22

17.5K 1.7K 130
                                    


Suran:

Pria yang ingin sekali ku temui selama beberapa bulan ini kini ada di depanku. Pria itu tak berubah. Masih sama seperti pertama kali aku bertemu dengannya. Hanya senyumnya yang berbeda, senyum itu tak terlalu membuat hatiku berdebar dengan kencang.

"Joon Gi, Oppa?!!" 

Aku memberanikan diri untuk mendekatinya, melihatnya dari jarak yang cukup dekat, agar tak ada lagi kecanggungan diantara kita. 

Ia tersenyum ketika aku memanggil namanya, senyumnya itu cukup menawan bagi pria yang sudah berumur 30 tahun. 

Harusnya aku sekarang merasa senang bisa dipertemukan lagi dengannya. Tapi, apa ini? Hanya perasaan kecewalah yang menyelimuti hatiku. 

"Sudah lama ya?" ucapnya dengan senyum yang terus mengembang.

"Mari kita bicara diluar." 

Tanpa basa-basi lagi aku melangkahkan kaki ku untuk keluar dari kantor, tak enak jika pembicaraan kami didengar oleh Yoongi.

"Hei, tetaplah disini, aku tidak mau pria tua ini mengganggu hidupmu lagi!" tiba-tiba saja lenganku ditahan oleh Yoongi, ah lagi-lagi perbuatan Yoongi membuat hatiku berdesir.

"Hanya sebentar, okay?" ucapku meyakinkannya. 

Yoongi dengan sangat terpaksa akhirnya menganggukkan kepalanya, "Hah oke, baiklah noona."

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitinya lagi." Joon Gi Oppa ikut meyakinkan Yoongi, meskipun percuma saja menurutku.

Aku dan Joon Gi Oppa kini berada di kedai kopi seberang kantor Yoongi. Ya benar, kedai kopi ini milik Nara, kekasih Yoongi yang sekarang sudah menjadi mantan kekasihnya. Aku berani datang ke tempat ini karena pemiliknya sedang berada di luar negeri untuk menenangkan dirinya.

Aku ini benar-benar seperti wanita yang tak tau malu sekali karena dengan percaya dirinya datang ke kedai kopi miliknya. Mungkin jika Nara melihatku berkunjung disini, ia akan mencincangku hidup-hidup karena aku dikira 'merebut' kekasihnya.

"Jadi... " Joon Gi Oppa mulai membuka obrolan.

Aku diam saja, hanya menatapnya tak simpati.

"Bagaimana keadaan bayi kita?" tanyanya to the point.

"Dia baik, sangat baik. Yoongi merawatku dengan baik," jawabku.

"Ah syukurlah. Jadi aku bisa bernafas lega karena ada yang menjagamu dengan sangat baik" katanya santai.

"Hei, apa kau sama sekali tak kasian padanya, Oppa?" 

"Kenapa tak kau urus saja hidupmu sendiri?" ia malah balik bertanya.

Aku lalu menarik nafasku dalam-dalam, "hidupku?" aku terkekeh remeh, "hidupku sudah hancur sejak pertama kali mengenalmu, tuan!"

"Wah mulutmu kenapa pedas sekali? Padahal aku berniat untuk bertanggung jawab padamu," ia terkekeh sendiri seakan tak berdosa.

Aku mengernyitkan dahiku, mencerna semua yang dikatakannya tentang 'tanggung Jawab'.

Tanggung jawab seperti apa yang ia maksud?

Menikahiku, lalu mengurus anak kita bersama-sama?

Dan apa aku harus meng-iyakan saja agar hidupku tak lagi kacau? Tapi jika aku boleh jujur, aku masih sedikit mempunyai rasa kepada Yoongi karena perhatiannya yang membuatku merasa terlindungi.

Aku takut semakin kesini aku malah semakin egois karena rasa ingin memiliki semakin menggebu. Aku sadar ia tidak akan pernah mau denganku karena Yoongi hanya menganggapku sebagai kakaknya saja, lalu aku harus bagaimana?

✔️ My Sweet Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang