Sekuat apa pun Sherlock mencoba berpikir, ingatan tentang Irene Adler benar-benar sedikit.
"Mr. Holmes kau sudah melewatkan makan malam mu, pagi, siang dan sekarang apa kau ingin melewatkan makan malam mu lagi?" Suara Fernon membuyarkan lamunannya.
Sherlock berdiri tanpa basa basi, kali ini wajahnya tampak yakin dan puas. Sebelum dia melangkah pergi dia tersenyum kearah Fernon yang mulai binggung."Kau sudah tahu jawabannya Mr. Holmes?"
"Belum, tapi aku akan menghampiri jawabannya." Dia bangkit menuju kamar tamu tempat ia menginap. Dia melewati setiap ruang dan mengamati setiap ornamen dan ruangan dengan cepat dan detail. Dalam hatinya ada sedikit pertanyaan, mengapa Irene Adler menghabiskan waktu untuk bermain dengannya ketika ia punya segalanya.
Sherlock dengan cepat memakai mantelnya dan membawa buku harian Irene Adler yang kini sudah menjadi miliknya.
Fernon berdiri diambang pintu, ia tidak yakin dengan langkahnya tapi ia memaksakan masuk keruangan itu dan menyentuh pundak Sherlock dengan tegas. "Mr. Holmes jika kau memiliki kesempatan bertemu dengannya, jika dia benar-benar masih hidup. Bahagiakanlah dia." Dia menyeka air matanya dengan tangan tuanya itu.
"Fernon? Aku tidak bisa menjanjikan apa pun, akan ku usahakan untuk memecahkan teka-teki ini. Kurasa dengan memecahkan permainan ini dia akan bahagia." Sherlock berbalik dengan cepat dan Fernon mengikuti dari belakang mengantarkan kepergian Sherlock. "Terimakasih Mr. Holmes." Fernon berbicara teramat pelan, dengan suara yang masih bergetar menahan haru, sehingga Sherlock tidak mampu menangkap suara itu.
********************************
Suasana di lab tampak berbeda senyuman Molly menghiasi setiap langkah yang ia tempuh.
"Jean? Bisa kau tolong aku? aku butuh kapas swab untuk memeriksa ini" dia mencoba memanggil anak magang yang sudah disana selama dua minggu.Kapas swab itu diberikan kepadanya dengan cepat. "Ku pikir kau tak akan pernah secepat ini, aku bahkan belum bilang dimana letaknya. Well, terimakasih."
"Apa pun yang kau butuhkan Mrs. Hooper."
Tiba-tiba nafas Molly seolah terhenti. Ia benar-benar tidak dapat bergerak. Suara langkah kaki dari belakang semakin mendekat. Senyuman diwajahnya tetap ia pertahankan dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Ia mencoba membalik ke belakang dan berlari memeluk sosok, yang ia pikir tidak akan pernah ia gapai.
"Kau datang kepada ku Sherlock? Aku sudah lama mendambakan ini."
"Ya, aku menghampiri jawaban atas pertanyaan ku."
Molly menerawang dalam kearah mata Sherlock dengan senyuman lebar." Aku jawaban atas pertanyaan mu selama ini?"
Molly Hooper gadis pemalu dan gugup itu sudah menghilangkan gambaran lama tentang dirinya. Dia tersenyum lebar dan hampir meloncat kegirangan, karena ia merasa ia adalah pelabuhan terakhir untuk hati sang detektif swasta itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes (Dear Sherlock)
FanfictionOur life looks like puzzles, There's no me or you, but us. Without you I never complete -Irene Adler