Keempat Belas
"Ada saat di mana aku ingin menghentikan waktu untuk selamanya. Yaitu saat ada kata-kata yang tidak ingin kudengar."
—Man From the Stars—
Mereka berdua duduk di meja pojok yang kebetulan kosong—meski tadi ada yang ingin menempati namun Noah malah mengusirnya dan menyuruhnya untuk duduk di lain tempat saja. Keren, sedikit ramah dan sedikit aneh itulah kesan Noah di mata Sagar. Lelaki bermata hitam itu menyilakan Sagar untuk duduk dan menyuruh salah satu pelayan di sana untuk membawa dua latte.
"Jadi kamu sudah menentukan pilihannya?" Noah bertanya saat pelayan yang membawakan latte sudah pergi.
Sagar mengerjap. "Eh, ya. Tapi Narakanya mana?"
Noah tersenyum. "Raka sudah kembali ke Jepang, dia nggak bisa lama-lama tinggal di sini."
"Kenapa?" Sagar teringat dengan kata-kata misteriusnya Naraka saat mereka hendak balapan.
"Banyak kerjaan yang harus diselesain. Dia nyuruh saya buat ngejelasin maksudnya. Tapi sebelum itu film mana yang kamu pilih, Snow White atau Little Mermaid."
Sagar menghela napas. "Tapi sebelumnya aku ingin tau, kenapa kamu dan Naraka menyuruhku untuk memilih."
Noah menarik napas panjang dan menyandarkan bahunya ke punggung kursi. "Karena itu berhubungan dengan hidupmu." Sagar mengerutkan keningnya tidak mengerti, Noah terkekeh. "Naraka terlihat aneh karena dia berbeda dari kebanyakan orang. Nggak ada orang yang bisa ngerti dia, makanya sekalinya dia bicara malah bikin semua orang bingung. Tapi siapa pun akan terkejut ketika mendengar kata-katanya.
"Mungkin nggak akan heran jika Naraka bisa membaca pikiran setiap orang—karena saya juga bisa melakukannya (membaca pikiran). Tapi Raka punya kelebihan lain lagi. Dia ... bisa mengetahui masa depan setiap orang. Sebab itulah Naraka terlihat aneh. Dan sepertinya dia melihat masa depanmu."
"Apa?" Respon Sagar benar-benar menyebalkan sesungguhnya. Namun siapa pun yang mendengar perkataan Noah pasti heran. Di dunia ini ada yang bisa membaca pikiran dan mengetahui masa depan setiap orang? Sungguh hebat atau sungguh aneh?! Sagar tidak tahu.
Di depannya Noah tertawa pelan, menatap Sagat seolah dia tahu jalan pikiran Sagar. "Terserah kamu ingin menganggapnya apa, tapi kami memang seperti itu. Saya bahkan tahu kalau kamu baru saja bertemu dengan ayah kandung kamu, benar, kan?"
Mata Sagar terbelalak, tidak ada siapa pun yang tahu kalau dia baru saja bertemu dengan Om Vano, tetapi Noah bisa menebaknya. "Wahh, jadi benar."
Noah mengedikan bahunya. "Jadi, mana yang kamu pilih?" Noah menaikan sebelah alisnya. "Little Mermaid?" tanyanya dengan nada terkejut.
Sagar tidak lagi terkejut saat Noah menebak pikirannya, namun yang membuatnya heran adalah kenapa Noah terkejut sekali saat dia memilih Little Mermaid.
"Kenapa Little Mermaid?"
Cowok itu gelagapan. "Oh itu, kurasa Little Mermaid lebih bagus. Dia hidup di air, kan?" Noah semakin menunjukan wajah heran. "Memangnya kenapa?"
Noah menghela napas panjang, kedua matanya menatap Sagar dengan serius. "Kamu memutuskan untuk memilih jalan hidup seperti Little Mermaid. Apa kamu tahu kalau kisah asli Little Mermaid sedikit nggak menyenangkan? Dia menolong sang pangeran, jatuh hati, namun nggak bisa bersama karena mereka dari alam yang berbeda. Kemudian Little Mermaid mendatangi penyihir laut—atau sebagainya—dan menukarkan lidahnya dengan sebuah kaki, namun setiap kali dia berjalan maka dia seperti berjalan di atas pisau. Dia akan sembuh jika Little Mermaid berhasil menikah dengan pangeran. Tapi sayangnya Little Mermaid gagal, karena pangeran jatuh cinta pada wanita lain dan pada akhirnya dia menghilang menjadi buih."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Half
Teen FictionSagar putus asa ketika dokter menyatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Tetapi Tuhan memberi kesempatan pada Sagar. Dia akan sembuh jika Sagar berhasil merubah seseorang menjadi lebih baik. Dan pilihannya jatuh pada Rhea-cewek nakal yang suka...