5: jangan bilang siapa-siapa

1.5K 275 56
                                    

     "ka-karena mau gue izin atau enggak, nggak akan ada yang peduli." seungwan membanting sendoknya di atas meja.

suara besi yang beradu dengan meja kayu, apalagi dibanting dengan keras, cukup membuat seisi kedai melirik ke arah mereka. chanyeol agak merasa malu, namun melihat seungwan yang kelihatannya lebih malu, ia berusaha menyembunyikan malu yang dirasakan.

chanyeol mengambil sendok yang sempat dibanting dan sehelai tisu, membersihkannya dengan pelan kemudian menaruhnya kembali di piring seungwan. dengan ragu, chanyeol menatap seungwan yang sedang menunduk, berkata, "kenapa, wan? cerita aja. rahasia lo aman sama gue."

seungwan diam sejenak. "gue... tinggal di rumah tante gue. ortu gue nggak tahu ke mana perginya. bahkan mereka nggak pernah ngabarin apa-apa lagi sejak beberapa tahun yang lalu," cerita seungwan. suaranya agak tersendat, menandakan bahwa sebetulnya ia sulit sekali untuk menceritakannya.

chanyeol mengeratkan kedua tangannya di atas pangkuan, bingung harus bertindak bagaimana, melihat seungwan yang mulai berkaca-kaca.

"seingat gue, waktu gue masih kelas tiga SD, ibu dan ayah gue mulai sering berantem, dan beberapa hari setelahnya, ibu gue pergi duluan. nggak lama setelah itu, gue dan kak naeun dititipin di rumah tante junghee. orang tua gue udah nggak tahu pergi ke mana, tante junghee pun nggak tahu. setelah itu, gue rasa nggak ada yang peduli lagi sama gue."

terdengar isakan kecil lolos dari bibir seungwan, membuat chanyeol langsung berdiri dan pindah tempat ke sebelah seungwan. tangan kanannya bergerak ragu untuk mengusap bahu kanan gadis itu.

"maaf. jadi marah-marah deh," ucap seungwan kaku sembari menyeka air matanya yang jatuh.

"ya udah, kalo nggak mau lanjut cerita juga nggak apa-apa. jangan nangis di sini, oke? dilihatin orang-orang." chanyeol mengernyit prihatin, mengusap bahu seungwan perlahan.

"iya, kak. gue cuma... kangen rasanya punya ortu kandung."

"iya, wan. gue paham."

hingga pada saat chanyeol mendekapnya dalam pelukan, seungwan rasa, ia akan selalu aman.

"jangan bilang siapa-siapa ya."

●●●

20.47

beberapa kali ketukan di pintu yang disebabkan oleh tangan chanyeol, kemudian pintu tersebut dibuka lebar oleh naeun.

terukir jelas pada wajah naeun bahwa ia mengkhawatirkan kondisi adiknya sekarang. "kamu nggak kenapa-kenapa kan, wan?"

naeun dengan cepat menghampiri seungwan yang menunduk di sebelah chanyeol, dan merebut seungwan dari chanyeol. memutari tubuhnya, memastikan apakah ada luka. kemudian, naeun teringat sesuatu.

"lo nggak macem-macemin adik gue kan, yeol?!"

kini chanyeol berkeringat dingin, hanya tinggal menunggu atau mengulur waktu dari ajalnya.

chanyeol dengan panik mengangkat kedua tangannya hingga sedada, berusaha menenangkan naeun. "tu-tunggu, tunggu, biar gue jelasin dulu—"

"halah, banyak bacot lo! sini gue tonjok—"

"naeun! apaan sih kamu?"

suara wanita dewasa dari dalam rumah membuat chanyeol serta seungwan dan naeun tersentak. lalu, muncul sosok wanita berusia empat puluhan yang chanyeol duga adalah yang tadi disebut-sebut oleh seungwan, yaitu tante junghee. langsung saja chanyeol membebaskan diri dari kepalan naeun yang nyaris mengenai hidung mancungnya beberapa senti lagi.

"anu... tante junghee ya? saya chanyeol..." dengan gugup chanyeol menyalimi tangan tante junghee. "maaf, saya nganternya lama. tadi saya sempet makan bareng sama seungwan dulu. soalnya dia kelihatan laper banget—"

"tunggu," potong naeun. "dari mana lo tahu nama tante gue?"

chanyeol melirik seungwan, kemudian tersenyum. "lagian, lo nggak mau dengerin penjelasan gue dulu sih, na."

"oh, kalo gitu masuk dulu, chanyeol," ajak tante junghee dengan ramah. tentu chanyeol mengiyakan.

ketika mereka duduk di ruang tamu yang cukup kecil, chanyeol pun menceritakan segalanya secara runtut. bagaimana ia menjemput seungwan, bagaimana perut seungwan berbunyi, dan bagaimana seungwan bercerita tentang keluarganya kini.

soal bagaimana seungwan menangis, ia sengaja tidak menceritakannya.

biar yang itu jadi rahasia kecil antara dia dan seungwan saja.

●●●

21.07

"kalo gitu, saya pulang dulu ya, tan," pamit chanyeol seraya kakinya kembali menopang tubuh jangkungnya.

"bener, nggak mau minum dulu?" tanya tante junghee.

chanyeol menggelengkan kepala lalu mengangkat sebelah tangannya di depan dada. "nggak, tante. cukup kok. lagian, udah malam. minhyung aja udah tidur kan?"

"oke deh, kalo gituㅡ" ucapan tante junghee terpotong karena ada suara telepon rumah yang berbunyi di ruang lain. tante junghee menengok ke arah naeun dan seungwan. "na, wan, anterin dia ke depan rumah ya. tante angkat dulu teleponnya."

naeun dan seungwan pun mengiringi chanyeol ke depan rumah mereka. chanyeol hendak pamit, namun naeun membuka mulut.

"sori, soal yang tadi. abisnya lo mencurigakan sih," ucap naeun tersipu-sipu karena tadi nyaris membuat patah hidung chanyeol.

chanyeol terkekeh, "santai aja kali dah. nggak usah dipermasalahin lagi." ia tersenyum, berjalan mundur, lalu berkata, "sip, gue pamit ye!"

"sip. bye," naeun melambai pada chanyeol, dan chanyeol mengangguk.

mata chanyeol teralih pada seungwan yang hanya diam di sebelah naeun. kakinya bergerak melambat. "dah, seungwan."

mata seungwan melebar melihat chanyeol yang tersenyum padanya. kemudian, ia tersenyum kecil.

"dah, kak."

chanyeol memberikan cengirannya, lalu menaiki motornya, menyalakan mesin motor tersebut, menggunakan helm, dan menghilang dari pandangan seungwan serta naeun.

diam-diam seungwan tahu, sebelum chanyeol menancapkan gas, mata chanyeol mengarah padanya.

"CIEEEEE! uhuuuy!" sorak naeun sembari menusuk-nusuk pinggang seungwan dengan jari telunjuknya. "gimana tadi, dicium nggak?"

"enggak, kakak!" elak seungwan sembari menepis tangan naeun berulang kali.

naeun tertawa, kemudian bergegas masuk ke dalam rumah sembari berkata, "tante junghee! seungwan tadi dicium sama chanyeol!"

"boong, tante!"

added youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang