

Jevinaya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang