Hari sudah sore, namun langit masih saja mendung meskipun hujan sudah reda. Riska sudah merasa lebih baik. Meskipun belum sepenuhnya. Setelah menceritakan apa yang terjadi pada Aiceber, dan tentu sikap penenang Reva, Riska merasa jauh lebih baik. Kini, ia sedang menikmati coklat milik Kia yang Kia suguhkan untuk keempat sahabatnya.
"gue nggak ngerti rasanya jadi lo, Ris. Tapi pasti rasanya beratt banget. Lo hebat! Dan gue yakin, semua pasti akan baik-baik aja, Ris. Lo harus bertahan. Tenang, ada kita di sini yang selalu ada buat lo. Lo tau itu kan?" ujar Kia sambil menggenggam tangan kiri Riska. Riska pun mengagguk sebagai jawaban diimbuh dengan senyuman tipisnya.
"dan... apapun yang terjadi di kehidupan kita, pasti ada alasannya, Ris. Dan alasannya tentu merupakan kebaikan untuk kita, meskipun dengan cara yang menyakitkan. Allah itu baik, Allah itu adil. Allah mau kita bahagia. Kamu yang kuat ya...."
"Semangat Riska...." Ujar Wulan dan Audy bersamaan. Kemudian mereka memeluk Riska memberi kekuatan.
"thanks gaes... makasih banget karena ada buat gue."
"as always! Eh, Lo udah makan belum?" Tanya Audy.
"udah kok. Tadi gue makan di rumah Kak Reva."
"hmm... bagus deh."
"eh gaes, gue nggak tau ya ini gue omonginnya waktunya pas apa nggak. Tapi sadar nggak sih? Kak Reva baikk bangettt... dan kok bisa pas gitu ya? Ketemu sama Riska? Seolah-olah dia tuh pangeran yang dikirim sama Allah biar selametin Riska... di tengah-tengah hujan lagi, hueee so sweetttt!" Wulan berujar tanpa memberikan space pendengarnya untuk merespon.
"hee bisa ae lo!"
"eh iya juga sih. Kak Reva baik banget ya? Ngampe nganterin ke sini segala pula."
"yaiyalah, masa Riska disuruh jalan kaki ujan-ujanan ke sini, Ki."
"lo emang nggak salah target, Ris."
Riska tersenyum. "well, semoga aja."
"udah pasti lah, nggak salah. Udah baik, pinter, muka lumayan juga. Dan yang paling penting, dia tau banget yang lo butuhin."
"well, dia emang baik, dan bikin nyaman, tapi gue masih bisa salah target, karena masih belum ada jaminan dia juga suka sama gue. Karena mungkin aja baiknya dia memang bentuk baiknya ke sesama manusia. Bukan antara cewek ke cowok."
"gue doain deh, semoga kalian diridhoin sama Allah buat bersama. Aamiin." Keisha mengelus rambut Riska.
"aamiin..." sahut Kia, Wulan dan Audy bersamaan. Sedangkan Riska hanya tersenyum lebar.
"Ki, nanti sebelum magrib, minta tolong anterin gue pulang ya?"
"lha? Lo pulang hari ini? Nggak nginep aja, Ris?"
"hmm, next time aja deh nginepnya. Gue harus pulang. Gue harus hadapin semuanya. Takutnya, Kakak gue juga ikutan kabur dari rumah, dan Ibu gue sendirian. Gue harus pulang nanti. Sekarang gue udah merasa baikkan kok." Riska memberikan senyuman menenangkan sahabatnya, kemudian mendapat pelukan hangat dari Kia disusul yang lain.
"gaes, masak omlet yuk! Ingin ku menyemil... ehehehe," ujar Wulan sambal mengelus perutnya.
"yuk!"
***
"lo kemana aja kemaren? Sampe nggak izin segala?"
Baru saja Riska mendudukkan pantatnya di kursi kelas, Radhin langsung duduk di atas meja seperti hendak mengintrogasi bersama wajah seriusnya. Padahal saat ini adalah moment yang sangat pas untuk tidur melihat kelas belum terlalu ramai. Hanya ada Riska, Radhin dan Atia yang ntah sedang mendengarkan apa lewat headsheet nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...