Kesebelas

1.8K 195 38
                                    

Kesebelas

"Tuhan selalu punya rencana-rencana rahasia yang mengejutkan buat makhluknya dan pasti yang terbaik."

—Film Tak Biasa—

"Jadi doa lo bener-bener terkabul?" Sagar bertanya, mengamati Samudera dengan pandangan mengejek.

Samudera berdecak kesal, jika dia bertemu dengan Sagar yang merupakan cowok tersinting yang pernah dikenalnya maka bisa dipastikan kalau hidupnya akan langsung runyam. "Menurut lo?"

Sagar malah nyengir, dia duduk di kursi dan melihat Samudera dengan seksama. Teman jauhnya itu terlihat sedikit lebih pucat dibandingkan terakhir mereka bertemu beberapa bulan yang lalu. "Kayaknya gitu, terus gimana sama Ayya? Dia pasti udah kembali 'kan?"

Tiba-tiba saja ingatan Samudera melayang pada Ayya, terakhir bertemu dengan Ayya, cewek itu menyuruhnya untuk menjauh karena risi. Dasar cewek! "Dia malah benci gue, kayaknya Ayya bener-bener ngelupain gue deh."

Sagar menaikan sebelah alisnya, Samudera tersenyum. "Dia malah nyuruh gue buat pergi, apa itu masuk akal? Dulu aja dia nyuruh-nyuruh gue buat diem di sampingnya, nggak boleh pergi. Eh sekarang, malah disuruh-suruh buat ngejauh. Apa dia nggak kalau gue ini kangen banget sama dia." Samudera mulai lebay, dia menepuk jantungnya. "Hati ini, hati ini sungguh sakit. Ahhh, mengapa Ayya tega ngelupain gue? Apa muka gue ini kurang ganteng sampai-sampai mudah dilupain gitu aja? Muka gue ini 'kan ngalain kegantengannya Song Hye Kyo."

Sagar mengerutkan keningnya, mengingat-ngingat. Setahunya Song Hye Kyo itu seorang wanita, walau dia tidak terlalu tahu mengenai aktris Korea tapi Putri kadang membicarakan aktris itu pada Nizam atau dirinya saat bersantai.

"Eh, bukannya Song Hye Kyo itu cewek ya?"

Samudera ikutan bingung. "Yang bener? Nggak papa deh, yang penting muka gue ganteng."

Sagar tertawa. "Ngomong-ngomong soal Song Hye Kyo, lo tau nggak kalau bentar lagi dia bakalan nikah?"

"Yang bener?" pekik Samudera heboh. "Sama siapa? Gantengan mana sama gue."

Sagar menabok kepala Samudera. "Gantengan gue juga kali. Tapi seru lho, dia nikah sama Song Jong Ki, itu yang jadi tentara. Hebat kan? Lo patah hati nggak?"

"Yang mana sih orangnya? Gue belum pernah liat jelas." Kemudian Sagar mengeluarkan hapenya dan memperlihatkan foto Song Hye Kyo, mereka fokus melihat foto-foto sambil berkomentar kalau Song Hye Kyo memang cantik, tapi sayang dia mau nikah.

"Tapi, Gar, gue baru sadar, lo fanboy ya?" tuduh Samudera. "Cowok kayak lo pasti suka ngegosip nggak jelas kayak gini nih."

Sagar cemberut. "Ngegosip itu seru kali," katanya tersenyum. "Tapi nggak juga sih, gue cuma tau kalau dia bakalan nikah. Eh gilaa, di time line FB penuh sama berita mereka. Gue aja sampai nggak bisa update status."

"Kayak lo suka update aja."

"Ishh, jangan salah gue ini pergaulannya luas kali sisi," cengirnya sambil membentangkan tangan hingga mengenai wajah Samudera. "Gue 'kan nggak kayak lo yang kudet banget."

"Nggak usah ngehina juga kali." Samudera seperti tersadar akan sesuatu. "Eh, kenapa kita malah ngegosip nggak jelas. Kayaknya lo mulai nggak waras deh, Gar."

"Njirr, lo ngatain gue gila? Hati gue jadi sakit."

Samudera terkekeh, bersama Sagar membuatnya sedikit lebih tenang. "Lalu bagaimana sama misi lo? Lo beneran milih Rhea buat jadi target lo. Terus lo beneran percaya kalau lo bakalan sembuh kalau berhasil ngerubah Rhea?"

Mendadak wajah Sagar berubah serius. Dia menyandar ke kursi. "Awalnya gue nggak percaya, kalau gue bisa sembuh kalau bisa ngerubah Rhea. Tapi waktu gue liat lo waktu itu, liat lo sekarang. Gue jadi percaya."

"Kalau Rhea suka sama lo gimana. Bukannya itu kelemahan dari misi ini."

Sagar menerawang. "Gue nggak tau, tapi anehnya gue nggak bisa berhenti mikirin Rhea, apa itu wajar? Bahkan gue sampe rela balapan cuma bisa buat Rhea percaya sama gue kalau gue sungguh-sungguh."

Samudera terkekeh. "Gue juga kayak gitu sama Ayya, wajar sih. Karena itu artinya lo mulai suka sama Ayya. Apalagi selama ini lo sering merhatiin dia, tapi yang jadi masalahnya, apa lo bisa nahan perasaan Rhea buat nggak suka sama lo."

Kali itu Sagar tertegun. "Gue nggak bisa nahan perasaan orang lain 'kan?" Matanya memandang Samudera, tentu saja cowok itu pasti mengerti maksudnya. "Biar pun gue bakalan mati nanti, nggak papa. Toh gue juga nggak bisa berbuat apa-apa."

Samudera diam, mengerti maksud Sagar. Hidup cowok itu tidak jauh beda sepertinya, dan mungkin saja lebih parah darinya mengingat selama ini Sagar hidup sebatang kara. Ibunya meninggal saat Sagar masih kecil, sedangkan ayahnya pergi dan menikah dengan perempuan yang sudah menjadi selingkuhannya.

"Kadang gue pikir, untuk apa gue ngelakuin semua ini? Gue hidup sendiri, buat apa gue berjuang hidup juga."

"Rhea 'kan? Rhea yang jadi alesan lo."

Sagar tersenyum miring, ternyata bicara dengan Samudera membuat sisi emosionalnya tersentil. Dia belum siap bicara seserius ini dengan siapa pun, termasuk Samudera sendiri.

Mengalihkan keadaan, Sagar menyuruh Samudera untuk mengambil air minum di kulkas karena dia kehausan setelah bicara dengan cowok itu. Samudera menurut, dia mengambil minum di kulkas namun saat dia kembali mulutnya sedikit terbuka saat melihat Sagar sedang duduk di atas bed sambil memakan jeruk dan apel yang dibawa Dino tadi malam.

Cowok sinting satu itu!

"Di sini gue yang sakit, tapi kenapa lo yang malah ngabisin buah-buahan milik gue," teriak Samudera kesal.

Sagar nyengir lebar, dia membalas Samudera setelah menelan jeruk terakhirnya. "Jangan gitu, gue juga lagi sakit," katanya sambil menepuk dadanya sendiri. "Gue juga tamu, udah sepantasnya gue makan makanan yang tersedia."

"Emang gue pernah nyuruh lo buat makan? Elo juga tamu nggak diundang."

"Ahh, jantung gue semakin sakit aja," desah Sagar menatap Samudera.

"Sana lo pergi aja, eneg gue liat muka lo terus."

Sagar hampir menangis. "Jahat banget sih sama gue. Emangnya gue salah apa sama lo?" Dia turun menghampiri Samudera. "Ya udah deh, gue pergi dulu. Baik-baik, kalau lo sekarat jangan lupa kasih tau gue, siapa tau kita mati bareng-bareng."

"Kampret!"

Sagar tertawa kencang, dia mengedipkan matanya lalu beranjak pergi. Namun baru juga beberapa langkah, Sagar kembali lalu mengambil botol minum dari tangan Samudera.

"Jangan lupa kabarin gue, dan jangan kangen sama gue ya."

"LO PIKIR LO SIAPA SAMPAI GUE KANGENIN!!" teriak Samudera marah.

Sagar buru-buru menutup pintu sambil tertawa, namun tawanya harus berhenti ketika melihat seorang lelaki paruh baya sedang duduk di seberangnya, melihat wajahnya yang tertegun, sepertinya lelaki paruh baya itu sangat terkejut melihat keberadaan Sagar.

Sagar mundur ke belakang, kepalanya mendadak pusing ketika ingatan itu merasuk ke dalam kepalanya.

"Sagara?" panggil lelaki paruh baya itu.

Namun sayangnya Sagar malah terus berjalan tanpa menghiraukannya. Wajahnya mengeras, menandakan kalau dia sedang marah besar.

"Siall," teriaknya begitu keluar dari rumah sakit. Beberapa orang memandangnya, namun Sagar tidak peduli. Jika lelaki paruh baya itu datang maka hidupnya akan benar-benar kacau!

Baru juga melangkah tiba-tiba saja tiga orang cowok menahan langkah Sagar dan menyuruhnya untuk ikut bersama mereka.

"Siapa kalian?" tanyanya.

"Lo pikir lo bisa kabur gitu aja setelah ngelakuin semua itu sama Moza?" Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja Feri berdiri di hadapan Sagar. "Ikut gue!"

Dan Sagar hanya bisa pasrah ketika sesuatu yang buruk menimpanya.

***

His HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang