Writer greetings :
Hello my beloved friends!
Thank you for spending your time to read my story and always support me by giving your comments. Saat ini aku pingin munculin new character pria. Ada yang punya ide untuk namanya? Please comment bellow aku bakal pilih satu nama. Thanks for your help.With love
-Hanna*****************************
John menatap iba "Aku akan berada disini beberapa saat dan membiarkan bocah itu berkelana lagi." Wajah Molly seperti menerawang, dia bahkan tidak mendengarkan apa yang John katakan. Tangannya bergetar, air matanya tumpah, dia hampir kehilangan hidupnya.Hampir empat jam mereka disana, melihat wanita yang terduduk tanpa pergerakan sedikit pun. "Kau pasti lelah, mau ku antarkan kerumah?" Seketika John membantu Molly untuk berdiri. Setelah melewati pintu depan lab, tampak seorang pria menggunakan stelan jas hitam formal.
"Mau makan malam bersama ku? Kau tampak cantik hari ini."
John menatap mata Sherlock tajam. "Apa kau gila?"
"Baiklah aku pergi dengan mu."
"Anda baik baik saja?" John masih mencoba memeganginya.
"Aku selalu baik-baik saja John. Memang begini jalan cerita hidup ku."
Sherlock mencoba menggandeng tangannya. Molly mencengkram tangannya dengan kuat seolah ini hari perpisahan.
Mereka menaiki kereta kuda, duduk berhadapan. Sherlock melihat kearah jendela. Sementara Molly menahan tangisnya.
"Tidak ada yang ingin kau katakan Mr. Holmes di hari perpisahan kita?"
Sherlock menatap matanya tajam tanpa berkata-kata.
"Baik ini perpisahan ku. Aku menyerah! Semua sudah ku lakukan. Ini akhir manis yang menyakitkan, seolah aku mengemis pada mu untuk malam ini." Molly tidak dapat menahan tangisnya, sedangkan kereta kuda sudah mengantarkan mereka ke restauran paling mahal di London.
"Kau ingin memperbaiki riasan mu? Atau turun seperti ini?"
Molly terkekeh sambil menangis "Bahkan kau tidak menggubris kata-kata ku. Hahaha... sebentar aku butuh 15 menit untuk memperbaiki ini. Kau tahu aku orang laboratorium, bukan wanita operamu seperti Mrs. Adler."
"Molly, aku tidak pernah meminta mu untuk melakukan segalanya. Kau ingin tetap turun dalam keadaan seperti ini?" Sherlock memperhatikannya.
"Aku akan tetap turun dan mengambil hadiah, dari segala perjuangan ku."
Sherlock membukakan pintu dan membantu wanita itu untuk turun perlahan. Didalam hatinya Molly berharap waktu berhenti untuk saat ini saja. Mereka berdua akhirnya duduk dan memesan beberapa hidangan spesial. Tatapan mata Molly melakat padanya.
"Maaf aku lupa alasan kau mengabulkan harapanku. Apa yang ingin kau tanyakan Mr. Holmes?"
"Siapa yang memberikan mu ide tentang permainan kematian?"
Molly sempat tercekak. "Ku kira kau mengenalnya?"
"Aku hanya ingin memastikannya dari mulutmu."
"Seorang wanita blonde yang kau jabat tangannya dirumah ku."
"Elizabeth?"
"Kau meragukannya Sherlock? Tidak semua orang menyukai wanita opera mu."
"Kurasa Elizabeth hanya korek api, bukan seseorang yang menghidupkan koreknya." Sherlock tersenyum menyunging dan berdiri.
"Bahkan malam ini tentang Irene Adler dan kau akan pergi setelah bertanya?"
"Maaf aku harus pergi." Sherlock beranjak dari mejanya, dengan cepat membayar bill dan menuju keluar.
Molly sudah tidak bisa mengeluarkan air matanya lagi. "Baik Sherlock Holmes jika kau ingin aku melepasmu. Aku sudah melepaskan mu."
Wanita itu menatap Sherlock yang mulai menjauh, dan ia tidak punya daya untuk mengapainya, tidak sama sekali. Ruang sempit dihati pria itu sudah terisi penuh dan tidak dapat dihilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes (Dear Sherlock)
FanfictionOur life looks like puzzles, There's no me or you, but us. Without you I never complete -Irene Adler