LIE

1.2K 164 15
                                    

Hari semakin malam, udara terasa semakin dingin, kaki Umji gemetar. Dengan tatapan penuh harap ia terus memandang ke arah pintu masuk Namsan Tower malam itu. Tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Suga. Umji melirik jam tangannya, sudah hampir pukul setengah 11 malam.

"Permisi nona, kita akan segera tutup. Salju juga sudah semakin lebat, sebaiknya anda pulang." Tegur salah seorang petugas yang bekerja di tempat itu.

Umji menoleh, wajahnya tampak kebingungan apakah dia harus pulang atau menunggu Suga disini. Umji mengambil ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Suga sekali lagi, namun sama seperti sebelumnya tidak ada jawaban.

Umji mengembuskan nafas panjang, dengan berat hati akhirnya ia berjalan meninggalkan area Namsan Tower. Sesekali ia masih menengok ke belakang melihat tempat dimana mereka berjanji untuk bertemu. Bagaimana jika Suga datang dan ia tidak berada disana?

"Apa terjadi sesuatu?" gumam Umji pelan. Tiba-tiba saja ia merasa sangat khawatir, ia tau Suga adalah tipe pria yang selalu menepati janjinya. Mungkin Umji seharusnya menunggu disana sedikit lebih lama.

DING

Tiba-tiba ponsel Umji berbunyi. Buru-buru Umji mengambil ponselnya. Ada sebuah pesan masuk. Umji harap itu adalah Suga. Tapi tatapan matanya berubah sendu begitu melihat pesan tersebut justru dari Sinb.

Sinb : Yewonie, apa kau sudah dengar? Yoongi sekarang berada di rumah sakit.

Umji terkejut, matanya mengerjap beberapa kali memastikan ia tidak salah membaca pesan itu.

"Rumah sakit?!" Umji menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Apa benar-benar telah terjadi sesuatu? Apa pria itu terluka? Apa dia baik-baik saja? Apa dia dipukuli lagi? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya. Buru-buru Umji berlari menuju jalan besar dan mencari halte bus terdekat.

Sambil berlari Umji sesekali menekan beberapa tombol di ponselnya. Ia menelepon Sinb.

"Dimana dia?!" tanya Umji begitu Sinb mengangkat telponnya. Mata Umji sibuk melihat ke kanan dan ke kiri mencari halte.

"Di daerah Dongdaemun."

Umji tidak peduli dengan hembusan angin malam yang semakin menusuk kulitnya. Yang ada di benaknya saat ini hanyalah ia harus menemui Suga secepat mungkin. Ia mengkhawatirkan namja itu.

"Yewon," panggil Sinb yang bisa mendengar suara nafas Umji yang tergesa-gesa. Umji tidak menanggapi, ia masih berlari menyusuri trotoar. Karena tidak juga menemukan halte, Umji buru-buru menepi dan menyetop sebuah taksi.

"Yoongi di sana menemani Eunha," ucap Sinb di sebrang.

Tangan Umji yang tadinya bergerak membuka pintu taksi mendadak berhenti. Kata-kata Sinb barusan berhasil menarik perhatiannya.

"Sebaiknya kau jangan pergi kesana," ucap Sinb hati-hati. Umji masih berdiri diam di tempatnya, "Eunha unnie?" Umji berusaha meyakinkan ia tidak salah dengar.

"Aku dengar Eunha terluka karena dipukuli oleh atasannya. Pokoknya kau tidak usah pergi menemuinya. Kau pasti paham maksudku," ucap Sinb lagi berusaha meyakinkan sepupunya itu.

Tuut tuut

Umji memutuskan sambungan telpon. Ia membuka pintu taksi dan duduk di bangku penumpang. Umji tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, yang jelas hatinya terus meminta untuk segera menemui Suga sesegera mungkin.

☀️☀️☀️

Suga duduk tertunduk di kursi tunggu ruang Instalasi Gawat Darurat salah satu rumah sakit di daerah Dongdaemun malam itu. Ia mengusap rambutnya frustrasi, kakinya terus menyentak lantai karena ia merasa sedang sangat terburu-buru sekarang.

INVISIBLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang