Angin malam dengan lembut masuk lewat jendela kamar Radhin yang terbuka. Hal tersebut mengundang Radhin untuk keluar ke balkon kamarnya untuk mendapatkan angin yang lebih.
Indah. Satu kata yang mewakili bagaimana pemandangan di hadapan kediaman keluarga Latief tersebut. Kegelapan yang diterangi lampu-lampu yang menyala di setiap rumah-rumah dan beberapa gedung di hadapannya, membuatnya semakin membenarkan kata indah tersebut.
Ia mulai mereview kejadian yang sempat membuatnya tertekan hari ini.
Sebenarnya, Radhin bukan tipe remaja yang suka membuat onar ala-ala bad boy tampan di novel-novel. tapi, Radhin juga bukan merupakan tipe nerd boy yang terima hal yang salah terjadi begitu saja. Tadi pagi, Radhin tak bermaksud untuk mencari masalah dengan teman kelasnya untuk berkelahi seperti itu hingga dibawa ke ruang BK. Namun karena Levi yang menyulut emosinya, dan Pak Hamdi yang kebetulan hendak ke kelasnya untuk membicarakan pertandingan futsal mendatang yang malah melihatnya hampir berkelahi, memaksanya masuk ke dalam ruangan Bimbingan Konseling tersebut.
Ahh. Mengingat rasanya memasuki ruangan yang biasanya hanya didatangi orang-orang bermasalah tersebut saja membuat Radhin merasa jengah. Belum lagi omelan pak Hamdi yang selalu mencoba terngingang di telinganya. Ditambah penambahan jadwal latihan futsal akibat si ketua futsal membuat onar. Benar-benar membuat Radhin kesal.
Namun ada hal lain yang membuatnya merasa lebih kesal. Di mana, ia mengingat kejadian 8 tahun yang lalu. Di mana ia melukai temannya sendiri dengan tidak sengaja. Rasa bersalah itu masih ada. Ntah kenapa. Padahal sang korban saja sudah berkali-kali mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan telah memaafkan kesalahan Radhin.
"Dhin, no problem. Lo nggak sengaja, dan Bayu baik-baik aja." Itulah kalimat yang Radhin ucapkan pada dirinya sendiri ketika mengingat kejadian itu. Dan kalimat itulah yang dulu sering Radhin dengar ketika rasa bersalah yang muncul atau karena seseorang yang mengoloknya sebagai pencelaka teman saat itu.
Namun sudah 7 tahun lamanya Radhin tak mendengar hal tersebut dari sahabat kecilnya, Maudy alias Kia. Dan kini, rasa bersalah yang mendalam juga Radhin rasakan terhadap Kia. Gadis yang dulu ia sayangi, namun kemudian ia sakiti hanya karena suatu hal yang tak pasti, menjadi kekasih Alexa.
"Gue kangen lo, Maudy." Gumam Radhin.
Selama tujuh tahun Radhin dan Kia berpisah, Radhin sering memikirkan bagaimana keadaan Kia dan ingin bertemu dengannya. Tidak. Bukan sering, mungkin tepatnya hampir setiap hari. Satu minggu awal Radhin pindah ke Surabaya, Radhin bahkan tak henti-hentinya merengek untuk pulang kampung ke Jakarta untuk menemui Kia.
Begitupun dengan Kia yang selalu meminta orang tuanya untuk menelfon orang tua Radhin. Namun sayang, takdir membuat keduanya berpisah selama 7 tahun dan dipertemukan kembali dengan cara yang tidak baik.
Mungkin orang lain pikir, wajar saja Radhin berubah. Karena setiap detiknya sesuatu bisa berubah. Namun bagi Kia, itu seharusnya tak terjadi dengan dirinya dan Radhin. Karena 5 tahun pertemanan mereka dahulu sangatlah berharga dan melahirkan rasa sayang yang cukup besar.
Namun meskipun Kia kini tak menjadi sahabatnya, Radhin tetap bersyukur. Anggap saja ini sebagai hukumannya atas apa yang telah ia perbuat. Karena setidaknya Radhin bisa melihat Kia setiap hari. Melihatnya tertawa, dan bersendau gurau bersama keempat sahabatnya. Ya meskipun di satu sisi, ia takut jika Kia akan tertular sikap somplak dari Riska dan yang lain. Radhin tetap bahagia.
Setidaknya itu lebih baik daripada melihat Kia menjadi gadis pendiam yang penyebabnya adalah kepergian dan kesalahan Radhin. Bahkan kini, setelah Radhin teliti ternyata Kia sudah mulai blak-blakan dan suka melawak. Mungkin ia sebaiknya berterimakasih kepada Aiceber karena sudah membawa keceriaan di sekitar Kia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...