"Entah kata apa yang pantas untuk memggambarkan keadaanku saat ini."
"Mau apa lagi kamu datang kesini?" tanya Naya pada Jevin yang telah berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.
Naya beranjak dari duduknya, menghampiri Jevin yang terus menatapnya. "Apa kamu mau berdiri di situ terus?" lalu Naya mempersilahkan Jevin untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya itu.
Jevin hanya menurutinya lantas duduk di depan Naya. Naya menunggu Jevin mengatakan apa yang ingin ia katakan.
"Aku datang untuk meminta kesempatan kepadamu, aku ingin memulai semuanya dari nol bersamamu."
Naya menatap heran pada Jevin, "aku tidak bisa," ucap Naya kemudian tanpa mau repot-repot menatap Jevin.
"Apa karena tunanganmu itu?"
"Itu salah satunya,"
Jevin menatap dalam manik mata Naya yang saat itu menatapnya tanpa arti. "Aku mohon padamu, beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku mencintaimu,"
"Lalu bagaimana dengan Juli? Aku tidak mau membuatnya terluka lagi,"
"Aku dan Juli sudah berpisah tepat saat kamu memutuskan pergi ke paris 5 tahun lalu."
Naya terkejut dengan penuturan Jevin saat ini. Berpisah. Kenapa Nanda tidak menceritakan semua ini padanya. Lalu Juli, pasti ia sangat terluka saat itu. Naya tak tahu harus menjawab apa saat ini. Ia hanya memikirkan Juli.
Ia harus bertemu Juli saat ini juga.
Naya langsung beranjak dari tempatnya duduk, setengah berlari meninggalkan Jevin yang memanggil namanya terus menerus.
Naya segera melajukan mobilnya menuju sebuah perumahan tempat ia tinggal dulu sebelum memutuskan pergi ke paris. Lalu ia menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang tak lain adalah rumah Juli.
Masih sama seperti dulu, itu yang terlintas dipikiran Naya saat itu. Suasana rumah masih sama seperti 5 tahun lalu hanya saja cat di rumah itu yang berubah. Naya turun dari mobilnya, berjalan menuju pintu rumah lantas mengetuknya.
Setelah beberapa detik Naya mengetuk pintu itu, pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita yang entah Naya tak mengenali wanita itu.
"Cari siapa mbak?"
"Saya mencari Juli, apa ada?"
wanita itu mengangguk lalu mempersilahkan Naya duduk. "Saya panggilkan Non Juli dulu,"
Naya menunggu wanita itu memanggil Juli. Suasana ruang tamunya pun masih sama. Matanya meneliti setiap foto-foto yang terpajang didinding ruang tamu, menampakkan wajah-wajah yang tak asing bagi Naya.
Ayah dan ibuya Juli dengan Juli berada di tengah mereka dengan senyum mengembang dibibir mereka, lalu Saat Juli memakai toga dengan kebaya hujau dan sanggul cantiknya, dan masih banyak lagi foto-foto yang menampakkan kebahagian mereka.
"Sudah puas memandangi foto keluargaku," Naya hampir terperanjat saat suara itu masuk kedalam pendengarannya.
Naya langsung mengalihkan pandangannya menuju ke arah Juli yang ternyata sudah berdiri di sampingnya. Naya lantas berdiri dan langsung memeluk Juli.
Naya bisa merasakan tubuh Juli kaku seketika saat ia memeluknya. Sungguh ia merindukan sahabatnya itu. Lalu ia merasakan tangan Juli mendorongnya menjauh, Naya pun melepaskan pelukannya. "Aku merindukanmu Jul,"
Juli menatapnya tak percaya, "rindu semacam apa yang kamu rasakan? Rindu menghianatiku, rindu mengambil orang yang ku cintai atau rindu-rindu lainnya yang membuatku sakit hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevinaya (TAMAT)
RomanceSebuah misi mengharuskan Naya untuk menerimanya. Mengikuti seseorang yang untuk saat ini ia benci. Misi yang membawanya kedalam masalah rumit. Misi yang merubah kehidupan cinta dan persahabatannya. Memisahkannya dengan semua impian dan keinginannya...