Keenam Belas
"Kadang, lo harus membentengi diri supaya nggak ngerasain sakit lagi."
—Samudera—
Saat istirahat, tak henti-hentinya Rhea melihat keluar kantin. Saat mendengar dari Nizam kalau Sagar masuk kelas di jam pelajaran kedua dengan keadaan baik-baik saja membuat Rhea bernapas lega. Dia hanya takut Feri dan komplotannya menyakiti Sagar, dia hanya sedikit khawatir pada Sagar yang sudah sangar sabar menghadapinya.
"Lagi nungguin siapa sih?" Pertanyaan Putri mengejutkan Rhea yang sedari tadi tidak fokus pada soal pertanyaan yang sedang dibahasnya. Hari ini Putri kembali belajar dengan Rhea setelah mendengar kalau Rhea mengajukan perbaikan nilai ke guru.
"Eh, itu." Rhea bingung harus menjawab apa.
"Dia pasti lagi nunggu pacar kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Sagar." Nizam menjawab sambil tersenyum lebar.
Sontak saja wajah Rhea memerah, Putri malah tertawa meski pada akhirnya memarahi Nizam yang sudah menggoda Rhea sampai wajahnya memerah seperti itu.
"Aku hanya berkata jujur aja, apa salahnya," sangkal Nizam tidak terima.
Akhirnya Rhea ikut tertawa meski tidak menjawab secara pasti pertanyaan Putri dan pernyataannya Nizam.
"Kalian kenapa? Keliatannya seneng banget." Tiba-tiba saja Sagar datang dan duduk di samping Rhea. "Gimana belajarnya? Seru?"
Rhea menatap Sagar lama, mencari-cari luka di wajah Sagar yang terlihat seperti biasanya. Berarti Feri tidak memukul Sagar tadi, mendadak cewek itu mendesah lega. Kemudian dia mencibiri sikap Sagar. "Lo dari mana aja?"
Sagar malah tersenyum menggoda. "Kamu ngekhwatirin aku ya?"
Rhea tergagap, dia menyangkal namun Sagar terus menggodanya sampai-sampai Nizam dan Putri yang masih duduk di hadapan mereka memutar bola mata jengah.
"Serasa dunia milik berdua," cibir Nizam.
Sagar mencebik. "Bukannya kalian juga, waktu gue masih jomblo kalian mesra-mesraan di depan gue. Emangnya gue nggak sakit hati apa?"
"Kayak lo punya hati aja."
"Kampret, gini-gini juga hati gue ini paling lembut sedunia."
"Gue percaya," timpal Putri.
Sagar mendengus, kembali menatap Rhea yang sedang memerhatikan interaksinya dengan sahabatnya. Dia memeriksa catatan cewek itu sambil tersenyum. "Hari ini kamu latihan, kan?"
"Oh, ya."
"Lagu apa yang bakal kamu bawain? Udah sepakat sama Hera?"
Rhea berpikir lama. "Belum ditentuin juga sih, hari ini rencananya mau nyepakatin." Ketika Rhea menceritakannya, wajahnya terlihat ceria. Meski Sagar tahu penolakan Tante Sasa yang melarang keras Rhea untuk tidak bermain piano lagi, tapi sepertinya Rhea terlihat lebih hidup daripada dulu.
"Oh, bagaimana kalau lagunya Bethoven?"
Rhea memutar bola matanya. "Gue suka main piano bukan berarti gue suka lagu klasik kayak lo."
"Kalau Metalica?"
Rhea semakin jengkel. "Lo pikir Hera penyanyi Rock?"
Sagar hanya nyengir lebar. Putri melihat kedua orang itu dengan sebelah alis terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Half
Teen FictionSagar putus asa ketika dokter menyatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Tetapi Tuhan memberi kesempatan pada Sagar. Dia akan sembuh jika Sagar berhasil merubah seseorang menjadi lebih baik. Dan pilihannya jatuh pada Rhea-cewek nakal yang suka...