Prittt!!!
Suara peluit pertanda pertandingan volley dimulai sudah berbunyi. Radhin, Azril, Rega, Jody dan kawan-kawan memulainya dengan servis. Ketinggian badan lawan main mereka, Levi, Restu, dan beberapa anak jangkung di kelas membuat pemandangan di depan sana cukup enak dilihat. Tak sedikit siswi yang juga heboh sendiri menyaksikannya.
"gilak, itu Kak Radhin ganteng banget!"
"Kak Levi juga, ganteng!"
"lumayan sih, tapi dia kek badboy gitu, baek an kak Radhin."
"Kak Radhin kan juga badboy? Mainin hati cewek mulu lagi!"
"yeuu, tapi kan cewek yang dimainin pantes buat disakitin. Daripada kak Levi, hobinya masuk BK mulu, nakalnya tuh nakal beneran."
"heng, nggakpapa, yang penting dia nggak nyakitin hati cewek."
"tapi kalau gitu terus, yang ada dia malah nyakitin hati ibunya sendiri."
"tapi, sedenger gue, dia itu sayang banget sama ibunya, apalagi sejak Ayahnya ninggalin dia."
"nah itu, seharusnya dia tuh..."
Ya begitulah beberapa obrolan yang terdengar di sekitar Riska dan Kia duduk. Keduannya tengah menikmati angin sepoy, sambil cuci mata tentunya. Sedari tadi mata Riska mencoba mencari sosok Reva, namun tak kunjung mendapatnya. Biasanya kini ia tengah bermesraan dengan buku fisikanya di pinggir lapangan, namun di manakah ia sekarang?
Ntahlah. Mulai lelah mengedarkan mata, tatapan Riska malah kosong ke arah net volley. Pikiran Riska malah tertuju pada keluarganya.
Semalam telah terjadi perang saudara antara dirinya dan Tika, kakak keduannya. Hal itu diawali dengan Tika yang telat pulang, pukul 9 malam. Saat ditanya ia darimana, habis kerja kelompok katanya.
Namun, Riska tak percaya begitu mudahnya, aroma tak asing dan ia menayai apa saja soal kerkelnya. Sesuai dugaan, Tika menjawab dengan gagap.
"kan, pasti lo habis dari Bar kan? Udah dibilang jangan ke sana! Cukup Bapak aja yang minum! Lo jangan ikut-ikutan bisa nggak? Gue nggak mau keluarga kita rusak, Kak!"
"suka suka guelah! Kalau Bapak aja boleh minum, kenapa gue nggak?"
"ck, lo tuh ya! nggak guna banget jadi Kakak! Lo nggak mikirin perasaan Ibu? Keadaan udah reda nih ya, kalau dia tau lo minum gini gi mana?"
"I don't care, dia bahkan nggak peduli sama perasaan kita, dan malah masih mau sama Bapak yang sifatnya kayak gitu."
"kok lo gitu sih?"
"whatever."
Brukk!!
Sebuah bola terhempas ke kepala Riska membuatnya sedikit terhenyak. Levi tadi menyemes bola, dan Radhin menghadang, ntah berapa kecepatan cemesan sehingga bisa nyuing ke kepala Riska.
Yang terkena bola sempat terkejut, kemudian memegangi kepalanya yang mulai terasa nyut nyut. Sedangkan Radhin dan beberapa orang yang menyaksikan ada yang tertawa lepas, merasa kasihan dan juga iba kepada Riska.
Tangannya masih mencoba menggosok-gosok jidatnya, Kia pun sedikit terkekeh sambil mengusuk Riska dengan rambutnya.
"sorry, Ber, nggak sengaja!" sorak Radhin dari tengah lapangan. Yang diajak bicara hanya menatap kosong ke arah net, apakah Riska mulai sedeng? Lupa ingatan?
"Ris? Kok lo diem aja? Ke UKS yuk? Kompres aer dingin, udah mulai merah tuh... weh benjol ternyata!" ucap Kia mulai khawaitr setelah tadinya sedikit terkekeh. Riska masih terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Ficção Adolescente"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...