Sherlock Holmes (Dear Sherlock)

Part #9 Dear Sherlock

Surat terakhir yang Irene Adler tulis membuat Sherlock tersadar, setiap dia melihat ke segala sisi, gambaran wanita itu masih ada, sepertinya ia meyakini betul jika wanita itu belum mati. Ia amati berulang kali tulisan itu.

Dear Sherlock,
Sad I will missing a love home
-Yours

Tulisannya tampak tegas, ini menandakan bukan ketika hatinya hancur tapi karena harapannya mucul. Sherlock berlari seperti hilang arah dia seolah ingin memasuki seluruh ruangan di penjuru kastil untuk menemukan Fernon.

"Sad I will missing a love home" dia berpikir semakin keras hingga mengerutkan dahinya.

"Maaf Mr. Holmes ada yang bisa saya bantu?"

"Bagi ku tulisan tangan Irene seperti orang yang sedih karena kehilangan, bukan karena dendam. Tulisan orang yang bersedih tidak akan setegas ini. Fernon kau tau ini permainan kata bukan?"

John terkejut dia mendengar percakapan dari balik pintu. Tanpa mengetuk John langsung menerobos masuk.

"Wow ku rasa kau membayangkan dia adalah dirimu Sherlock. Itu cara kau bermain bukan Irene Adler. Kau hampir gila." John menatap tajam rekannya itu yang tidak teralihkan sedikit pun dari surat.

"Apa dia masih hidup Fernon? Kau tak tampak sesedih itu. Dimana dia?"

"Itu kasus mu Mr. Holmes bukan aku. Kau lah yang harus memecahkannya. Seperti yang ku katakan sebelumnya Mr. Holmes dia menirukan permainan piano mu."

Seketika John tidak dapat berkata-kata, wajahnya sedikit marah karena merasa dipermainkan oleh semua orang. "Apa peduli ku semua orang berpura-pura mati sekarang?"

Sherlock mencoba meraih bahu rekannya itu, namun John menepisnya. "Kau tau? Aku mungkin tidak cukup pintar. Tapi nurani ku tinggi, sehingga menangisi hampir seluruh kematian palsu kalian!"Langkah John cepat sebelum melewati ambang pintu dan dia berhenti, lalu mencoba melanjutkan kata-katanya.

"Aku akan kembali ke backer street. Jika kau akan benar-benar mati Sherlock hubungi aku, karena aku tidak akan tertipu oleh permainan kalian lagi."

Sherlock tidak merubah posisinya. Wajahnya tidak tampak cemas, seolah ia memaklumi kekesalan rekannya tersebut.