Kurang ajar memang. Jam bahkan belum menunjukan pukul tujuh saat Radhin tetiba datang dan mengacak rambut Riska. Ntah apa maksudnya. Yang pasti, tindakan Radhin yang tetiba itu membuat rambut Riska benar-benar berantakan. Untung saja Reva sudah pergi setelah menerima ucapan terimakasih dari Riska karena sudah mengirimkan foto semalam. Tindakan Radhin yang tetiba itu bahkan berhasil membuat Kia dan Keisha ternganga. Sedangkan Audy yang baru datang malah tertawa melihat komuk Riska yang berantakan.
Beberapa detik kemudian, Riska menyibak rambutnya agar dapat melihat lebih jelas, dan berjalan mendekat ke Radhin yang berhasil membuat tawa Radhin menurun.
"apa?" arti tatapan Radhin yang mendapat delikan dari Riska. Sontak tangan Riska naik dan menarik rambut Radhin hingga Radhin menaikkan ujung bibirnya sebelah.
"ATAS DASAR APA, LO TETIBA NGACAK RAMBUT GUE YANG BADHAY INI HA?" Riska berbicara penuh penekanan di awal dan cempreng di akhir kalimatnya membuat Radhin reflek menutup telinganya. Beberapa orang di koridor tersebut pun tertarik untuk menyimak. Pagi-pagi sudah mendapat bahan gibahan saja.
Jody yang baru saja datang langsung terkejut melihat penindasan tersebut.
"weh-weh! Kenapa nih?"
"TEMEN LO NIH. MASIH PAGI UDAH NYARI MASALAH AJA SAMA GUE!"
"Ris, udah Ris. Ntar rambutnya rontok semua lho lu tarikin." ujar Kia menenangkan.
"iya tau nih! Lepasin Ceber! Sakit woy! Lo gila apa?" ujar Radhin memegang tangan Riska berusaha melepaskannya dari kepalanya.
"salah lo sendiri! Ngapain coba berantakin rambut gue? Lo gak tau gue abis sampoan?! Kena tangan lo jadi bau amis lagi, Kupret!" ujar Riska murka sambil kembali menarik rambut Radhin membuatnya meringis.
"idih. Lagian sok-sokan gerai rambut, jelek banget! bagusan juga kuncir rambut pantat kuda kek biasanya," ujar Radhin masih di bawah tekanan Riska.
"ATAS DASAR APA LO BERHAK MENILAI BAGUS NGGAKNYA MODEL RAMBUT GUE YANG MANA?!"
"assalamualaikum! Oh my God! Weh! Masih pagi! Haduh gue males banget ngurus kek beginian. Lepasin udeh Ris, Radhin emang kampret orangnya. Sabar aja. Please Lepasin ya, gue males banget masuk BK nih, Ris. Gue mau kerjain PR Kimia. HUEE, please.... " ujar Rega yang langsung mendekat ke Riska dan membujuknya seperti psikiater menenangkan pasiennya.
Riska menarik nafas panjang kemudian melepaskan genggamannya lalu berjalan masuk kelas untuk menaruh tas. Kemudian berjalan keluar kelas hendak ke kantin membeli es krim untuk mendinginkan hatinya.
"Apa lo liat-liat?!" ujar Riska saat berpapasan dengan Radhin. Sedangkan Radhin malah tertawa. Kenapa sih tuh anak?
***
Riska melirik jamnya yang menunjukkan pukul delapan malam, sambil berjalan menikmati es krim yang baru saja ia beli. Malam ini ia gajian, sehingga ia mumutuskan untuk sedikit memanjakan dirinya dengan membeli makanan dingin tersebut.
"eh cewek jelek! Lo ngapain malem-malem jalan sendirian gini?" Riska berhenti berjalan sejenak kemudian melanjutkan langkahnya ketika melihat siapa orang yang mengaggetkannya Ini. Ya dari cara bicaranya saja Riska sudah bisa memastikan bahwa lelaki itu adalah Radhin. Dan benar saja, lelaki yang mengenakan hoddie sejenis dengan Riska itu menampakkan wajah nyebelinnya.
"suka-suka gue lah! Lo ngapain muncul di sini? Ngerusak mood orang aja." Riska berucap tanpa menoleh dan fokus memakan es krim nya.
"idih ge-er amat. Gue abis beli obat nih!" Radhin menunjukan Kresek yang ia pegang. Namun Riska malah salah fokus dengan luka di punggung tangan Radhin yang cukup panjang. Seperti habis tergores sesuatu. Bahkan darahnya belum kering, membuatnya sedikit shock.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Teen Fiction"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...