Kedua Puluh

1.5K 171 37
                                    

Kedua Puluh

"Air mata buaya dapat menipu dan menyakiti orang lain, tetapi senyuman palsu hanya akan menyakiti diri kita sendiri."

—Code Geass—

"Lo ngasih cincinnya ke Rhea?" Pagi itu tiba-tiba saja Putri bertanya pada Sagar yang kebetulan sedang membaca buku dan mengerjakan beberapa soal yang ketinggalan karena bolos. "Serius banget hubungan kalian," komentarnya.

"Gue emang serius sama Rhea makanya gue kasih cincin. Buat penyemangat juga sih," sahut Sagar tanpa melihat Putri.

Putri menaikan sebelah alisnya, tidak percaya kalau Sagar seserius itu sama Rhea. Setahunya Sagar cuma suka saja sama Rhea tapi ternyata Sagar benar-benar sayang sama Rhea. "Kayaknya Rhea suka deh sama lo. Gue liat dia selalu pegang cincinnya, wajahnya keliatan seneng banget."

"Gue tau," jawab Sagar lagi tanpa melihat Putri.

Mata cewek itu menyipit. "Terus lo baik-baik aja gitu? Lo tau, kan, kalau Rhea suka sama lo maka rencananya bakal gagal?"

Bertepatan dengan itu Sagar selesai mengerjakan soal fisikanya dan menatap Putri datar. "Gue udah tau sejak awal rencana gue bakalan gagal. Tapi gue udah janji sama Rayya buat ngerubah Rhea meski nanti gue bakalan mati."

Putri hanya bisa mendesah, seberapa kali pun dia mengomel, seberapa kali pun dia mencaci Sagar, cowok itu akan tetap pada pendiriannya. Jika Sagar membuat keputusan maka siapa pun tidak akan bisa mencegahnya atau menggoyahkannya meski hal itu merenggut nyawanya sendiri.

"Serah lo deh, toh, yang sakit sama yang mati juga lo bukan gue." Putri melihat ke arah luar kantin. "Mama sama Papa bakal datang nggak, ya? Soalnya Pak Herdi nyuruhnya maksa banget. Udah tau Mama sibuk, apalagi Papa."

Sagar ikut melihat ke arah parkiran, hari ini memang ada rapat orang tua wali siswa untuk kelas 12 dan Pak KepSek yang ketat banget menyuruh—memaksa—agar semua orang tua wali datang ke pertemuan ini. Maka dari itu siang ini dia melihat banyak orang tua yang datang ke sini.

"Mereka pasti datang."

Mata Putri menyipit, curiga. "Lo tau dari mana? Mereka nggak ngomong apa-apa sama gue."

Sagar nyengir lebar. "Tadi gue nelepon sama Om Kemal, tanya bisa dateng ke sekolah nggak? Om Kemal bilang bisa, bentar lagi dateng."

"Lhaa terus gue gimana kalau Papa ngewakilin lo," pekiknya kesal karena Papanya lebih memilih Sagar dibandingkan dirinya yang notabenenya adalah anak kandungnya sendiri.

Sagar menimpuk kepala Putri dengan bukunya. "Terus lo anggap Tante Zihab siapa?"

Sambil mengusap kepalanya yang sakit Putri berpikir sesaat, jadi maksudnya kedua orang tuanya akan datang begitu? Untuk pertama kalinya mereka rela mengabaikan pekerjaannya. Kemudian matanya menatap Sagar terkejut kemudian memeluk cowok itu dengan senang.

"Lo yang bikin mereka dateng, kan?" Sagar tersenyum sebagai tanggapan. "Wahh, gue nggak percaya mereka bedua bakalan dateng ke sini setelah sekian lama. Makasih banyak, Aga ..."

Sagar tersenyum. "Sama-sama, anggap aja ini sebagai tanda terima kasih gue karena lo udah nerima gue di keluarga lo."

Putri merengut kemudian tersenyum. "Kita, kan, saudara ..."

"Ya, saudara."

"Kalian sedang ngomongin apa? Seru banget keliatannya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
His HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang