Sudah satu tahun berlalu, bisikan tentang kabarnya pun tak pernah terdengar. Apakah kali ini dia benar-benar telah mati?
"Mr. Watson apa yang kau lamunkan?"
John Watson menurunkan tangan yang menopang dagunya. Namun, ia tidak dapat mengalihkan pikiran dari, derikan lantai kayu eboni, meja di sudut jendela, secangkir teh camomile, wanita tua yang berada didepannya dan gadis kecil yang menggunakan pita merah, menjadi alasan untuk tetap bertahan.
Tiba-tiba bel berbunyi, beberapa pasang mata menatap kearah pintu kedai tua tanpa alkohol itu. Wanita tinggi, dengan kantung mata dan senyuman yang khas memasuki ruangan itu sembari menyodorkan bingkisan kecil dengan pita merah.
"Happy birthday little Watson!"
"Thank you Mrs. Hooper" anak itu mulai menuruni kursi dan memberi salam.
Molly Hooper memeluknya sembari menggendongnya. " Mary pasti bangga melihatmu, kau menjadi anak yang cantik, pemberani dan baik hati."
"Dia bahkan bisa menari" tambah Mrs. Hudson.
"Kau bisa menari?" Molly melihat kearah matanya yang bersinar dan menurunkannya dari gendongan. Gadis kecil itu hanya mengganguk lalu beberapa saat menghampiri ayahnya dan memintanya untuk berdansa.
"Aku?" Tanya James terkejut. "Tentu saja tuan putri." Mata pria paruh baya itu berkaca-kaca.
Mrs. Hudson sudah duduk memainkan piano seperti Schubert. Molly ikut berdansa dengan pasangan khayalan. Cahaya dari lilin kecil, membuat pesta itu seperti pesta yang ramai, karena dihadirkan oleh banyak bayangan yang menghiasi dinding di kedai teh itu.
"Kau harus segera menikah Mrs. Hooper. Jika tidak kau akan selamanya berdansa dengan bayangan mu."
"Baiklah, pekan depan."
Semuanya berhenti dan mata mereka membelak berharap yang disampaikan bukan lelucon. "Mr. Watson tidak bermaksud seperti itu."
"Aku serius" Molly mengatakannya dengan tegas. "Boleh kah ku ajak dia masuk?"
"Dia diluar menunggu di cuaca sedingin ini?"
"Aku berniat membawanya masuk setelah acara ini. Aku tidak ingin merebut acara malaikat kecil ku."
Molly keluar, lalu mengandeng tangan pria pujaannya masuk kedalam kedai. Pria Yunani dengan mata yang coklat, tubuh tinggi besar menggunakan stelan jas mahal.
"Dimana kau temukan yang seperti ini? Bisik Mrs. Hudson di telingan Molly Hooper.
Dia mencoba menahan gelaknya dan memperkenalkan pria nya dengan Mr. Watson dan Mrs. Hudson. "Perkenalkan dia tunangan ku James Waks. Kami akan menikah pekan depan, dia bekerja menjadi pengusaha kapal pesiar".
"Bagaimana kau kenal dengannya? Kau ahli forensik dan dia berlayar?"
"Aku hampir mati beberapa kali dalam pencarian pria itu."
"Maksud mu Sherlock? Tapi dia sudah mati." Tanya Mrs. Hudson yang terkejut, mencoba duduk memegangi kursi.
"James Watson apa maksudnya ini? Kenapa dia mencari Sherlock yang telah mati."
"Maafkan aku Mrs. Hudson, dia telah menipu kita sejak awal."
"Mrs. Hudson? Mrs. Hudson? Mrs. Hudson? Maaf ini salah ku aku yang memintanya" jerit Molly Hooper.
Wanita tua itu ke hilangan keseimbangan dan terjatuh dari kursi yang ia duduki. Naluri alami dokter mereka bekerja, James Waks menggendong gadis kecil berpita yang mulai menangis keras. Tiba-tiba Mr. Watson menatap mata Mrs. Hooper dan berkata "Apa yang kau maksud dengan kau yang memintanya?"
Writer Greetings :
Terimakasih banyak sudah membaca cerita ku sampai sejauh ini. Aku sangat tersentuh membaca komentar dan dukungan kalian. Spesial thanks for "seenmi" dia yang memberikan ide atas nama "James Waks" yang berperan sebagai tunangan Molly Hooper. Ditunggu kritik dan sarannya 😄😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes (Dear Sherlock)
FanfictionOur life looks like puzzles, There's no me or you, but us. Without you I never complete -Irene Adler