14. Luka

647 39 0
                                    

Mini market tersebut tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung yang sedang memilih beberapa benda untuk kebutuhan hidupnya. Riska memasuki ruangan tersebut dengan setengah hati. Entah kenapa segala sesuatu yang bersangkutan dengan kakak keduanya tersebut pasti membuatnya kesal.

Seperti saat ini, manusia berjenis kelamin yang sama dengan Riska itu menyuruh Riska untuk membelikannya sebuah lipgloss Lip Ice berwarna pink. Yakni sebuah benda yang sebenarnya tidak perlu perempuan gunakan semasa sekolah, menurut Riska. karena dinilai terlalu dewasa dan menyalahi aturan sekolah.

Selain itu, hanya kemungkinan kecil Tata -nama kakak kedua Riska- akan mengganti uang Riska untuk barang yang tak pernah Riska pakai tersebut. Belum lagi omelan Ibu nya yang nanti juga pasti akan terlontarkann untuknya karena mau saja membelikan kakaknya sesuatu yang tak semestinya.

"Wah si ceber ternyata makek begituan juga? Emang lo bisa cara makeknya?" sebuah suara terasa tertuju pada Riska yang tengah berdiri di depan kasir. Riska menoleh, dan ternyata itu adalah Radhin yang mengenakan baju futsalnya sedang membawa botol minuman bertuliskan Mizone.

"Wadoh... empat L nih." Ujar Riska lalu memutar bola matanya 180 derajat.

"empat L apaaan? Kebiasaan deh lo ngomong pakek bahasa alien."

"ck, Lo Lagi Lo Lagi." Ujar Riska lalu membalikkan badannya ke kasir. Radhin pun mengangkat satu alisnya sebagai respon terkejut dan sedikit bingung.

"heh," dengus Radhin membuang nafasnya dengan kasar. "dasar manusia alay." Ucap Radhin pelan namun masih bisa didengar oleh Riska yang berada di depannya.

"Apa lu bilang?"

"kepo!"

"njsss."

"Ini saja mbak? Ada lagi yang mau ditambah? Ini sabun Detolnya lagi diskon 20% loh mbak, sekalian," ujar Mas kasir ramh sambil menengadahkan tangannya di hadapan sabun yang terbungkus plastic hijau tersebut.

"Nggak Mas, itu aja." Jawab Riska lalu menyerahkan uang 50 ribunya.

Setelah menerima, Mas kasir memberkan beberapa uang kembalian. "ini belanjaannya, terimakasih, selamat berbelanja kembali." Riska pun melangkah ke pintu tanpa menoleh kembali ke Radhin untuk salam perpisahan atau apa. Lagian Radhin juga nampak tidak terlalu peduli.

Ketika keluar, terlihat Reva yang tengah anteng duduk di jok motornya bersama matanya yang tengah menerawang memperhatikan kendaraan yang lalu lalang.

"udah kak. Maaf lama." Ucap Riska membuat Reva menoleh ke arahnya lalu tersenyum.

"yuk!" ucap Reva lalu meraih helm nya.

Angin berusaha membuat rambut Riska menari-nari. Dan hal itu berhasil. Meski kecepatan yang Reva lajukan sekarang tak sampai 40 km/jam hal itu cukup untuk membuat rambut Riska bergerak dengan sendirinya dan membuat Riska menyipitkan matanya takut-takut debu memasuki matanya.

Bukan karena Reva mau berlama-lama menggonceng Riska, ataupun takut untuk mengebut, hanya saja Reva tak mau membuat penumpangnya menjadi pusing akibat terkena angin kencang, belum lagi Riska tak mengenakan jaket saat ini.

"Ris lo nggak papa nggak pakek helm?" ujar Reva memecah keheningan.

"ha?" Riska tak menduga bahwa Reva akan berkata seperti itu, mungkin ia salah dengar.

"lo nggakpapa nggak pakek helm? nggak pusing? Kalau pusing lo bisa pakek helm gue." Jelas Reva membuat Riska tersipu sendiri.

"Omaygatt. Kak Reva khawatirin gue? Aduhh kak jangan terlalu baik sama gue, entar gue tambah naksir!" Jerit Riska dalam hati

ABANG #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang