Cinta itu tidak buta. Hanya saja tidak semua orang yang memiliki mata mampu melihatnya. Seperti aku yang tidak menyadari perasaanku sudah tumbuh sampai sebesar ini.
----
Umji menjadi bulan-bulanan dikelasnya karena ia dianggap jelek dan buruk rupa...
Suga terdiam di tempatnya. Umji sudah memutuskan sambungan telponnya namun namja itu masih mematung tak mempercayai apa yang baru saja ia dengar.
Suga menunduk, tangannya yang masih memegang telpon pelan-pelan turun dan mengembalikan ganggang telpon tadi ke tempatnya. Tatapan matanya berubah kosong, wajahnya tak menggambarkan ekspresi apapun. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Suga berjalan melangkahkan kakinya keluar restoran. Tak di pedulikannya bapak tua pemilik restoran itu yang terus memanggilnya dan mengatakan untuk tetap tinggal sampai salju berhenti.
Suga masih berjalan dan terus berjalan tanpa tujuan. Kata-kata Umji barusan benar-benar telah meruntuhkan seluruh harapannya. Mendadak otaknya tidak bisa berpikir dengan benar. Waktu seakan berhenti dan tak mampu meyakinkan Suga bahwa yang baru saja terjadi adalah kenyataan pahit yang harus ia terima.
Langkah Suga berhenti. Apa Umji sungguh tidak datang? Apa yeoja itu serius mengatakan bahwa apa yang telah ia ucapkan tadi pagi adalah suatu kesalahan? Apa itu artinya cintanya di tolak? Lalu apa maksud dari kata-kata selamat tinggal itu? Apa Umji tidak mau bertemu lagi dengannya?
Suga menepi, ia duduk meringkuk di tepi trotoar, membenamkan wajahnya di balik lipatan tangannya yang berusaha menghangatkan tubuhnya. Ia tidak bisa mempercayai semua ini. Ia pikir sedikit lagi ia dan Umji akan berbahagia bersama. Apa ini benar-benar akhir untuk semuanya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☀️☀️☀️
Umji bangun dari tidurnya. Matanya sembab karena terlalu banyak menangis tadi malam. Kepalanya terasa berat, belakangan ini banyak sekali hal yang telah terjadi. Umji merasa sangat lelah, ia merasa tidak mampu jika harus mengalami semua hal menyakitkan ini.
Umji bangkit dan berjalan menuju jendela balkon kamarnya. Sinar matahari sudah terlihat menyusup masuk dari sela-sela gorden yang masih tertutup. Tanpa semangat Umji menyibak gorden jendelanya dan membiarkan bias cahaya matahari menyentuh wajahnya. Umji memejamkan mata, mencoba untuk menikmati kehangatan cahaya matahari pagi itu.
Umji menarik nafas panjang dan pelan-pelan mulai membuka mata. Tangan kecilnya bergerak membuka pintu kaca penghubung dari kamar menuju balkon. Saat pintu baru terbuka sebagian, manik mata Umji secara tidak sengaja menangkap sosok seorang pria yang duduk berjongkok di bawah sebuah tiang listrik di sebrang jalan rumahnya. Gerak Umji berhenti, mendadak jantungnya berdegup kencang begitu bisa mengenali namja itu. Meskipun namja itu menunduk, namun Umji bisa dengan mudah mengetahui siapa dia.
Umji menutup mulutnya dengan telapak tangannya, Umji merasa sangat terkejut melihat Suga yang entah sejak kapan sudah berada disana. Bahkan dari atas sini Umji bisa melihat namja itu menggigil kedinginan, terlebih lagi ia tidak menggunakan mantel. Spontan Umji berbalik dan berlari keluar menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Saat mencapai pintu depan, baru saja Umji akan membuka pintu tiba-tiba langkahnya berhenti.
Umji menunduk, kenangan akan kejadian tadi malam kembali memenuhi kepalanya. Umji menggigit bibir, ragu-ragu ia mundur beberapa langkah. Ia tidak bisa pergi menemui Suga atau semuanya akan terasa semakin sulit untuknya. Bukankah dia sudah memutuskan untuk merelakan Suga untuk Eunha? Meskipun jauh di dalam lubuk hatinya Umji benar-benar ingin menemui namja itu, tapi ia tidak bisa.