Genjrengan gitar mengakhiri lagu yang dipopulerkan oleh Raisa tersebut. Gemuruh tepuk tangan dari berbagai arah pun terdengar membuat Radhin, Jody, Rega dan Azril tersenyum
"Thankyou!"
"kalian mungkin bertanya-tanya, gue ngapain di sini, nyanyi-nyanyi nggak jelas di saat para guru tercinta kita lagi rapat di sana," Radhin menengadahkan tangan kananya ke arah ruang guru yang berada di lantai satu, tepatnya di koridor sebelah timur sedangkan ia yang berada di koridor selatan.
"jadi, sebenernya, gue di sini mau minta maaf. Selama ini gue merasa dijajah, tepatnya perasaan gue yang dijajah. Dijajah oleh rasa bersalah kepada seseorang." Sontak membuat para gadis seperti Manda, Berlian, Anggia dan sejenisnya merasa terpanggil. Mereka mengira bahwa Radhin merasa bersalah kepadanya karena telah memberikan mereka Harapan Palsu sebelumnya. Sedangkan Azril, Jody, Rega dan murid lelaki lainnya merasa ingin muntah mendengar perkataan Radhin yang dinilai cukup melankonis.
"yakni minta maaf kepada sahabat lama gue, Rizkia Maudy Anggreni. Gue mohon kepada orang yang gue sebutin namanya untuk ke sini." Lanjutnya membuat rentetan gadis yang pernah diberi Harapan Palsu oleh Radhin tersebut kecewa.
"hah, yang bener aja dia mau minta maaf sama gue. He said that it's not his wrong that make me hope with him! F*ck emang!" kira-kira seperti itulah pikiran gadis-gadis tersebut.
"heleh!" Riska dan Audy serentak memutar matanya jengah.
"bulshit paling," ucap Audy membuat Kia menoleh ke arahnya sejenak.
Kia pun menengok satu-persatu sahabatnya, dan mendapat jawaban gelengan dari Riska dan Audy serta anggukan dari Keisha dan Wulan. Tak disangka Rega menghampirinya dan menarik Kia untuk ke sumber suara, awalnya Riska mencoba menahan, namun karena Kia memberi kode untuk melepaskan Riska pun menyerah.
Dan setibanya Kia di hadapan Radhin, ia tersenyum dan meraih tangan Kia.
"lo apa-apaan sih, Dhin?" ujar Kia mencoba melepaskan tangannya dengan pelan namun ditahan oleh Radhin.
Radhin menurunkan mik nya. "Please, dengerin. Honestly, selama tujuh tahun kita pisah, gue juga ngerasain hal yang sama kayak lo. Jujur. Hati gue kayak dijajah, Ki. Sakit. Apalagi setelah kejadian satu tahun yang lalu itu. Gue merasa bersalah banget sama lo, Ki. "
"Dhin, udah deh ya. Liat tuh pak Zaki udah otw ke sini itu!" ujar Kia kembali mencoba melepaskan genggaman tangan Radhin.
Radhin hanya menoleh sekilas ke arah Pak Zaki yang tegah berjalan cepat dari arah ruang guru yang berada di lantai satu ke arahnya.
"Ki, please maafin gue. Gue tau apa yang sebelumnya gue lakuin ke lo itu buat lo sakit. Gue bener-bener minta maaf, Ki. Gue nggak bakal ngucapin kata janji lagi. Tapi gue mau lo percaya dan yakin sama gue, kalau gue itu masih sayang sama lo, dan mulai saat ini gue bakal berusaha buat kembaliin kita yang yang dulu, persahabatan kita, Ki." Jelas Radhin kembali menggunakan mikropon dengan serius. Orang-orang yang mendengarnya saling toleh berharap ada seseorang yang menjelaskan apa kesalahan Radhin hingga ia mau meminta maaf seperti ini.
Mata Kia tiba-tiba berair akibat melihat ekspresi Radhin yang begitu tulus serta ingatan masa kecil bahagiannya bersama Radhin. Ia pun mengerling mencoba membawa air itu kembali masuk ke dalam kelenjar lakrima nya. Ia pun menarik nafas panjang.
"Oke... lo gue maafin." Ucap Kia cepat. Membuat Radhin membuka matanya lebih besar.
"wahh serius Ki? Lo maafin gue?!" Kia mengangguk bersama senyum simpulnya.
"Waa makasih, Ki! Thankyou! Gue nggak bakal bikin lo kecewa lagi!" ucap Radhin sambil memeluk Kia. Kia pun nampak terkejut dan mencoba melepaskan pelukan Radhin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG #wattys2019
Ficção Adolescente"dasar manusia alay!" -Radhin Cahya Latief. "dasar PHP Kupret!" -Riska Cahya Purnama. *** "Mulai sekarang, lo panggil gue Abang atau Kakak ya Ris!" -Radhin Cahya Latief. "Dihh! Lo gila? ogah!" -Riska Cahya Purnama. *** Kisah Ini bercerita tentang...