John mencoba melihat sekeliling. Gambaran nyata akan rekannya itu hampir membuatnya merasa itu benar-benar nyata. Beberapa kali dia mencoba mencubiti pipinya sebelum akhirnya rekan halusinasinya itu merebut surat dari Irene Adler, yang memang ditujukan untuknya.
John masih mematung didepan nisan. Sebelum akhirnya dia bertanya.
" Apakah sosok halusinasi dapat merebut kertas dari seseorang Sherlock?"
" Apa maksud mu? Mengapa kau tampak seolah melihat hantu?"
"Ntah lah kurasa sebentar lagi aku akan melihat Irene Adler."Pria didepannya, menunduk mencoba membaca surat itu dengan hikmat. Sebelum akhirnya dia tersungkur merasakan sesuatu yang menggetarkan dadanya dan terasa sakit. "Aku belum pernah merasakan seperti ini John! Mengapa ini amat terasa menyakitkan, seolah belati tertancap di jantung ku".
John menunduk mencoba melihat muka rekannya yang telah basah akan air mata. "Kau belum mati Sherlock? Dan dia mati hanya untuk bertemu dengan mu. Dia membuat kasus terakhir untuk mu."
Pria dengan rambut ikal itu terisak seolah sulit bernafas. "Dia sudah mati John! Irene Adler sudah mati!". John mencoba menepuk pundak rekannya itu. Tiba-tiba seorang pria tua berbaju pelayan datang membawa bunga lavender ungu yang cantik.
"Anda pasti Mr. Watson, lalu siapa anda? Dan mengapa anda menangisi nisan Mrs. Adler?" Pria itu menunjuk kearah Sherlock.
Jika mengaku bahwa Sherlock pura-pura mati, buttler tua itu pasti sudah menghabisi Sherlock, pikir John ngeri. Sebelum Sherlock sempat membuka mulut, John terlebih dahulu memperkenalkan.
" Ya aku John Watson dan ini hmm.. kau tau dia kakak Mr. Holmes. Itu alasan mengapa ia sesedih itu, melihat wanita adiknya meninggal dunia." John menjabat tangan buttler tua itu mencoba berekspresi senetral mungkin.
Sherlock bahkan tetap ditempatnya. Ia tampak sibuk dengan dukanya yang teramat dalam. Dia masih memegangi surat itu dengan erat, rautnya seperti penyesalan tiada akhir.
" Aku lah penyebab kematian Irene Adler. Aku lah pembunuhnya John. Pembunuh jiwanya."
Suasa sedikit mencekam. Salju pertama mulai jatuh indah dan kesenduan berakhir abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes (Dear Sherlock)
Fiksi PenggemarOur life looks like puzzles, There's no me or you, but us. Without you I never complete -Irene Adler