Jantung Riska berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia terkejut. Mungkin ia akan dilarikan ke rumah sakit sekarang jika ia tidak ditarik oleh orang yang sekarang sedang ia tatap.
"Kak.. Reva?" gumam Riska. Detik berikutnya Reva melepaskan dekapannya dari Riska dengan pelan.
"Eh ceber! Lo gi mana sih? Ogeb banget! Kalau jalan tu mata dipake!" sahut seseorang dari belakang keduannya yang ternyata adalah Radhin dengan alisnya yang ia kerutkan.
Riska menoleh dan memberikan tatapan sengit karena disebut ogeb alias bego oleh Radhin.
"Lo nggak papa, Ris?" Tanya Reva mengabaikan ocehan Radhin.
Riska kembali menghadap Reva dan menunjukan senyumnya. "Alhamdulillah ngakpapa kak. Makasih ya," jawab Riska sambil menarik anak rambutnya ke belakang telinganya. Riska merasa dirinya tengah dikhawatirkan oleh Reva, bibirnya tak bisa ia tahan untuk tidak tersenyum.
Reva pun berkata, "Ya udah kalau gitu gue cabut dulu ya, hati-hati kalau jalan," membuat Riska mengangguk bersama senyumnya. Senyum Riska masih merekah saat melihat Reva yang setengah berlari memasuki perpustakaan umum yang berada di sebelah Indomaret tersebut. Tak bisa dipungkiri meski hampir celaka, Riska merasa sangat senang sekarang.
Setelah sosok Reva hilang dimakan pintu masuk, Riska baru menyadari sesuatu. Es Krim nya!
"Yahhh! Es krimm gue! Hngggg," ucap Riska meratapi nasib eskrimnya yang sudah mencair tergeletak di aspal. Lalu tanganya ditarik untuk kedua kalinya oleh tangan kasar. Namun kali ini yang melakukannya adalah Radhin.
"Mau ngapain lo?! Jangan modus deh!" ujar Riska sambil menjatuhkan pandangnya kepada tangan Radhin yang menggenggam pergelangan tangannya.
"Ck! Geer banget si lo! Mau es krim nggak?" Tanya Radhin masih dengan posisi tangan yang sama.
Riska tersenyum. "Lo mau beliin gue? Kesambet apa lo?" ucapnya membuat Radhin memutar bola matanya.
"Ck! Bawel banget si lo! Mau apa nggak?" ujar Radhin lalu dengan cepat Riska menjawab, "Iya-iya! Elah sewot amat jadi cowok."
Radhin pikir Riska hampir celaka disebabkan juga karena ia yang tak bisa menjaga temannya. Maka dari itu ia memilih membelikan Riska es krim sebagai bentuk permintaan maafnya. Karena Radhin sendiri bukanlah tipe orang yang mudah mengucapkan kata maaf.
Lalu merekapun mendatangi toko Amazing Watch tersebut dan memesan jam dinding untuk kelas mereka yang akan jadi 3 hari kemudian.
Sesampai keduanya di parkiran sekolahnya, hanya tersisa motor Riska dan beberapa motor milik guru yang terparkir di sana.
"Thanks," ucap Riska sambil turun dari motor Radhin
"Hm," jawab Radhin. Riska sedikit merutuki Radhin atas responnya, "Sok cool banget dah respon cuma bilang hmm. Seharusnya kan dia yang bilang makasih karena udah gue anterin, dasar kutu kupret!"
Menyadari Riska masih di sampingnya sambil melihatnya, Radhin pun berkata, "Ngapain lo masih di sini? Terpukau ya sama kegantengan gue?"
"iddihh! Jibang!" ujar Riska lalu berjalan cepat ke arah motornya.
"Jibang-jibang! Gue tuh yang ngerasa jibang sama lo!" sahut Radhin yang tidak mendapat respon balik dari Riska.
"Dasar, gak tau terimakasih banget!" batin Riska tanpa menoleh.
Bingung tak mendapat respon, Radhin pun tak mengalihkan pandangannya dari langkah Riska.
Tak terduga Riska malah tersandung batu dan akhirnya terjatuh. Radhin pun langsung tertawa melihat kejadian itu, "Bwahahahaha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...