23

18.4K 1.7K 133
                                    


Nara:

London, 2018.

Apa kabar kau disana? Sudah cukup lama ya, aku kabur dari hidupmu? 

Padahal dulu aku pernah bilang jika aku tidak akan bisa hidup tanpamu. Tapi nyatanya aku malah pergi sejauh ini.

Hanya ingin kau tau, ternyata aku bisa hidup tanpamu.

Ya, meskipun rasanya sedikit hambar. 

Dan begitu menyesakkan dada.

Entahlah perasaan apa yang membuatku seperti ini, aku hanya ingin perlahan melupakanmu. Membiarkan semua kenangan yang kita miliki hilang ditelan waktu.

Min Yoongi, apa kau benar-benar bahagia dengan segala yang kau jalani kini bersamanya? Apa benar dia lebih hebat dari semua kesungguhan yang pernah ku berikan padamu?

Lalu, berhasilkah kau melupakanku?

Bagaimana dengan mudahnya kau merasa mengenal orang lain, sementara kau pernah mengumpulkan kebersamaan denganku untuk mewujudkan semua yang kita inginkan?

Bohong.

Kau bohong, Min Yoongi.

Kau pernah bilang padaku jika akan mencintaiku tanpa jeda, tapi nyatanya aku tak tau bahwa koma bisa begitu lama.

Padahal bagiku, hanya kau yang terindah. Hanya kau yang mampu membuatku jatuh cinta setiap hari.

Tapi dengan mudahnya kau patahkan hatiku menjadi kepingan yang tak bisa lagi disatukan.

Kau memang jahat, Min Yoongi.

"Yaakk! Aku bisa gila jika seperti ini terus!"

Jemariku meremas kuat rok dress yang ku kenakan. Melampiaskan segala emosi yang tengah memuncak karna kembali mengingat lelaki itu.

Lalu aku merasakan jemariku menghangat karena seseorang tiba-tiba menggenggam tanganku, seakan ia tau bahwa aku sedang dalam keadaan gelisah.

"Are you okay?" tanyanya.

"No." jawabku dengan tatapan sendu.

Ia lalu menggeser duduknya agar mendekat padaku, menuntun kepalaku agar bersandar pada bahu kekarnya.

Ini nyaman,

Tapi tak senyaman bahu lelaki pucat itu.

"Tak apa, semuanya memang butuh proses." ia kembali menggenggam erat tanganku, sesekali mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya.

"Ini sungguh menyiksaku, Mark." keluhku padanya.

Ia lalu merangkulku, menepuk-nepuk lenganku, "aku yakin kau bisa bertahan, Ra-ya."

Aku lalu sedikit mendongakkan kepalaku untuk melihat kearahnya, ia lalu tersenyum kepadaku.

"Terimakasih, Mark."

Ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Menangislah jika perlu, aku akan tetap disini bersamamu." ucapnya lembut.

Aku menggelengkan kepalaku yang masih berada di bahunya. Ia lalu terkekeh kecil.

"Tidak usah ditahan. Aku tau, kau itu cengeng." katanya mengejekku.

Merasa tersindir, aku lalu menegakkan kepalaku. Menatap tajam ke arah Mark yang masih terkekeh kecil.

"Yak—"

Aku yang belum sempat berteriak itu mendadak bungkam karena Mark tiba-tiba saja menempelkan telunjuknya di bibirku.

"Stttttt! Jangan keras-keras, aku tidak mau kau membuat keributan disini."

✔️ My Sweet Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang