25

18.6K 1.6K 41
                                    


London, 16.20 PM.

"Kau yakin akan pulang sekarang?" tanya lelaki tinggi dan tampan itu.

Nara mengangguk yakin, sangat yakin malah.

"Mark, aku disini sudah lebih dari 4 bulan. Aku sudah menelantarkan cafe-ku cukup lama, kau tenang saja, aku pasti akan baik-baik saja disana. Atau kau mau ikut saja denganku?" kata Nara pada Mark.

"Aku ingin ikut, aku ingin sekali berada disisimu. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi," Mark lalu mengambil tangan kanan Nara untuk digenggamnya.

Saat ini mereka berdua sedang duduk dan menikmati indahnya Hyde Park.

"Tapi pekerjaanmu disini lebih penting, Mark. Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa lagi padaku." ucap Nara lembut, menyakinkan Mark untuk tetap berpikir positif.

"Tidak! tidak! Aku bisa meminta cuti pada ayahku selama sebulan! Aku ingin menemanimu di korea, lagi pula aku juga merindukan tempat kelahiranku. Jika bisa aku juga akan pindah untuk bekerja di kantor cabang yang ada disana!" rengekan Mark membuat Nara terkekeh geli.

Dia— Mark Tuan. Pria yang tidak pernah mengkhawatirkan tentang masa depannya karena keluarganya yang memang sangat berada. Ia benar-benar tidak banyak berubah dari 9 tahun yang lalu saat umur mereka masih 15 tahun.

Masih tetap kekanak-kanakan seperti dulu, apalagi jika sudah bersama Nara— cinta pertamanya.

Jika saja Mark tidak pindah ke London, mungkin mereka sekarang sudah menikah dan mempunyai anak banyak karena Mark pernah berjanji untuk menikahinya saat mereka berdua lulus dari universitas.

Mark menganggap hanya Nara lah yang paling cantik, yang paling membuat hatinya senang setengah mati, dan yang membuat Mark tidak bisa tidur jika mengingat senyum manis yang dimiliki gadis itu.

Mark bahkan rela menjomblo karena ia menganggap tidak ada yang seperti Nara. Bahkan setiap ia mempunyai hubungan dengan wanita, ia pasti akan banyak mengkritik wanitanya jika wanita itu tidak sesuai harapannya.

"Yak! Jangan menertawakanku! Pokoknya aku akan ikut denganmu!" tegas Mark yang membuat lamunan Nara buyar begitu saja.

"Hahaha— Jangan seperti itu, Mark. Posisimu saat ini sangat penting. Aku tidak ingin membuatmu kehilangan apa yang sudah kau capai sejauh ini" Nara mengusap lembut puncak kepala Mark, tetapi lelaki itu malah mengepoutkan bibirnya karena sedih.

"Aku tidak peduli. Jika kau milikku, aku akan tetap bahagia meskipun tidak mendapatkan posisi itu!" tegas Mark lagi, membuat Nara tersenyum simpul.

Astaga, kenapa ia seperti ini? Apa karena ia sangat takut jika kehilangan Nara untuk kedua kalinya lagi? Bahkan ia terlihat sangat menggemaskan jika sedang memohon seperti anak kecil begitu.

Hei Min Yoongi, apa kau lihat?

Disini ada seorang pria yang mencoba merayu gadismu. Apa kau hanya akan diam saja jika melihat semua ini? Apa kau akan baik-baik saja jika Nara bersama pria lain selain dirimu? Ah sepertinya tidak.

"Ra-ya, apa kau mengingat Yoongi lagi?" tanya Mark penasaran.

Nara mengangguk lemah.

"Bolehkah aku cemburu padanya?" tanyanya lagi.

"Waeyo? Kau cemburu? Untuk apa?"

"Cemburu karena ia yang baru mengenalmu kurang lebih dari 3 tahun, tetapi bisa dicintai olehmu dengan begitu hebatnya. Sedangkan aku? Aku yang sudah mengenalmu dari kita masih kecil sampai sekarang tidak sama sekali membuat hatimu berdebar karena perbuatanku. Padahal usahaku untuk menjadikan kau milikku tak kalah hebat darinya, aku iri Ra-ya, aku sungguh iri." Mark meluapkan perasaannya yang ia pendam selama ini.

"Mark, maafkan aku. Aku bahkan tidak pernah mengetahui perasaanmu selama ini. Aku hanya menganggap kau sahabat kecilku. Waktu itu pun kita masih terlalu labil untuk memikirkan hal seperti ini," ucap Nara merasa bersalah. 

Mark tersenyum, "Kau benar, saat itu kita masih sangat muda jika harus memikirkan tentang hubungan percintaan yang rumit. Dulu aku hanya berpikir bahwa bermain denganmu setiap hari itu menyenangkan. Jadi dulu aku ingin sekali menjadikanmu sebagai milikku selamanya" ia tertawa, "tapi nyatanya, kau selalu menolakku mentah-mentah dan menganggapku hanya bercanda! Hahaha," sambung Mark terdengar menyedihkan.

"Mark.. Aku sangat menghargai perasaanmu padaku, aku sangat bersyukur bisa dicintai olehmu sebegitu hebatnya, aku sangat bersyukur orang itu adalah kau, Mark."

Mark lalu menatap lekat kedua manik mata Nara. Ia terlihat tersenyum manis, mempererat genggaman tangannya pada Nara.

"Aku tidak peduli dengan masa lalumu dengannya, yang aku pedulikan sekarang adalah bagaimana membuatmu bahagia lagi, bersamaku—

Please, be mine."

Pun membuat Nara membulatkan matanya, masih syok sekali mendengar pengakuan cinta dari Mark meskipun ia memang sudah sering sekali mendengarnya.

Nara ingin sekali mengatakan 'Iya' untuk menjadi kekasihnya. Tetapi didalam hatinya yang paling dalam, Yoongi masih setia memenuhi setiap sudutnya.

Mark lalu menarik napasnya dalam-dalam, ia lalu tersenyum sembari memainkan jemari tangan Nara.

Yoongi-ah, apa kau tak berniat untuk mencariku sama sekali? Apa kau sudah bahagia dengan pilihanmu? Jika iya, aku juga ingin menyusulmu bahagia bersama orang lain, selain kau.

Kau tau tidak? Disini ada seorang lelaki yang lebih ingin memperjuangkanku dari pada kau, aku yakin kau akan kesal setengah mati jika mengetahuinya orang itu adalah Mark— seseorang yang pernah membuatmu cemburu karena ketampanannya.

Kau harus melihatnya, Yoon.

Kau juga harus melihat bahwa ada lelaki lain yang mencintaiku tak kalah hebatnya denganmu.

***

Yoongi:

Seoul, 20.08 PM.

Hari ini hujan turun lagi dengan membawa banyak luka. Seperti hari dimana aku membiarkanmu pergi dari hidupku.

Ternyata aku memang tidak bisa hidup tanpamu, aku tidak bisa bahagia jika tidak denganmu.

Aku ingin kau mengakhiri hubunganmu dengan pria itu, dan tolong kembalilah padaku lagi.

Aku hanya berbohong jika mengatakan bahwa aku ingin melupakanmu.

Itu hanya akal-akalanku saja agar hatiku sedikit lebih tenang.

Lalu bagaimana aku hidup nantinya jika tidak denganmu?

Haruskah aku mati saja agar tak lagi memikirkanmu?

Atau haruskah aku mengakhiri hidupku di Sungai Han lagi agar kau menyelamatkanku seperti malam itu?

Ah Bagaimana ini, aku benar-benar tidak berdaya disini, bau obat ini membuatku semakin tersiksa.

Apa kau tidak juga sadar aku terbaring lemah disini dan tak berdaya hanya karena terlalu banyak memikirkanmu?

Apa malah kau merasa senang telah berhasil membuatku memikirkanmu sampai rasanya hampir gila seperti ini?

Kau memang benar-benar wanita yang luar biasa, Park Nara.

Ku harap kau mendengar isi hatiku.

Ku harap kau segera datang padaku sebelum aku benar-benar ingin mengakhiri hidupku lagi.

Aku bosan berada ditempat ini.

Aku tidak tahan lagi.

Ini sangat menyiksaku, Ra-ya.


[]

✔️ My Sweet Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang