13.05 PM KST
Sepulang dari rumah sakit, Nara hanya bisa berdiam diri di kamarnya, hatinya sangat kacau mendapati kekasihnya bersama wanita lain. Apalagi Yoongi yang tak menghubunginya sampai sekarang ini membuat hatinya semakin kalut.
Nara sebenarnya tidak ingin bersikap over protektif seperti itu, hanya saja sangat sulit jika melihat kekasihnya sendiri bersama seorang wanita selain dirinya, apalagi mungkin wanita itu dalam keadaan hamil, nyatanya ia keluar dari ruang konsultasi dokter kandungan.
Wanita mana yang sanggup melihatnya? Ok, mungkin wanita itu hanya sebatas teman Yoongi. Hanya teman, ingat. Menyenangkan diri sendiri tidak masalah bukan?
Pikiran dan hatinya benar-benar kacau, apalagi badan Nara dalam keadaan sedang tidak sehat. Ck, semuanya datang bersamaan. Menceritakannya pada Chanyeol pun percuma, ia tak ingin membuat kakaknya khawatir, cukup dipendamnya sendiri saja mungkin memang yang terbaik.
Beberapa menit kemudian, bel dirumah Nara berbunyi, ia lalu bergegas untuk membukakan pintu karena kakaknya sedang tidur siang, meskipun berjalan pun masih saja sempoyongan.
"Annye-" sapaan Nara terpotong ketika melihat siapa yang datang mengunjunginya.
"Ah, hei— tunggu— kenapa kau pucat sekali, sayang?"
Yoongi datang dengan membawa beberapa makanan kesukaan Nara. Ia terlihat sangat panik mendapati gadisnya yang sakit, tanpa pikir panjang lagi Yoongi memapah Nara untuk duduk di ruang tamu.
"Kenapa kau kesini?" tanya Nara mencoba tersenyum manis. Padahal sebenarnya hatinya teriris.
"Sejak kapan kau bertanya hal yang tidak masuk akal seperti itu? Kau kan kekasihku, jadi untuk apalagi jika bukan untuk bertemu denganmu?"
"Ah benar," jawab Nara singkat, masih dengan senyumnya yang mengembang.
***
Yoongi;
Hari ini aku datang untuk bertemu kekasihku, Park Nara. Aku tidak tau kenapa setiap hari selalu merindukannya. Gadis itu benar-benar memberi energi positif untukku agar tidak pernah menyerah untuk hidup.
Seperti biasa hatiku sangat gugup ketika akan bertemu dengannya. Padahal sudah hampir 4 tahun aku berpacaran dengannya, tapi masih saja jantungku berdetak sangat cepat seperti akan meledak. Terdengar sedikit berlebihan memang, tapi itulah yang aku rasakan setiap bersamanya.
Dan kulihat Nara yang menyambutku seperti biasanya, ah tidak ini tidak biasa— bagaimana bisa wajahnya sangat pucat seperti itu?! Tanpa banyak bertanya lagi aku langsung memapahnya untuk masuk ke dalam rumahnya dan duduk di ruang tamu.
"Kenapa kau kesini sayang?"
Apaan-apaan ini, pertanyaan bodoh macam apa itu yang ia tanyakan padaku? Dan lagi, senyum macam apa yang ia berikan padaku? Senyumnya sungguh berbeda, itu bukan senyum gadisku, bukan!
Apakah ini efek dari kondisinya saat ini, ah baiklah. Aku tidak mau berpikir macam-macam, yang terpenting aku hanya ingin melihat gadisku sehat seperti biasanya. Gadisku yang sangat cerewet dengan omelannya yang tidak pernah berhenti.
"Lihat aku Ra-ya, kenapa kau bisa sakit?" tanyaku pelan, sambil mengelus pipinya.
"Mungkin sudah takdir," jawabnya enteng.
"Apa gara-gara semalam kita di Sungai Han?"
"Tidak, ini mungkin memang sudah takdirku untuk sakit."
"Oke. Baiklah. Apa kau mau aku antar ke rumah sakit saja?"
"Tidak perlu. Aku sudah kesana, Yoon" tolaknya.
Rumah sakit? Dia sudah kesana? Berarti mungkin saja dia melihatku bersama Suran nonna? Sepertinya hal seperti itu mustahil. Rumah sakit itu besar, dan tak mungkin Nara juga melihatku disana.
"Shit!" tanpa sadar aku mengumpat pelan, membuat Nara sedikit terkejut.
"Kau kenapa?" tanyanya penuh kekhawatiran.
"Aku merasa tidak berguna, Ra-ya" jawabku yang kini memeluknya dari samping. Menaruh kepalaku dipundaknya.
"Kau datang kesini saja, aku sudah berterima kasih" lagi-lagi Nara memberikanku senyum mirisnya.
Oke, ini benar-benar sudah tidak beres. Apakah efek sakit bisa membuat orang yang biasanya cerewet dan tidak bisa diam menjadi sangat lembut seperti itu?
"Sayang?" panggilku lirih.
"Waeyo?" tanyanya penasaran lalu ia menoleh, membuat kami bertatapan dengan jarak yang sangat dekat.
Cup~
Aku mengecup bibirnya singkat. Sepertinya ia malu setengah mati karena serangan mendadakku.
"Ck, menjauhlah dariku, Yoon! nanti kau bisa tertular!" ketusnya, berusaha melepaskan pelukanku.
Aku tak peduli dan malah mempererat pelukanku. Masa bodoh dengan apa yang ia katakan, aku hanya ingin seperti ini sebentar. Sebentar saja.
"Aku tidak peduli sayang, aku sangat lelah sekarang."
Aku merasa ia sedikit bingung atas apa yang aku katakan barusan.
Lelah? Ya lelah dengan semuanya, semuanya yang membuatku tidak bisa berpikir jernih sejak pagi tadi.
Kami berdiam diri selama beberapa menit, tidak ada yang memulai pembicaraan dan aku malah terfokus pada Nara yang hanya melihat lurus kedepan dengan tatapan kosong. Aku pun tak ada niatan sama sekali untuk menanyakan kenapa ia bersikap dingin padaku, aku memilih untuk tidak bertanya dan mengamatinya dalam diam.
"Jangan lupa minum obatmu, sayang. Aku pamit pulang dulu ya? Aku masih ada beberapa urusan di kantor," aku lalu pamit pulang. Berdiri dan meraih pergelangan tangannya untuk aku kecup kedua punggung tangannya dengan singkat.
"Nee, berhati-hatilah," ia melambai-lambaikan tangannya, mempersilahkan aku untuk pulang. Padahal biasanya ia sering melarangku jika terburu untuk pulang dari rumahnya.
Jadi sebenarnya, kau kenapa?
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ My Sweet Devil
Fanfic[COMPLETED] [MIN YOONGI] "Sebelum mengenal dirimu, aku tak tahu bahwa ternyata dunia akan secerah ini." ⚠️ Peringatan! Ini adalah cerita pertamaku, benar-benar dimulai dari menginjakkan kaki pertama kali di dunia wattpad. Mohon maaf jika banyak kes...