"yaa mana gue tau ban motor gue bakal bocor. Lo liat sendiri kan tadi pas kita berangkat bannya sehat waalfiat?" ucap Riska sambil turun dari motornya setelah mendengar omelan Radhin soal sepeda motornya yang ternyata juga kempes dan tidak tahan menginjak krikil yang akhirnya pecah luar dan dalam.
Radhin pun hanya diam sambil melepas helmnya kemudian turun dari motor Riska dan menyusul Riska yang sudah berjalan ke arah loby sekolah.
Kehebohan Kia, Wulan, Audy dan Keisha menyambut Riska di gerbang sekolah. Mereka khawatir dengan keaadaan Riska, yang namanya kecelakaan, pasti meninggalkan luka, entah itu batin atau fisik.
"woyy Ris!"
"Lo nggakpapa?!"
"Mana yang luka?!"
"Lo jadi ke rumah sakit kan?!"
Begitulah kalimat-kalimat yang diutarakan oleh Aiceber, sahabat yang Riska punya sejak menginjakkan kakinya di sekolah tercintanya ini.
Riska tersenyum melihat ekspresi keempat perempuan di hadapannya yang terlihat khawatir tersebut.
"gue baik-baik aja kok guys. Cuma sedikit kok lukanya, noh. Jadi nggak perlu ke rumah sakit." Ucap Riska bersama senyum menenangkan sambil menunjukan lengannya yang sudah terplester.
"wahh Alhamdulillah deh Lo nggak papa." Ucap Kia kemudian memeluk Riska disusul Keisha, Wulan dan Audy.
"alay." Ucap Radhin pelan melihat adegan tersebut lalu melangkahkan kakinya ke dalam kelas, bersama senyumnya yang ia tak sadari keberadaannya.
"eh, Dhin! lo nggak papa?" Tanya Kia setelah melepas pelukannya kepada Riska. Radhin pun berbalik dan menunjukan senyum jailnya.
"cie khawair sama gue...," ucapnya.
"dihh alay!" sahut Riska lalu berjalan masuk ke dalam kelas hendak mengambil tasnya. Radhin menatap Riska sekilas lalu kembali kepada Kia.
"apaann dah." Ujar Kia menaggapi Radhin, senyum Kia malah ikutan muncul tanpa perintah.
"hehe, gue baik-baik aja kok. Cuma luka di sini, sama di sini agak sakit. Duh nyut-nyut banget, Ki. Coba deh Lo pegang sini, gue yakin langsung sembuh." Ujar Radhin jujur namun terlihat cukup manja dan genit. Kalau begini, ia terlihat seperti playboy kacangan.
"dihh jibang!" sahut Audy lalu masuk ke dalam kelas disusul oleh Keisha. Sedangkan Kia masih diam di sana menampilkan kekehannya.
"lebay deh Lo, sini gue liat!" ucap Kia lalu memegang lengan Radhin yang terplester sedikit miring dan terdapat lipatan di sana.
"kok nempelnya gini banget sih Din? Lo ngeplester sendiri?" Tanya Kia lalu mendapat anggukan dari Radhin sebagai jawaban.
"lah, kenapa nggak minta tolong Riska aja sih? Biar rapian plesternya."
"ogah dianya. Pelit emang si Ceber."
"masa? Emang lo udah minta ke dia? Kalau lo minta tolong, dia pasti mau kok. Gini doang jugaan."
"tau dah. Gini nggak papa kok, kelipet dikit doang." Radhin kembali melihat plesternya yang tak sempurna itu.
Lalu seseorang menepuk pundak Kia membuat Radhin mendongakan kepalanya. Ternyata orang tersebut adalah gadis yang bersamanya saat kecelakaan tadi.
"gue balik dulu ya! izinin ya ke Bu Nadin (guru sejarah), sama Bu Tari (guru seni). Bilang aja sakit. Okey? Makasih! Ohiya nanti on grup Aiceber ya, gue mau curcol. Hehe, bye! Kunci motor!" setelah mendapat jawaban anggukan dari Kia dan sodoran kunci motornya, Riska melanjutkan langkahnya ke tangga bersama tas yang sudah terlampir di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...