Kia: Ris, udah siap belum? Gue jemput nih.
Kia: P
Kia: P
Kia: P
Riska menarik nafasnya panjang. Melihat notice LINE nya yang berasal dari salah satu sahabatnya itu. Ia sangat senang diajak jalan oleh Kia, ditambah iming-iming traktiran es krim dan sepaket makanan kesukaannya. Pasti Riska sangat excited sekarang jika ia lupa bahwa ia hanya akan berjalan berdua dengan Kia, atau dengan keempat sahabatnya. Sayangnya, ingatan bahwa mahluk bernama Radhin akan ikut serta, membuat Riska dengan setengah hati bersiap-siap sekarang.
Riska: hm.
Riska: lima menit lagi siap kok, jalan aja.
Kia: okey, siap.
Riska: titidije (hati-hati di jalan)
Read.
Tak lama kemudian, suara mobil terparkir di depan rumah Riska dan membuat Riska segera keluar dari kamarnya. Ia menuju ruang tengah dan mendapati Bapak serta Ibunya sedang menonton TV. Ia pun menyalami keduannya, dan berpamitan.
"hati-hati Ris."ucap Bapaknya. "jangan malam-malam pulangnya ya."
"iya." Jawab Riska singkat lalu berjalan ke arah pintu dan mendapati kia yang mengenakan rok selutut, tengah berdiri di gerbang.
"kuy!" senyum Kia ikut serta. Riska pun menggangguk sebagai jawaban bersama senyumnya.
Setibanya di Jakarta mall, Riska dan Kia keluar dari mobil jazz berwarna hitam tersebut.
"Pak, nanti kalau udah, aku telfon ya. makasi!" ujar Kia pada sosok paruh baya yang sudah melayani keluarga Pratama selama lebih dari 10 tahun.
"oke, Non." Jawabnya. Kemudian mobil tersebut berjalan menjauhi Kia dan Riska yang sudah membalikan badan dan berjalan memasuki area mall tersebut. Dilihatnya Radhin yang tengah celingukan di dekat pintu masuk. Melihat sosok yang ia tunggu menghampirinya, Radhin tersenyum ke arah Kia dan sempat melambaikan tangan. Namun hal itu terhenti saat matanya mendapati Riska yang tengah berjalan beriringan bersama Kia. Batinnya berkata, "lah, si ceber yang itu ngapain ikut elah...".
"udah lama Dhin?" tanya Kia basa-basi.
"nggak kok. Baru aja sampek." jawab Radhin bersama senyumnya kemudian memasukan tangannya ke dalam saku jeans nya. Melihat Radhin cengir, Riska hanya memasang muka datar kemudian melangkahkan kakinya mendahului keduannya dengan tangannya yang bersendekap di dada.
"yuk!" ajak Radhin kemudian keduannya berjalan beriringan. Kini ketigannya terlihat bagaikan seorang prajurit dan pasutri kerajaan. Kia dan Radhin sebagai pasutri kerajaan dan Riska sebagai pengawal yang berada tepat di depan keduannya.
Hal pertama yang ketiganya lakukan adalah bermain di timezone. Dari permainan basket, karaoke, hingga Dance Revolution, mereka mainkan menggunakan kartu timezone yang Radhin punya yang isinya tak akan habis hingga ketiganya memainkan semua permainan yang ada di sana sebanyak 2 kali.
"Ki, main Hockey Table kuy, yang itu!" ujar Riska menunjuk sebuah permainan yang berada di tengah ruangan bersama keringat yang menempel pada jidatnya sehabis bermain Dance Revolution untuk ke sekian kalinya.
"kuy!" jawab Kia bersama senyumnya. Keduannya pun melangkah meninggalkan Radhin yang juga sudah terdapat keringat di wajahnya.
"eh bentar! Kia main sama gue dulu. Kan tadi kalian udah main basket berdua, main dance juga berdua, gue juga mau main kali sama Kia. Dari tadi lo rebut Kia mulu dari gue, cebe!" Ucap Radhin berhasil membuat alis Kia dan Riska naik. Kini ketiganya seperti pasangan yang salah satunya selingkuh secara buka-bukaan. Umm. Lebih gampangnya, Kia terlihat seperti poligatri. Riska sebagai suami pertama dan Radhin sebagai suami kedua. Dan sekarang si istri kedua merajuk, karena sang suami lebih banyak bersama dengan istri pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Ficțiune adolescenți"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...