Kesembilan Belas
"Kelemahan dari sebagian manusia adalah keengganan mereka untuk mengatakan pada orang lain betapa mereka mencintai mereka ketika mereka masih hidup."
-Unknown-
Hari itu ketika Feri membawa Sagar ke markasnya, cowok itu menceritakan segalanya yang membuat Sagar terkejut, walau awal mulanya Feri langsung memojokan Sagar dan memberondongnya dengan banyak pertanyaan."Kenapa lo ngedeketin Rhea?!"
Sagar yang saat itu kehilangan orientasi setelah dipukul beberapa kali dan didorong oleh yang lainnya mencoba untuk berdiri, menatap Feri dengan datar. "Masalah kalau gue ngedeketin dia?"Feri melangkah dan mencengkram kerah baju seragamnya Sagar. "Tentu aja, jangan berani ngedektin Rhea kalau lo cuma mau main-main aja sama dia."
Sagar tampak tidak takut, dia tersenyum miring. "Lo pikir gue main-main sama dia? Dia cewek gue, tapi kenapa lo nggak suka kalau gue deket sama Rhea? Lo keliatan nggak suka sama Rhea tapi kenapa lo peduli banget sama dia."
"Itu bukan urusan lo!"
"Oke, gue percaya kalau itu bukan urusan gue, jadi ada baiknya lo lepasin gue!" Sagar menepis tangan Feri dan berbalik pergi namun Feri mencegahnya dengan menarik kerah baju Sagar seperti tadi kemudian memukul wajahnya.
Sontak Sagar geram, dia menepis tangan Feri dan berbalik memukul Feri sampai berdarah. Tatapannya dingin mengintimidasi, beberapa orang berniat menghampiri cowok itu namun Feri memberi isyarat untuk tidak melakukannya.
"Apa mau lo sebenarnya?" tanya Sagar berbalik mencengkram kerah baju Feri. "Jangan buat gue marah, lo nggak bakalan tau apa yang bakal gue lakuin sama lo!" Setelah itu Sagar hendak pergi lagi.
"APA ALASAN LO NGEDEKETIN RHEA?!" teriak Feri.
Sagar berhenti dan menoleh ke belakang. "Lo nggak perlu tau alasannya."
Feri menggeram kesal, tidak tahu kalau cowok yang selama ini terlihat pendiam dan sedikit aneh ternyata menakutkan juga. "Gue nggak akan bairin siapa pun ganggu hidup Rhea!"
"Lo pikir gue bakalan ganggu Rhea? Justru gue mau ngerubah dia jadi kayak dulu lagi. Jadi jangan ikut campur urusan gue."
Feri terdiam. "Gue bakal ikut campur selama itu menyangkut Rhea. Meski lo pengen ngerubah Rhea, dia nggak bakalan bahagia."
Kali itu Sagar terdiam lama, memikirkan kata-kata Feri sebelumnya.
"Lo temen kecilnya Rayya, kan? Yang sering dipanggil Fafab sama Rayya."
Sagar semakin terdiam, wajahnya berubah pucat ketika mengingat wajah perempuan kecil yang sering membantunya ketika mereka masih SD dahulu. Mereka memang teman sekelas, sekaligus tetangganya. Dia dekat dengan Rayya karena mereka sama-sama suka membaca buku ilmiah sedangkan Rhea-yang memang saat SD tidak satu sekolah-selalu tidak peduli pada lingkungan sekitar dan lebih suka menghabiskan waktunya dengan bermain piano.
Sebab itulah saat pertama kali bertemu, Rhea tidak mengenalinya sedangkan Sagar mengenalnya sebagai saudara sahabat masa kecilnya.
"Bener, lo temennya Rayya!" simpul Feri saat melihat kediaman Sagar. "Apa lo tau kalau Rayya udah meninggal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Half
Teen FictionSagar putus asa ketika dokter menyatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Tetapi Tuhan memberi kesempatan pada Sagar. Dia akan sembuh jika Sagar berhasil merubah seseorang menjadi lebih baik. Dan pilihannya jatuh pada Rhea-cewek nakal yang suka...