The day before.
"ky, kali ini gue mau lo celakain tuh Riska. Kayaknya si Radhin suka sama tuh cewek." masih pagi namun Manda sudah membuat jidat Ricky berkerut.
"lo apa-apaan sih? Semua udah berlalu, Manda. Lo ngapain sih pakek mau celakain orang lagi?"
"lo jangan banyak nanya, gue belum puas sebelum si Radhin ngerasain apa yang gue rasain. Lo tau sendiri kan masih banyak anak orang nyinyirin gue?"
"ck, pokoknya gue gk mau. Semua udah cukup."
"lo mau bantah gue? Lo lupa hutang--"
"gue udah nggak peduli lagi sama hutang-hutang bokap gue, Nda. Gue cuma minta waktu ke lo buat lunasin semua. Gue mau bantu lo, kerjain PR, jadi babu lo, fine gue nggakpapa. tapi gue nggak mau bantu lo buat jadi manusia jahat. Cukup, Nda. Hidup lo bisa bahagia kok tanpa Radhin, tanpa rasa balas dendam itu. Cara balas dendam sama masa lalu itu, ya dengan bahagia di masa kini Nda. Percaya sama gue. Lo berbuat jahat gini, nggak ada gunanya sama lo. Lo nggak bahagia."
"lo tau apa soal bahagia? Keluarga lo juga buruk, Ky. Lo menjalani hidup lo juga berat. Kenapa lo nggak syukur aja gue kasih wadah buat luapin semua kekesalan lo? Jangan munak!"
"meskipun keluarga gue buruk, yang bikin gue punya banyak hutang padahal gue nggak pernah makek sekalipun, gue tetep bahagia. Gue punya orang yg gue sayang, gue punya Raina, gue punya lo. Gue udah cukup bahagia." Manda nampak tertegun dengan ucapan lelaki yang sudah menjadi partnernya sejak lulus menengah pertama tersebut.
"halah, berisik lo!" gadis yang ujung rambutnya dicat merah itu memalingkan wajah. Ia tahu, bahwa mereka memang mempunyai hubungan simbiosis mutualisme. Yang satu butuh uang, yang satu butuh pesuruh. Tentu Ricky bahagia memiliki Manda. Dan tak bisa dipungkiri Manda bahagia memiliki Ricky yang selalu ada untuknya.
"terserah kalau lo nggak mau, lo bukan satu satunya senjata gue kok!"
"Nda--" blum sempat melanjutkan, Manda terlebih dahulu meninggalkan lelaki bermasker tersebut.
Ntah siapa maksud 'senjata' yang Manda ucapkan. Siapa lagi babu yang Manda punya selain Ricky? Ricky tak begitu peduli. Intinya, Ricky benar-benar tak setuju dengan rencana Manda.
"argh!" Ricky mengusap rambutnya kasar. Jika bukan kejadian kemarin, mungkin Ricky bisa saja melaksanakan perintah Manda. Kenapa harus Riska? Kenapa?!
Flashback
"Raina! Kamu ke mana aja sih? Abang cariin ke mana-mana tau." Ricky berjalan cepat kemudian memeluk cepat adiknya tersebut. Ia bahkan sudah berkeringat sekarang.
"Abang kelamaan sih di toilet, tadi aku lihat kupu-kupu. Terus nabrak kakak ini. Eh aku dibelikan es krim lagi. Heheh...." gadis kecil tersebut terkekeh kemudian kembali menjilat es krimnya.
"Ricky?" sapa Reva mengenali teman seangkatannya itu. Mereka saling kenal karena satu tenda saat ada pelantikan pramuka wajib dulu. Namun setelah kegiatan pramuka selesai, pertemanan mereka pun ikut selesai. Jarang berinteraksi, hanya tau nama. Ntah lah, Reva merasa Ricky selalu menghindar darinya. Mungkin ia termasuk orang yang sangat introvert. Dan Reva tak ada niatan untuk mengusik orang lain, terlebih dia juga tergolong orang yang cuek dengan pertemanan.
"eh Reva? makasih ya!"
"ini Riska yang beliin dia es krim."
Ricky tampak sedikit terkejut melihat Riska.
"lain kali jangan ditinggal sendiri ya kak adiknya." Riska menunjukan senyumannya.
"iya, makasih ya," ujar Ricky. Dengan tampang anehnya, Riska mengangguk. Sosok di depannya ini memang terlihat sedikit berbeda dengan yang biasanya ia temui di sekolah. Dengan kaos putih, celana dongker panjang dan tanpa masker di wajahnya, ia terlihat cukup tampan. Heheu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...