ABANG 20
Kriuk... kriuk... kriuk...
"Zril, haruskah lo ngunyah tuh kripik ngampe gtu? Berisik banget," komentar Radhin yang tengah sibuk dengan game onlilne di hp nya,
Sudah ke sekian kalinya Azril memasukan segenggam kripik ke mulutnya dan dikunyah menimbulkan bunyi cukup keras. Bunga yang berada di antara keduannya hanya bisa diam dan bergeleng, heran bisa mempunyai teman sekelompok seperti mereka. Yang satu rada idiot bersama makanan yang Riska suguhkan, yang satu main HP mulu, yang satunya nggak dateng-dateng.
Yang diajak bicara menoleh. "biasa aja kali Bro! enak nih! Cobain deh!"
"serah lu!"
"udah setengah jam nih. Atia ke mana sih?"
"tau dah, katanya Bokap nya nggak kasih dia keluar rumah. Dari tadi dia berusaha coba ngerayu bokapnya katanya." Riska nampak sedikit kesal. Sedangkan Radhin berdecak.
"kenapa sih, tu anak dikekang banget sama bokap nya? Udah gede kali dia, over protektif banget." Lanjut Riska.
"hm... setau gue, dia kan anak pengusaha sukses gitu, anak orang kaya lah pokoknya, emaknya di luar negeri. Terus kalau pengusaha gitu kan biasanya banyak saingannya gitu, jadi Ayahnya over. Takut anaknya dijadiin ancaman buat perusahaan lain. Ntahlah. Ribet pokoknya."
"hm.. pantes tuh bocah diem mulu. Kasian." Respon Riska.
Radhin menarik nafasnya panjang.
"ya udah, yuk dah kerjain. Time is money!"
Detik berikutnya ketiganya bangkit dari duduknya untuk mengerjakan praktikumnya, yakni menghitung Kesetimbangan benda tegar. Mereka mengerjakannya di halaman rumah Riska agar pencahayaan lebih baik, bukan sekedar praktik, tugas ini juga harus di-videokan sebagai bukti pengerjaan.
"cut!" sudah kesekian kalinya Radhin meneriakan kata tersebut karena Riska kurang tepat saat menjelaskan tentang praktiknya, menurutnya. Riska pun membuang nafas kasar sambil memutar matanya 90 derajat.
"apalagi sih kurangnya, Dhin?" sewot Riska.
"kan udah sedikit senyum, pakai kata centimeter, posisi pengukurnya juga udah bener, apalagi? Heng?"
Sedangkan Azril yang memegang kamera hanya menepuk dahinya. Mungkin dia mulai lelah dengan perdebatan yang sedari tadi ada... saja di antara Riska dan Radhin.
"hm... itu seharusnya Lo bilang perbandingannya di sebelah sini," Radhin menunjuk area di mana ada sisi kosong antara pengukur satu dan dua. "jadi Lo bisa ucapin besar perbandingannya sambil nunjuk pengukur nya yang mana," lanjutnya.
Ada benarnya, namun tak terlalu penting. Sedari tadi begitulah pikir Riska setiap Radhin berkomentar.
"lah, apa bedanya sih? Di sini sama aja kali."
"biar bagus," jawab Radhin datar.
"ck! Aigo jinjja micoso..." (haduh, benar-benar gila) gumam Riska kemudian berpindah posisi ke tempat yang Radhin maksud.
"udah, puas?" Radhin pun menanggapi dengan mengangkat kedua alisnya cepat.
Sudah hampir 45 menit mereka berkutat dengan pembuatan video tersebut, tak terlepas dari perdebatan antara Radhi dan Riska tentunya. Selama itu, tidak ada kabar sedikitpun dari Atia. Mungkin ia emang tak diberi izin oleh Ayahnya.
"oke, tinggal penutupun. Jadi gi mana? Jadi gue doang atau semua anggota kelompoknya?"
"bagusnya si semua anggota, biar muka gue nongol gitu di kamera," ucap Azril.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...