John berdiri, langkah nya tegap meniggalkan Mrs. Hudson yang kebingunggan. Wanita tua itu mencoba berlari mengejar rekannya itu. namun, dua pria berbadan besar dengan topi cowboy, mulutnya di sekap dengan sampu tangan dan tidak lama kemudian wanita itu terkulay lemas tak berdaya. John hanya melirik ke belakang, sambil tersenyum dan berkata " Setidaknya putri ku selamat" di berkaca-kaca menuruni tangga, ia berjalan cepat melewati pintu lalu menerabas masuk kedalam kereta kuda. John memeluk putrinya yang masih tertidur dan menangis meraung-raung.
Molly sontak terkejut namun tak berani bertanya. Jantung nya seolah berhenti berdegup, tangisan John seakan menjadi perpisahan. Air mata, sudah membasahi pipi wanita muda itu, dia tidak membutuhkan kata-kata tangisan John sudah cukup menjelaskan segalanya.
"Daddy?" malaikat kecil itu terbangun, melihat kearah Molly seperti bertanya-tanya. Gadis kecil itu memanggil ayahnya beberapa kali namun John tidak melepaskan pelukannya. Setelah hampir setengah jam berlalu, John melihat kearah wajah putrinya, tubuhnya bergetar.
"Kau bisa melihat wajah ku? Mengapa ini malam hari?" Dia memengangi pipi putrinya sambil berkata "Sophie, sophie, sophie inggat baik-baik wajah ayah." gadis kecil itu hanya menganguk kebingungan.
" Kau tahu ? ayah sebentar lagi menjadi pahlawan super"
"Benarkah? Nanny bilang ayah sudah jadi pahlawan super bersama paman."
"Karena ayah pahlawan super yang sangat baik, ayah mendapatkan kekuatan sama seperti Ibu mu, kekuatan menjadi tidak terlihat."
"Wow! benarkah?"
John melanjutkan kata-katanya sambil terisak-isak dan mengganguk beberapa kali " kami tidak pergi kemana-mana, kami selalu berada di hatimu. Selalu membantu mu, jika ada kesempatan kami terkadang mengunjungi mu lewat mimpi. Jadi Sophie kau harus mengingat wajah ini." dia menahan tangisnya lagi dan dadanya seakan ingin meledak. John mengeluarkan kalung dari sakunya mengalungkannya ke Sophie.
"Ini Ibu mu yang selalu ada dengan mu, lihat lah foto ini. Kau tidak sendirian sayang." dia menangis kencang sekarang.
"Daddy? bagaimana jika aku ingin pelukan beruang?"
" Ya Tuhan! aku tidak bisa melakukan ini!" pekik John!
Molly menangis sambil menutupi mulutnya, dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Wanita itu melakukan usaha keras agar tidak mengeluarkan suara. Cahaya bulan satu-satunya menjadi sumber cahaya malam itu.
" Kau bisa silangkan tangan mu di bahu, kau tau aku dan Ibu mu berada di hati mu jadi kau sudah memeluk kami berdua. Mengerti?" lalu mata John teralihkan ke arah Mrs. Hudson yang sudah digotong beberapa pria. John berlari keluar kereta menggendong Sophie, Molly mengikuti dari belakang.
" Tolong bawalah putri ku kumohon dan wanita ini" John menunjuk Molly.
" Daddy! Daddy!" Sophie menangis dan meraung sambil dibawa masuk kedalam kereta. Sophie mengetuk-ngetuk kaca kereta berharap ayahnya melihat kearahnya, tanagn kecilnya merah akibat- ketukannya yang kuat. John mencoba tidak melihat ke arah jendela itu, tubuhnya seakan hampir menerjang kereta besar yang menahan putrinya. Namun, itu semua masih dapat ia kendalikan.
"Tidak aku ikut dengan mu John!" tolak Molly tegas.
" Kalian harus bergegas banyak pasang mata yang curiga. Di tempat ini tembok pun dapat berbicara. Hati-hati !"
Mereka bergegas pergi membawa Mrs. Hudson dan Sophie. John langsung menarik Molly berlari, mereka berlari tanpa arah. Setelah cukup jauh, langkah kaki John melambat, dia terjatuh bukan karena ia inggat kaki nya cedera, namun karena dia sepertinya tidak sanggup menerima perpisahan dengan putrinya. Molly menunduk menyentuh kepala John seperti mengusap mencoba menangkan rekannya itu. John menegakkan kepalanya mencoba melihat ke arah mata Molly sambil berkata " Kita harus hidup! Aku harus kembali melihat gadis kecil ku!" Molly memberanikan diri berkata " John kita hebat jika bersama, aku yakin kita bisa!" John melihat ke arah belakang Molly "Miss. Hooper kau berlari sambil memengang dua tas besar itu?" Molly tergelak kecil " Kita pernah melalui yang terburuk."
Mereka menghabiskan waktu di hutan kecil tak berpenghuni, mendengar suara jangkrik yang bernyanyi mengiringi tangisan mereka. John mencoba memejamkan matanya yang berat sambil berkata " You were always on my mind" gambaran wajah putrinya yang terpatri dalam inggatannya dan air mata pun turun dengan indah dari mata yang terpejam membanjiri wajah yang lelah.
Writers Greeting
Hello!
Maaf pandemi ini benar-benar menyita waktu. Aku mengupdate ini setelah mendapatkan sebuah komen yang menyentuh :" terimakasih banyak sudah membaca cerita ini. Lagu always on my mind membuat cerita ini menjadi cukup sedih. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan. Ditunggu kritik dan sarannya.
- Love Hanna-
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes (Dear Sherlock)
FanfictionOur life looks like puzzles, There's no me or you, but us. Without you I never complete -Irene Adler