Suara nafas Molly dapat terdengar oleh Sherlcok dengan mudah. Tangan nya bergetar, ia beberapa kali mencubiti dirinya untuk memastikan jika itu bukan mimpi.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku? Aku lebih dari sekedar baik!" Matanya berbinar-binar, sekarang dia sulit mengatur nafasnya. Sherlock membawakan kursi untuknya. Molly cepat-cepat membuka sarung tangannya dan berkata "Bolehkah aku menyentuh mu sekali lagi? Hanya ingin memastikan jika kau memang masih hidup". Sherlock mendekatkan wajahnya, sekarang debaran jantung wanita itu semakin terdengar keras dan tidak beraturan.Hampir setengah jam wanita itu, menyentuh dan mengamati wajah Sherlock sebelum akhirnya detektif itu berkata " Apa sekarang kau sudah yakin aku masih hidup?" Matanya menatap lurus seolah menembus kearah saraf optikus yang ada dimata wanita lab itu. Dengan cepat Molly melepaskan sentuhannya, mukanya mulai tersipu.
Tanpa sadar, sudah dari awal anak magang itu memperhatikan Molly dan Sherlock. "Haruskah aku pulang lebih cepat?" tanya Jean binggung. Molly menatap kesamping dan terkejut, sementara tanpa berbalik Sherlock mengatakan "Tidak perlu, aku akan segera pergi dan kembali lagi esok."
"Kau akan kembali kesini esok? Kasus yang membutuhkan keahlian lab ku?" Wajah Molly sangat kebinggungan, karena belum pernah Sherlock datang ingin bertemu dengannya jika tidak ada hubungannya dengan lab dan kasus.
"Kali ini aku tidak membutuhkan keahlian lab mu. Aku membutuhkan mu." Sherlock mulai jalan membelakangi Molly dan melesat melewati pintu.
Sedangkan kedua wanita diruangan itu tercengang. "Apa yang barusan ku dengar?" Tanya Molly yang mulai panik mengatur rasa bahagianya. "Aku dengar apa yang kau dengar." Jawab Jean binggung.
Kedua wanita itu saling bertatapan. Tatapan Jean seolah memberi selamat kepada Molly. Kemudian mereka tertawa.
Sekarang Molly mulai menunduk dan menangis. Jean mendekatinya mencoba menenangkan. Tiba-tiba Molly mengangkat kepalanya dan berkata " Sudah tujuh tahun aku menunggu momen ini, sudah tujuh tahun." Jean tidak mampu berkomentar, ia hanya mampu mengambilkan tisu dan memberikannya kepada Molly.
"Jean kau ada acara sehabis ini?"
Jean melihat keselilung dan menunjuk dirinya " Aku? Hmm kurada tidak."
"Bagus! Mau menemaniku membeli gaun untuk esok."
"Gaun? Tentu saja!"
Setelah memeriksa beberapa sample. Akhirnya mereka meninggalkan lab dan di sebrang jalan mereka melihat John yang melambai kearah mereka.
Molly memalingkan wajahnya."Mrs. Hooper kurasa ada yang melambai kearah mu."
"Tidak ada!" Mollt mempercepat langkahnya sebelum akhirnya John memanggil namanya dan ia langsung berbalik.
"John! Senang bertemu dengan mu."
Molly menjabat tangan rekan detektif hatinya."Aku belum pernah melihat kebahagian wajah mu yang amat besar. Kau sudah mendapatkan pengganti Sherlock?"
"Sherlock? Pria ta..." Molly langsung menyekap mulut anak magang itu.
"Pria tampan? Maaf Jean aku tidak bisa mendengar namanya lagi." Molly membuka sekapan itu dan menatap kearah mata Jean.
John tidak pandai dalam menilai drama. Bahkan ia mampu dibodohi oleh drama kecil yang seharusnya mudah ditebak itu. "Aku mengerti, kematian Sherlock memang memukul seluruh batin kita. Aku harus buru-buru sampai jumpa lagi." John melambai beberapa kali, kemudian dengan sigap pergi menerobos beberapa orang yang berpapasan dengannya.
Jean terdiam melihat tingkah laku aneh atasannya itu. "Kenapa kau berbohong dan sekarang menari?"
"Bagaimana aku tidak menari? Bahkan John yang sahabatnya saja tidak tau jika Sherlock masih hidup." Lalu Molly berputar dua kali dan bertepuk tangan, setelah itu melanjutkan kata-katanya " Hanya aku yang tahu dia masih hidup! dia menghapus seluruh kehidupan lamanya. Menyerahkan hidup barunya yang seperti kertas putih hanya untuk ku. Untuk ku coret Jean, ku coret dengan tinta warna warni indah." Molly seperti wanita bipolar, dimana suasana hatinya naik turun. Sekarang dia tertawa dan beberapa kali memegangi lengan pejalan kaki lain dan diajaknya berdansa.
Hari ini seperti hari kelahiran kembali Molly Hooper. Orang-orang yang mengenalnya dulu tidak akan pernah percaya dengan sisi periang yang di milikinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes (Dear Sherlock)
FanfictionOur life looks like puzzles, There's no me or you, but us. Without you I never complete -Irene Adler