16

16.7K 1.7K 117
                                    

Yoongi:

Kini aku sudah duduk manis di depan meja kerjaku. Ah tidak-tidak! terlalu formal jika aku menyebutnya meja kerja, mungkin meja bermainku lebih cocok. Pasalnya ketika aku berada disini, aku benar-benar menikmati semuanya. Bahkan aku hampir lupa waktu ketika bermain dengan semua benda mati yang sangat canggih ini.

"Okey, saatnya kita bermain lagi sayang" gumanku sembari menghidupkan komputerku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Okey, saatnya kita bermain lagi sayang" gumanku sembari menghidupkan komputerku.

Ceklek,

Aku lalu mendengar seseorang membuka pintu ruangan kerjaku. Bahkan ia tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, aku benar-benar tidak suka pada orang yang sembarangan memasuki ruang kerjaku tanpa permisi terlebih dahulu.

"Jangan sembarangan masuk ke ruangan ini kalau tidak aku izinkan untuk masuk!" makiku tanpa menoleh siapa orang itu, di pikiranku mungkin orang itu hanya tiga maknae laknat yang memang terbiasa tidak permisi dulu sebelum masuk.

"Yoongi, hikss-"

Suara wanita? Aku tidak asing dengan suara itu. Ais, kenapa ia kesini pagi-pagi sekali. Setelahnya aku langsung berdiri dan mendekatinya.

"Suran nonna maaf aku membentakmu, aku tidak tau kalau itu kau. Kenapa menangis?" tanyaku selembut mungkin, memegang kedua pundaknya.

"A-aku bermimpi buruk semalam, hikss—" jawabnya pelan, ia langsung memelukku dan aku pun ikut membalas pelukannya.

Aku mengelus-elus punggungnya. Berharap bisa membuatnya sedikit merasa lebih tenang.

"Gwenchana, itu hanya sebatas mimpi. Sekarang aku ada disini, jadi jangan takut, Nee?"

Ia hanya mengangguk pelan dan malah mengeratkan pelukannya. Aku pun tak tega jika ingin melepas pelukannya, jadi, aku biarkan saja sampai ia kembali tenang.

Hening,

Aku tak berbicara, dia pun begitu. Kami masih dalam posisi berpelukan.

"Yoongi-ah" panggilnya pelan tepat ditelingaku, ia lalu melepaskan pelukannya dan meraih kedua pergelangan tanganku untuk dipegangnya.

Aku hanya bisa tersenyum sebagai jawabku. Aku pun tak tau kenapa ia bisa menangis seperti itu hanya karena mimpi.

"Jangan tinggalkan aku... " ucapnya tiba-tiba.

"Hmm?" aku hanya berdehem dengan menunjukkan ekspresi bingung.

"Semalam aku bermimpi tentangmu. Dimimpiku kau pergi meninggalkanku saat aku akan melahirkan."

✔️ My Sweet Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang