Part #16 Molly Hooper

419 32 4
                                    

Seperti yang terbayang sebelumnya. Impian besar seorang wanita bukanlah tahta tapi seseorang yang dapat menjadi rumah baginya.

Seseorang yang berdiri didepan ku menitipkan mimpi. Impian besar tampak kecil ditangannya dan dia selalu membutuhkan bantuan ku. Untuk seorang dokter wanita, impian besar hanyalah mimpi bagi kami. Hanya ada kurang dari sepuluh dokter wanita di London. Setengahnya menggunakan title mereka untuk masuk dalam lingkaran bangsawan dan mencari rumah ternyaman. Hal itu jauh dari hati nurani ku, setelah lulus ku coba membuka laboratorium di pinggiran kota London demi menunjang ilmu pengetahuan. Tahu kah kau? Hanya peneliti pria yang lebih dipercaya.

Sampai tiba suatu saat, seorang pria untuk pertama kalinya datang meminta bantuan ku. Ya, seseorang mempercayai mimpi seorang wanita. Aku hampir menangis kala itu, tangan ku gemetar menjabat tangannya. Ya saat itu dia berharap aku membantunya sebagai peneliti dan sebagai dokter. Dia mengantungkan harapanya pada ku.

Pria bermantel hitam itu adalah Sherlock Holmes. Gambaran dirinya seperti rumah yang sempurna bagi wanita pemimpi dan wanita pemimpi didunia ini tidak hanya satu.

Molly tidak mampu membuka matanya, pertemuan awal datang dalam pikirannya. Seolah ini yang membuatnya ingin berusaha. Namun, kenyataan selalu menyatakan dia tidak punya kesempatan untuk terpilih.

Wanita itu kehilangan harapan dan mimpi, saat ia yakin akan membangun kerajaan mimpi. Tidak ada yang dapat ia lakukan selain membiarkan pria itu pergi. Dia sempat berharap menjadi orang lain, orang yang diharapkan Mr. Holmes.

"Kau pernah menitipkan mimpimu bukan?"

Sherlock Holmes (Dear Sherlock)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang