Keduapuluh Sembilan

2.4K 206 58
                                    

Mulmed-> In My Dream, SuJu KRY

***

Keduapuluh Sembilan

"Aku berharap akan tetidur seperti ini selamanya, dan terbangun dengan kehadiranmu meski pun aku berharap ini bukan mimpi. Seperti hari ini, aku tertidur dengan merasakan kehadirannya."

-In My Dream, SuJu KRY-

"Wahh, permainanmu makin bagus aja. Hebatt!" Tiba-tiba saja Sagar berdiri di samping Rhea, tersenyum lebar mengamati Rhea yang sedang bermain piano.

"Sagar!" pekik Rhea terkejut.

Sagar cemberut. "Ishh, manggilnya yang lembutan dikit napa. Berasa kayak hantu aja diteriaki kayak gitu."

Rhea berdecak, "Lo emang hantu, jangan ngeles."

"Rhea, jahat, ihh. Sama pacar sendiri, kok, gitu. Hatiku jadi sakit."

Meski Rhea mencibir namun dalam hati dia tersenyum melihat tingkah Sagar. Dia berhenti bermain piano dan berbalik hingga menatap Sagar sepenuhnya. Cowok itu kelihatan baik-baik saja, tidak pucat seperti yang terakhir kali dia lihat.

"Lo-nggak papa?" tanyanya ragu.

Sagar menaikan sebelah alis, kemudian tersenyum. "Emang aku kenapa? Ihhh, senengnya diperhatiin sama pacar sendiri. Jadi gemes deh," katanya lalu mengacak rambut Rhea.

Cewek itu berdecak, apa cowok satu ini tidakbisa besikap serius sedikit saja? Kenapa tingkahnya kekanak-kanakan sekali. "Sagara, gue nggak lagi bercanda."

"Aku tau," sahutnya kemudian menarik tangan Rhea. "Kita jalan-jalan, yuk. Mumpung cuacanya lagi cerah, kita bisa jadi liat bintang gitu."

Sebenarnya Rhea tidak mau tetapi Sagar memaksa dan membawanya keluar menyusuri jalanan ibu kota yang masih saja ramai di malam hari. Sagar tidak banyak bicara, dia hanya tersenyum sambil sesekali mengeratkan pegangan tangannya. Rhea juga tidak banyak bicara, dia hanya terlalu senang bertemu dengan Sagar lagi.

"Kenapa lo nggak dateng pas acara perpisahan kemarin?" tanya Rhea, sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan pada Sagar namun Rhea menahannya. Dia takut Sagar kesal padanya karena banyak bertanya.

"Aku pengen liat, tapi telat, juga nggak bisa. Ada urusan yang harus aku selesein."

"Kayak orang sibuk aja. Emangnya urusan apa?"

Sagar menatap Rhea lama sampai cewek itu sedikit malu. "Urusan hidup dan masa depan seseorang." Mendadak wajah Rhea berubah murung. Sagar yang seolah sadar dengan perubahan sikap Rhea langsung menambahkan. "Jangan pernah mikir kalau aku selingkuh dari kamu. Kamu tetap perempuan yang paling aku sayangi setelah mama. Kamu bagai matahari yang menyinari hidup aku yang gelap, kamu bagai alunan melodi yang selalu mengisi kesunyian di hatiku, kamu bagai-"

"Ishh, gue nggak tau kalau lo ternyata alay," potong Rhea sambil membekap mulut Sagar.

Sagar malah tersenyum dan menurunkan tangan Rhea dari mulutnya. "Aku nggak lagi ngegombal, Sayang. Aku serius," katanya. Wajah Rhea berubah merah ketika Sagar menatapnya dalam penuh perasaan. "Kalau aku pergi, kamu bakalan sedih?" tanyanya tiba-tiba.

"Apa?"

"Nggak papa kalau aku pergi sekarang?" Sagar mengulangi pertanyaannya. "Selama ini aku bertahan hidup buat kamu. Semenjak Mama meninggal aku nggak punya alasan, Papa ninggalin aku dan bahagia sama keluarga barunya. Sebelum ketemu kamu, aku selalu ngelewatin minum obat, ngebiarin jantung aku sakit dan berharap Tuhan segera mencabut nyawa aku."

His HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang