29: jangan bilang siapa-siapa (juga)

415 50 2
                                    

17.49

⠀⠀chanyeol kadang cekikikan sendiri di mobil. seungwan lama-lama heran.

"kenapa?" tanya seungwan, menganalisis.

"enggak," jawab chanyeol. ia menempatkan tangannya di dahi, lalu menyisir rambutnya ke belakang. "keluarga gue aneh nggak sih, wan?"

"enggak kok. malah seneng sih, ramah banget. punya ibu yang baik, adik yang lucu, kakak yang ajaib..."

chanyeol terbahak. lalu sekilas-kilas menatap seungwan. "kak yoora ajaib ya?"

seungwan ikut tertawa. "iya. ajaib. tapi dia baik banget kok."

"iya," jawab chanyeol menyetujui sembari tersenyum.

ada detik-detik sunyi yang mencekik di dalam mobil.

"oh iya, soal papa." chanyeol membuka suara. seungwan hampir kelupaan perkara itu. "pas gue baru-baru selesai ujian nasional, rumah mulai tuh sering berisik. gue atau kak yoora awalnya nggak tahu masalahnya apa, terus tiba-tiba papa pergi ninggalin rumah. nggak ada pamit, nggak ada ucapan." chanyeol menghela napas. "ternyata papa selingkuh sama temen kantornya."

seungwan diam mendengarkan chanyeol dengan baik.

chanyeol tersenyum sebentar pada seungwan. lalu ia melanjutkan, "ya udah. untung aja nyokap gue ada pekerjaan tetap jadi orang kantoran. jadi, hidup gue nggak ribet-ribet amat lah. terus... papa kadang halo-halo dikit di telepon. tapi, gue nggak pernah mau angkat teleponnya sih. gue nggak mau pas gue angkat, malah keceplosan marah-marah."

seungwan mengangguk-angguk, tersenyum. chanyeol juga mengangguk-angguk sembari membalas senyumnya.

"udah sih, wan. gitu aja ceritanya. udah nggak penasaran kan, kenapa papa nggak ada di rumah?"

seungwan mengangguk lagi. "iya, kak. maaf ya kalau kepo."

"nggak apa-apa, lagian cepat atau lambat emang harus diceritain kan."

"iya, kak."

chanyeol merasa bisa menceritakan lukanya dengan seungwan adalah hal terbaik yang pernah ia lakukan.

ketika jalanan di depan tampak ramai, chanyeol menghela napas lagi, lalu menatap seungwan.

"wan," panggil chanyeol.

"ya?"

"mama atau kak yoora nggak tahu kalau papa masih suka telepon. kalau tahu, pasti marah." mata chanyeol kembali terfokus pada jalanan, sebelum bibirnya berkata, "jadi, jangan bilang siapa-siapa ya."

seungwan menyadari sesuatu, lalu ia terkekeh. "iya, kak. nggak akan bilang siapa-siapa."

●●●

13 hari kemudian.
17.33

"skor! yes!"

bola basket itu lagi-lagi lolos di ring basket oleh tangan jongin. chanyeol mengerang sebal.

"udah ah, capek!" katanya menyerah.

jongin tertawa. "cemen lo, yeol! baru bentar udah nyerah."

"lagi kurang mood aja main basket."

"halaah."

chanyeol membaringkan dirinya di tengah-tengah lapangan basket.

"kenapa sih?" tanya jongin penasaran. ia duduk di sebelah chanyeol yang sedang tidur-tiduran, menyeka keringatnya lalu menenggak rakus botol minum miliknya.

"gue bingung nih," ucap chanyeol. "galau banget dah. gue udah ngerasa deket sama seungwan, jong," ceritanya, sambil mengambil posisi duduk yang nyaman. "kalau gue nembak seungwan dia nerima apa enggak ya? kecepetan nggak ya?" ia menggaruk kepalanya. "lo kan sepupunya nih..."

"iye, iye, iye," sahut jongin asal, sedikit menyela chanyeol. "ya menurut lo sendiri gimana? udah saatnya apa belum?"

"udah nih, gue udah mantep banget, pede banget!"

"idih."

"ya jadi gimana?"

"coba tanya naeun deh."

"apaan sih, gue mau minta saran malah dilempar-lempar ke orang lain gitu udah kayak kuis di tivi-tivi."

"hahaha, abis bingung juga mau kasih sarannya gimana."

mereka diam, di sela-sela gerombolan burung yang saling cuit-cuitan. langit mulai gelap dan keunguan. chanyeol menghela napas. ia mengambil bola basket yang ada di sebelah jongin, lalu melemparnya ke arah jongin yang sedang meminum air, membuat temannya tersedak kaget, menyemburkan segala yang sempat masuk di tenggorokannya.

"woi, kok gitu sih?" teriak jongin marah sambil batuk-batuk, seraya chanyeol yang berdiri dan berjalan meninggalkan lapangan untuk meraih sepeda miliknya.

"kalau gue diem aja nggak akan selesai-selesai," jawab chanyeol lantang. "gue mau nembak seungwan sekarang juga!"

"hah?" jongin menatap cowok itu seperti sedang menatap orang gila. dengan wajah yang masih belepotan air, jongin berkata, "lo udah gila ya?"

chanyeol tidak menjawab sepatah kata pun, lalu menggowes sepedanya, membiarkan dirinya ditelan belok jalanan. meninggalkan jongin yang masih ternganga.

menuju ke rumah seungwan.

●●●

17.45

kaki kiri chanyeol terhenti untuk menahan sepedanya. ia melihat rumah seungwan dari ujung gang. dahinya berkeringat karena letih dan gugup.

ia melihat seungwan dan minhyung sedang merawat tanaman mereka di halaman rumahnya.

"kalau gue diem aja nggak akan selesai-selesai," ucapnya sekali lagi. sudah berkali-kali dia mengucapkan kalimat itu untuk menyemangati dirinya sendiri, seolah-olah mantra sihir yang menjadi anti gugup.

added youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang