Part #10 Dear Sherlock

467 33 2
                                    

Pandangan Sherlock hanya tertuju menuju pintu yang baru saja dilewati rekannya itu. "Apa anda baik-baik saja Mr. Holmes?" Fernon masih memandangi wajahnya.

Sherlock masih berdiri melihat kearah pintu dan berkata "Aku? Tentu saja, namun John tidak."

"Anda tidak mengejarnya?" Tanya Fernon binggung.

"Tidak karena dia pasti akan kembali ke backer street. Tidak ada yang perlu dicemaskan." Ia merubah posisinya melangkah melewati beberapa lukisan dan keluar dari ruangan itu.

Ia menuju kebun belakang yang kini sudah dipenuhi butiran salju, lalu Sherlock duduk di balkon membayangkan apa yang akan dilakukan Irene Adler.

Jika ini permainan kata, artinya ini bukan makna sesungguhnya. Ia mencoba mengumpulkan kembali serpihan tentang Irene Adler yang tidak pernah benar-benar ia simpan. Ada sedikit penyesalan diwajahnya, ia mulai berpikir, seharusnya ia mencoba menyimpan sedikit ingatan tentang wanita itu untuk memecahkan teka-teki.

Angin musim dingin bertiup semakin kencang hingga menembus sela iga Sherlock, helaan nafasnya semakin panjang. Bahkan halusinasi auditorik mulai mengganggunya. Suara Irene Adler seolah bertanya dapatkan ia memecahkan misteri.

Semua rangkaian pemikiran terpapar seperti sebuah peta besar tanpa arah. Ia bertanya dalam hati kemana ia akan memulai, dari kata-kata surat itu atau menekan Fernon untuk memberi tahunya. Pikirannya tampak serumit ekspresi wajahnya saat ini.

Fernon hanya dapat melihat dari sudut ruangan, tidak ada yang bisa ia perbuat, sudah hampir 3 jam Sherlock berdiam diri di sana.

*********************************

Sesampainya John di backer street. Suasana gelap dan sedikit mencekam, mengingat John yang menahan amarahnya. Mrs. Hudson terkejut dan berteriak.
"John! Kemana saja selama dua hari ini? Aku sudah menyebarkan surat orang hilang keseluruh penjuru London."

John hanya terdiam, dibalik scraft hitamnya tampak wajah merah padam dan dia mulai bertanya " Adakah telpon dari Sherlock Mrs. Hudson?"

Mrs. Hudson dengan cepat menyentuh keningnya memastikan jika John sakit atau tidak. Wajahnya tampak sedih karena John berhalusinasi lagi mengenai rekannya Sherlock yang telah mati itu.

"John, kau baik-baik saja?"

John membuka scraft nya dan berbalik kearah Mrs. Hudson "Apa aku tampak baik-baik saja?"

Kali ini tangisan Mrs. Hudson semakin deras. "Aku harus membawa mu ke psikiater John" sesekali ia mencoba menyeka tangisannya dan mencoba memeluk John. "Kalian sudah seperti anak-anak ku John, tak apa."

John binggung, dia lupa memberitahu Mrs. Hudson mengenai Kematian palsu Sherlock. " Dia benar-benar hidup Mrs. Hudson, dia tidak mati."

"Oh John. Dia akan selalu hidup di hati kita." Tangisan Mrs. Hudson semakin meledak, ia memegangi buku-buku milik Sherlock, dan dilihat dari matanya kerinduannya teramat besar.

"Mrs. Hudson boleh aku bicara sebentar?"

Tangisannya terhenti sejenak. Lalu John mencoba melanjutkan kata-katanya "Seka air mata mu. Ia tidak pantas mendapatkan tangisan itu. Karena kematiannya hanyalah sebuah kepalsuan."

John pergi ke kamarnya. Langkahnya tegas dan wajahnya yang merah padam tampak semakin lelah. Ia mulai lelah dengan permainan diantara Sherlock Holmes dan Irene Adler.

Sosok Mary selalu hadir ketika hatinya mulai gusar dan lelah, "John" panggil Mary ringan. "Kembalikan senyum mu. Kau hanya iri dengan mereka, aku selalu ada John kau tak perlu cemas. Kau harusnya bahagia mereka selalu hidup John. Mereka hidup untuk mu, agar bisa bersama mu John." John mulai menutup matanya, ini benar-benar terasa berat.

"Satu kalimat dari ku John, tidak ada yang lebih bahagia selain kabar bahwa orang-orang kesayangan mu masih hidup." Bayangan Mary mulai menghilang dan kini John menangis lega.

Sherlock Holmes (Dear Sherlock)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang