Alunan gitar masih saja menemani para pengunjung Sloae Cafe yang semakin malam semakin rame itu. Seorang gadis yang memainkan gitar tersebut nampak enjoy memetik satu demi satu senar yang mengiringinnya bernyanyi.
I'm missing you
When I say that, I miss you more
I'm missing you
Looking at photos of you from before
I'm missing you
Why's it that time is so cruel?
I hate what's between us two
We can't even see each other anymore even once, what can we do?Penampilan gadis itu berhasil menarik setiap sudut bibir milik pengunjung yang sedang menikmati makanan mereka. Beberapa di antaranya ada yang memejamkan matanya untuk menikmati lagu tersebut.
After the cold winter ends
Until spring decides to come again
Until flowers, they bloom again
Please stay where you are and wait for me
Please wait for meLagu berjudul Spring Day milik BTS versi English tersebut mengakhiri penampilan Riska malam ini. Tepuk tangan cukup meriah menemani langkah Riska turun dari panggung kecil, tempat ia memainkan gitarnya.
Saat ia menuju backstage, seseorang menghalangi jalannya.
"Hai!" sapa lelaki tersebut dengan santai. Wajahnya terlihat samar akibat lorong yang minim cahaya.
Tinggi lelaki di depannya yang menjulang berdiri di anak tangga membuat tangan Riska tanpa perintah membawa gitarnya ke pelukannya. "Eemm... ha... hai. Kamu siapa? Ada apa?" tanya Riska sedikit gugup sambil menengok sekitar, memastikan ada manusia lain untuk ia minta tolong jika sesuatu terjadi padanya. Didapatinya keramaian para pengunjung yang sedang menikmati makanannya di sebelah kanan melalui jendela yang terpajang di lorong. Walau sedikit jauh dari tempatnya berdiri, ia sedikit lega. Setidaknya suara cemprengnya pasti akan terdengar jika ia berniat teriak sungguhan.
"Kita bisa ngobrol nggak?" ucap lelaki tersebut sambil mengacungkan jempolnya ke belakang. Riskapun mengangguk sebagai respon. Ia bersyukur, setidaknya yang lelaki tunjuk merupakan backstage, yang berarti orang tersebut memang tak berniat jahat.
Saat memasuki ruang backstage, Riska dapat melihat wajah sosok yang sempat mengagetkannya tadi dengan jelas. Riska membuka matanya sedikit lebih besar, pertanda ia terkejut dengan apa yang ada di hadapannya.
Cogan!
"Nngg... ada apa ya ... Mas?" tanya Riska sambil merubah posisinya menjadi memegang gitar.
Sosok di depannya tersenyum. "Kenalin, gue Rafa, Rafael Setiawan. Anak SMA Garuda. Gue juga keponakannya Om Fendi-pemilik Sloae cafe- kalau lo perlu tau. Lo Riska kan?" ucap lelaki tersebut membuat Riska ikut melengkungkan bibirnya ke atas. Riska tak terkejut saat Rafa mengetahui namanya, karena Riska selalu menyebut namanya sebelum ia mulai bernyayi di atas panggung.
"Iya, gue Riska. Kenapa ya?"
"Pertama, jangan panggil gue dengan embel-embel 'mas' ya, FYI, gue itu baru kelas 11," ucap Rafa dan dibalas dengan anggukan oleh Riska.
"Gue mau minta tolong sama lo, lo bisa nggak ajarin gue main gitar?"
Riska menaikan alisnya sebagai respon. "Gue?" ia menunjuk dirinya, lalu jari telunjuknya ia pindah arah menjadi ke arah Rafa. "Ngajarin Lo?" sambungnya.
"Iya. Soalnya, gue males kalau belajar di tempet les musik. Ribet. Mending sama lo. Masih muda, jago main gitarnya, suara bagus, and ... biayanya gak mahal?" ucap Rafa sambil cengir seperti halnya anak kecil yang habis melakukan kesalahan. Riska hanya tertawa kecil mendengar perkataan Rafa.
"Jadi gi mana? Bisa nggak?" desak Rafa ingin secepatnya mendengar keputusan dari Riska.
Riska menghela nafas sejenak. "Hm, bisa aja sih. Tapi latihannya di mana?" jawab Riska. Ia pikir tak ada salahnya mengajari seseorang untuk bermain gitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...