Kelima Belas

1.6K 174 5
                                    

Kelima Belas

"Terkadang kebohongan demi kebaikan bisa menyakiti."

-Hello! Kin-iro Mosaic-


Hari itu ketika Sagar tengah bersiap-siap pergi ke sekolah untuk pertama kalinya, Tante Dena datang, tersenyum melihat Sagar yang antusias bisa masuk sekolah.

"Anak Mama udah siap rupanya."

Sagar tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang ompong. "Siap, Ma. Kapan kita berangkat? Sekarang? Apa Papa juga bakal ikut?"

Tante Dena diam sesaat, meski bibirnya tersenyum namun matanya tidak. Sayangnya Sagar kecil tidak menyadari hal tersebut. Dia hanya mengira kalau Papanya akan datang seperti Papa lainnya yang mengantar anaknya ke sekolah.

"Papa lagi kerja, dia nggak bisa ikut ke sekolah."

Sagar merengut. "Kok, Papa kerjanya nggak pernah berhenti? Dari dulu kerja terus, Papa juga nggak pernah pulang lagi. Apa pekerjaan Papa banyak banget?" Sagar bertanya dengan polos.

Tante Dena mencoba untuk tersenyum, meski rasanya sangat susah. Dia menganggukan kepalanya, mengusap rambut Sagar dengan sayang. "Hem, kerjaan Papa banyak banget makanya Papa nggak bisa pulang ke rumah. Tapi nanti juga pasti pulang, kok."

Senyum Sagar melebar. "Dan nganter Sagar ke sekolah? Kayak anak lainnya."

Tante Dena mengangguk dengan sedih. Namun Sagar menyadarinya. "Tapi kenapa Mama keliatan sedih? Mama nggak suka kalau Sagar sekolah."

Tante Dena buru-buru menggeleng. "Nggak, Mama seneng banget Sagar bisa sekolah. Kamu harus jadi anak pinter, biar semua orang seneng liat kamu."

"Kayak Papa? Mama sama Papa temen-temen Sagar bilang kalau Papa itu orang yang hebat. Sagar juga mau kayak Papa biar semua orang seneng sama Sagar."

Tante Dena tidak mampu berkata-kata, dia hanya mengangguk dan bilang pada Sagar kalau Papanya akan datang nanti namun mereka harus masuk sekolah dahulu takutnya nanti kesiangan.

Walau sedikit merasa sedih saat melihat teman-temannya diantar oleh ayahnya Sagar tetap tersenyum juga. Dia menatap Mamanya dengan sayang.

"Mama pergi kerja aja, biar Sagar sekolah."

"Nggak khusus hari ini biar Mama tunggu kamu."

Sagar menggeleng keras, dia menangkup pipi Tante Dena dengan dua tangan kecilnya. "Mama nggak percaya ya sama Sagar? Sagar, kan, udah besar. Sagar bisa belajar dengan baik, Mama nggak perlu cemasin Sagar. Pergi kerja aja biar nanti waktu Sagar libur kita pergi bersama-sama."

"Sagar ..."

"Cepat pergi, Sagar nggak mau disebut anak manja."

Tante Dena terkekeh, dia mengusap kepala Sagar. "Ya udah, kalau gitu Mama pergi dulu. Nanti Mama jemput lagi, sekalian makan siang." Tante Dena maju dan memeluk Sagar. "Maafin Mama, lain kali Mama bakal tungguin kamu, ya."

Sagar menganggukan kepalanya. "Nggak papa, Mama pergi aja." Setelah mencium kening Sagar, Tante Dena kembali masuk ke dalam mobilnya. Sagar melambaikan tangannya. "Dadah, Mama!"

Dan ketika mobil Tante Dena menghilang, senyum di wajah Sagar menghilang. Dia melihat Papanya sedang berdiri bersama seorang wanita dan anak kecil. Tatapan Papanya pada anak kecil dan wanita itu membuat Sagar iri. Kenapa Mamanya berbohong padanya kalau Papanya sedang bekerja padahal kenyataannya Papanya sedang di sini.

His HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang