"wagilaksih! So sweet banget!" sorak Wulan excited mendengar cerita Riska kejadian yang kemarin ia alami di belakang sekolah. Dari yang ia memberanikan diri untuk bertanya ada apa hingga ia ditawari untuk menjadi gaet tamu dari Bima hari ini. Kebetulan sekarang jam pelajaran milik Bu Uta dimana menjadi panitia penyambutan juga, jadi kelas saat ini kosong. Ada tugas, namun namanya siswa jika tak diawasi ya gitu. Feel Free!
"ciee mulai tumbuh benih-benih cinta!" goda Kia membuat Riska tersenyum malu-malu.
"ciee Riska..." timpal Wulan.
"assekk. Alamat dapet traktiran nih."
Godaan-godaan yang ia dengar membuatnya spontan tersenyum malu-malu.
"hust, apaan sih. Dia kan emang baik," ucap Riska tak mau terbawa perasaan.
"By the way, gue masih nggak habis pikir sama si Kak Gio itu. Jahat banget dah," ujar Kia.
Tadi sebelum Riska memulai cerita ia sudah ke ruang BK terlebih dahulu. Ia dipanggil sebagai saksi atas kejadian kemarin. Usut punya usut, ternyata Gio melakukan hal tersebut karena ia melaksakan dare dari temannya. Dimana ia harus berpacaran dengan Via si cewek misterius, pendiam dan nggak punya temen. Kemudian jika ia berhasil mendapat ciuman di pipi maka ia akan memenangkan uang lima ratus ribu dari temannya.
Akibat hal itu, Gio mendapatkan hukuman skors selama satu minggu dan setelah masuk nanti, ia harus melakukan acara bersih-bersih sekolah, khususnya toilet lelaki.
"iya tuh gila banget. Butuh duit ya butuh aja, berjuangnya yang bener dong, masa maksa gitu caranya, ngerugiin orang lain. Mana kegolong mesum lagi caranya. Hiii kesel sendiri gue."
"gue penasaran deh apa masalahnya dia? Segitu bangetnyakah butuh uang ngampe ngelakuin segala cara? Kasihan gue."
"well, semua orang pasti pernah yang ngalamin krisis ekonomi, i mean, masalah terberat dalam hidupnya gitu lho. Ntah itu masalah ekonomi, kesehatan, keluarga atau percintaan. Tapi itu kan kita dikasih challange sama Tuhan, kita nggak bisa ngehindar, yaa harus dijalani." Keisha mulai berbicara panjang, membuat keempat temannya merubah posisinya lebih baik seperti hendak mendengarkan ceramah. Seperti saat obrolan-obrolan biasanya. Ada yang bertopang dagu ada juga yang melipat tangan duduk rapi. Keisha yang sudah biasa dengan itu melanjutkan bicaranya.
"masalah, kalau kita lalui dengan cara baik, ya kita mendapatkan kebaikan. Tapi kalau dilalui dengan cara yang buruk ya kita bakal mendapat keburukan. Harus pinter-pinter si. Makanya kalau lagi bingung atau mentok sama suatu masalah kita nggak boleh panik ngampe ngelakuin hal yang merong. Harus tenang, usaha yang baik, tentunya doa. Habis itu tawakal. And let it Flow. Karena Tuhan pasti ngasih 'resolusi' dan 'koda' terbaik pada setiap cerita kehidupan yang Ia buat. Kan?" tutur Keisha membuat keempat sohebnya mengangguk-angguk serta tersenyum ditutup tepuk tangan ringan dan acungan jemari 'OK'. Kekesalannya pada Gio sedikit berkurang tergantikan rasa kasihan yang mendominasi di hati.
"kerochi (benar)," sahut Wulan.
"well, kita doakan aja semoga masalah nya Kak Gio cepet kelar. Dan si Via nggak trauma dan sedih-sedih amat. Dan semoga tuh anak nggak semakin terkucilkan akibat kejadian kemarin. Duhh kasian banget tu anak." ujar Riska kemudian mengecek jam tangannya yang hampir menunjukan pukul sembilan namun Bu Uta masih blum memanggilnya.
"iyaa. Ya udah kalau nggak ada yang mau temenan sama dia, kita aja yuk?"
"boleh aja si, tapi dia kan nggak ada temen karena dia terlalu tertutup orangnya."
"ya juga sih. Tapi buktinya Gio aja bisa deketin Via. Pasti kita juga bisa dong? Aiceber gitu lho..."
"yaps! Daripada ntar dia kek di tipi-tipi noh yang bosen idup trus-"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...