"Keputusanku, walau harus membuatku berkorban."
Naya berdiri diambang kegundahan dalam hatinya. Otaknya tak mau menghilangkan Jevin dari bayangan pikirannya. Entahlah ada apa dengannya saat ini. Sejak pertanyaan Nanda tentang perasaannya pada Jevin, sejak itulah otaknya hanya dipenuhi sosok Jevin. Naya kemudian memutuskan cerita pada Nanda.
Naya dan Nanda duduk berhadapan di kantin sekolah mereka. Naya mulai bercerita tentang semua yang ia rasakan saat Jevin bersama Juli. Nanda hanya mendengarkannya dengan sesekali menyipitkan matanya seperti berpikir sesuatu.
"Udah aku duga, kamu tu sebenarnya suka sama Jevin, tapi kamu nggak sadar sama rasa kamu itu." ucap Nanda setelah Naya menghentikan ceritanya.
"Masak sih. Itu nggak mungkin lah Nan. Jevin tu pacarnya Juli. Nggak mungkin lah aku suka atau cinta sama Jevin."
Jauh dari mereka mengobrol, Jevin berdiri memandang Naya dari balik persembunyiannya. Jevin mendengar semua yang dikatakan Naya kepada Nanda. Ada sedikit rasa senang saat Naya mengatakan apa yang ia rasakan saat melihatnya dengan Juli, itupun sudah cukup membuatnya senang..
"Kamu yakin?" tanya Nanda menyipitkan matanya.
Naya seakan berfikir sesuatu, "Entahlah Nan, aku nggak tau."
**********
Semilir angin sedikit menggerakkan rambutnya yang ia biarkan tergerai kebelakang. Naya masih memikirkan kata-kata Juli yang sangat menyakitkan baginya.
= Flashback beberapa jam yang lalu =
Plak, suara yang memekakan telinga Naya dan berhasil membuat pipinya panas. Tangan Naya spontan memegang pipi bekas tamparan dari Juli. Naya menatap bingung pada Juli yang melakukan semua ini padanya.
Dengan berlinang air mata, Juli masih menatap Naya dengan amarah yang meluap-luap di matanya.
"Jul, kenapa kam..."
"Kenapa? Kamu masih tanya ke aku kenapa?" Juli menghapus kasar air matanya.
"Jul, ada apa sih sebenarnya. Aku bener-bener nggak tahu."
Plak.... Juli kembali menampar Naya. Sekarang Juli sudah tak bisa menahan amarahnya lagi.
"Aku kira kamu sahabat terbaikku, tapi apa Nay, apa? Kamu udah buat Jevin jauh sama aku. Kamu udah ngambil dia dari aku, padahal kamu tau sendiri kalau aku cinta banget sama dia. Aku bener-bener nggak nyangka kamu bisa kayak gitu sama aku Nay." Juli berbalik dan melangkah pergi, baru beberapa langkah, Juli berbalik lagi ke arah Naya.
"Mulai sekarang kita bukan lagi sahabat ataupun teman. Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Anggap aja kita nggak pernah kenal ataupun bersahabat." ucap Juli sambil berlinang air mata.Juli lalu berlari meninggalkan Naya yang masih berdiri membeku setelah mendengar semua yang dikatakan Juli padanya.
Air matanya mulai menetes, hatinya terasa sangat sakit. "Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Anggap aja kita nggak pernah kenal ataupun bersahabat." kata-kata itu terus terngiang di telinganya, dan entah kenapa otaknya sulit untuk mencerna semua yang dikatakan Juli padanya.
Naya langsung berlari meninggalkan taman yang indah dengan air mata terus mengalir. Jevin, ya Jevin, Naya harus menemuinya. Naya menghentikan taxi dan menyebutkan alamat Jevin kepada sopir itu.Naya memencet bel dengan tidak sabaran. Jevin kemudian muncul dari balik pintu dan dengan wajah terkejutnya, ia langsung mempersilahkan Naya masuk. Jevin melihat Naya berlinang air mata dan itu membuatnya sangat khawatir.
"Kamu suka sama aku?" Tanpa basa-basi, Naya langsung ke topik pembicaraannya.
Jevin menatap Naya, ia terkejut dengan pertanyaan Naya yang tak ia pikirkan sebelumnya. "Nay, kok kamu tiba-tiba tanya ini ke aku?"
"Aku cuma butuh kamu jawab pertanyaan aku." Naya memandang Jevin.
Dengan berat, Jevin mengangguk. Naya kembali menangis, "kenapa kamu bisa kayak gini?"
"Aku nggak tau Nay,""Karena kamu, persahabatan aku sama Juli rusak. Karena kamu, Juli nggak mau kenal lagi sama aku. Semua ini karena kamu Jev,"
Jevin menunduk merasakan hatinya yang mulai sesak karena kata-kata dari Naya. Semua ini salahnya, batin Jevin merutuki rasa cintanya pada Naya."Jev," Jevin spontan menoleh dan melihat wajah Naya yang masih menangis. Naya membalas tatapan Jevin dengan dalam. "Kamu cintakan sama aku?"
Jevin mengangguk. "Kalau kamu bener-bener cinta sama aku, Pliss balik sama Juli, Jev. Aku mohon,"
"Tapi aku nggak cinta sama Juli, Nay. Aku cuma nganggep Juli itu sebagai adikku, nggak lebih Nay. Aku juga udah berusaha cinta sama dia, selama kita pacaran. Tapi percuma aja,"
"Pliss Jev. Aku mohon. Balik sama Juli, demi aku.,"
Jevin kembali merasakan sesak, sesak yang sangat menyiksa hatinya saat ini.
Orang yang ia cintai menyuruhnya bersama orang lain. Rasanya lebih sakit daripada tertusuk pedang tajam yang menembus dadanya."Baiklah Nay, kalau itu keinginanmu. Tapi satu yang perlu kamu ingat, aku cuma cinta sama kamu, sampai kapanpun aku tetap cinta sama kamu." ucap Jevin lirih sambil meraih Naya dalam pelukannya.
Naya tak menolak pelukan dari Jevin dan merasakan nyaman dalam pelukan Jevin tanpa menghentikan tangisnya. Seperti inikah sakitnya cinta, batin Naya.
Naya jatuh cinta dengan Jevin. Dan itulah jawaban dari semua pertanyaan Naya selama ini. Naya siap dengan konsekuensinya jika ia telah jatuh cinta dengan Jevin. Dan inilah konsekuensi baginya. Ia harus rela membiarkan Jevin tetap bersama Juli walaupun hatinya akan sangat sakit.
"Aku juga cinta sama kamu Jev," bisik Naya lirih, masih dalam pelukan Jevin. Jevin semakin mengeratkan pelukannya pada Naya, dan kali ini Naya membalas pelukan Jevin.
==Flasback off==
**************
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevinaya (TAMAT)
RomanceSebuah misi mengharuskan Naya untuk menerimanya. Mengikuti seseorang yang untuk saat ini ia benci. Misi yang membawanya kedalam masalah rumit. Misi yang merubah kehidupan cinta dan persahabatannya. Memisahkannya dengan semua impian dan keinginannya...