Keduapuluh Dua (a)

1.4K 183 33
                                    

Keduapuluh Dua

"Mencintai demi dicintai itu sifat manusia, tetapi mencintai demi mencintai itu adalah sifat malaikat."

—Unknown—

Sagar mengepalkan tangannya, menatap lelaki paruh baya yang kini tengah berdiri menatapnya dengan terkejut. Sagar juga sebenarnya terkejut saat mengetahui kalau Ilma—adik Nizam sekaligus saudara tirinya—sakit ginjal dan sedang membutuhkan donor agar gadis itu tetap hidup. Dan sayangnya, kenapa ginjal Sagar cocok dengan Ilma?

"Selama ini kamu mendekati saya karena saya satu-satunya orang yang bisa menyelematkan putri kamu, begitu? Kamu ingin saya memberikan ginjal saya pada Ilma?"

Om Vano tergagap, tidak bisa menjawab. Nizam yang saat itu hendak masuk ke dalam seketika berhenti saat melihat Sagar ada di dalam bersama ayahnya. Apa yang sedang mereka lakukan?

"Sagar, Papa ..."

Nizam mengerutkan keningnya, apa kata ayahnya tadi? Om Vano menyebut dirinya sebagai 'Papa' di depan Sagar? Apa maksudnya? Apa jangan-jangan ...

"Sudah berapa kali saya bilang; jangan pernah menyebut dirimu sebagai 'Papa'. Kamu bukan ayah saya! Ayah saya sudah mati sejak dulu."

Om Vano mendesah, kenapa semuanya jadi seperti ini. "Saya ini ayah kamu!" teriak Om Vano, mulai hilang kesabaran. "Kamu anak saya, dan akan selalu jadi anak saya, meski kamu menyangkalnya pun."

Andaikan situasinya berbeda maka Sagar akan percaya kalau Om Vano mengakuinya sebagai anaknya. Andaikan situasinya berbeda maka dia akan bersorak bahagia, namun setelah tahu penyebab Om Vano mengakuinya semua euforia dalam diri Sagar menghilang. Tergantikan dengan kekecewaan.

"Kamu pikir saya senang dianggap anak olehmu."

Mata Om Vano menajam. "Bukankah itu yang kamu inginkan? Mendapat pengakuan dari saya?"

Seketika itu juga Sagar seperti merasakan beban berat di tubuhnya. Dilihatnya Om Vano dengan dingin. "Dan kamu melakukannya atas dasar gadis ini, kan?" Om Vano terdiam. "Kamu pikir saya akan senang dianggap anak olehmu dan memberikan ginjal saya dengan senang hati pada gadis ini?"

"Papa nggak punya pilihan lain lagi, hanya kamu satu-satunya orang yang memiliki donor ginjal yang sama seperti Ilma. Kalau kamu nggak nolong Ilma, maka hidupnya akan sakit-sakitan terus dan pada akhirnya meninggal."

Sagar menatap Om Vano terluka, padahal selama ini dirinya juga sakit tapi kenapa Om Vano tidak pernah peduli seperti Om Vano peduli pada Ilma. Bahkan Sagar harus mengorbankan hidupnya agar dia bisa tetap hidup.

"Saya nggak akan luluh hanya karena melihatmu lemah, saya juga nggak akan luluh hanya karena melihat gadis itu terbaring lemah."

"Sagar, Papa mohon ... tolong Ilma. Hidupnya nggak akan lama lagi."

Sagar tersenyum kecil. "Untuk apa saya melakukannya? Saya nggak akan mendapat apa pun hanya karena menolong gadis itu." Tatapannya dingin. "Hanya karena kami mempunyai darah yang sama bukan berarti dia sauadara saya yang patut saya tolong. Kalian hanya orang asing yang tiba-tiba datang ke dalam hiup saya." Sagar diam sesaat. "Orang asing, tetaplah asing!"

Nizam mundur beberapa langkah, melihat Sagar dengan kesal. Kini dia tahu siapa Sagar sebenarnya, orang yang dahulu pernah mengganggu kehidupan ayah dan ibunya. Dan kenapa dia tidak sadar kalau orang yang selama ini dicarinya untuk dihancurkan adalah sahabatnya sendiri. Dengan hati kesal, Nizam berbalik pergi meninggalkan ruangan tersebut.

His HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang