Banpo Hangang Park malam itu sudah ramai di penuhi oleh banyak orang. Setiap jalan setapak, area berumput juga bangku taman yang di sediakan di sesaki oleh pengunjung yang sudah siap menghabiskan malam tahun baru bersama di tempat itu. Beberapa orang bahkan terlihat membawa alas duduk pribadi agar bisa bersantai di area taman.
Di tengah keramaian itu, Umji hanya bisa berdiri menyendiri dengan tatapan mata menatap lurus puluhan air mancur yang mengalir indah dari tepian Banpo brigde. Kelap kelip warna lampu di sepanjang jembatan itu seolah menghipnotis angan Umji untuk melupakan masalahnya walau hanya beberapa saat.
Umji kini mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Terlihat banyak sekali muda-mudi dan pasangan kekasih yang berada disana. Umji menunduk, mencoba untuk menyembunyikan wajahnya di balik rajutan syal coklat yang melingkar di lehernya. Tatapan matanya berubah sendu, jika saja malam itu di Namsan Tower ia dan Suga bertemu. Apakah semuanya akan berbeda? Apakah saat ini mereka akan menghabiskan waktu bersama di tempat ini sebagai sepasang kekasih seperti yang lain?
Umji tersenyum kecut, hatinya terasa membeku. Meskipun Changsub dan Chorong berkata seperti itu, saat ini apakah tidak terlambat baginya untuk kembali? Ia sudah menyakiti Suga terlalu banyak, mungkin saja pria itu kini sudah menyerah terhadapnya. Apa yang sedang Suga lakukan sekarang? Dimana dia? Apa dia bersama Eunha?
Meskipun berada di tengah keramaian, tapi entah kenapa Umji merasa sangat kesepian. Jauh di dalam lubuk hatinya, Umji merasa sangat merindukan sosok Suga. Ia merindukan suaranya, senyumannya, sentuhannya, segala yang ada pada dirinya.
"Jika aku memang berhak untuk bahagia, aku mohon ijinkan aku bertemu dengannya," gumam Umji pelan.
"Bahkan walaupun jika dia tidak menginginkanku lagi." Lanjutnya mencoba berdebat dengan dirinya sendiri.
Dering ponsel Umji menyadarkannya dari lamunannya. Ia merogoh ponsel di saku mantel hangatnya. Ada panggilan masuk dari Sinb.
"Uhm Sinb-ya," ucap Umji menerima panggilan itu. Ia sudah berada di Banpo park sejak 30 menit yang lalu tapi Sinb belum juga datang. Tadinya Sinb mengatakan ingin mengajak Umji bertemu untuk segera berbaikan terkait masalah mereka sebelumnya.
"Yewonie, aku sedang berada di perjalanan. Kau tetaplah di sana sampai aku tiba," Ucap Sinb di sebrang.
"Uhm. Arraseo." Jawab Umji singkat. Sinb baru akan berbicara lagi saat tiba-tiba sambungan telponnya terputus begitu saja. Umji melirik ponselnya, tampaknya baterai ponselnya habis.
Umji menghela napas panjang, sehingga kepulan uap dingin keluar dari mulut dan hembusan napasnya. Umji kembali memasukan ponselnya ke dalam saku mantelnya. Tampaknya ia masih harus menunggu sedikit lebih lama. Entah kenapa situasi saat ini tampak tidak asing, apa yang Umji rasakan sama persis seperti kejadian saat ia menunggu di Namsan Tower. Sekali lagi bayangan Suga terbesit di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE LOVE
Hayran KurguCinta itu tidak buta. Hanya saja tidak semua orang yang memiliki mata mampu melihatnya. Seperti aku yang tidak menyadari perasaanku sudah tumbuh sampai sebesar ini. ---- Umji menjadi bulan-bulanan dikelasnya karena ia dianggap jelek dan buruk rupa...