34: "supposed to leave by half-past eight, you wait for a bit."

521 62 7
                                    

21.26


⠀⠀"kamu mau nggak, jadi pacarku?"

tepat di saat seungwan melontarkan kata-kata itu, lagu yang sedang diputar berangsur-angsur decrescendo. membuat chanyeol--dan bahkan orang-orang di dekat mereka--menengok terkejut ketika mendengarnya.

seungwan diam mematung. chanyeol juga.

jantung mereka bergemuruh hebat, sehebat-hebatnya. kepalanya pening. wajahnya terbakar. jari-jari tangannya kesemutan mendadak. ada sesuatu berdesir jalan-jalan di tulang punggungnya. sendi-sendinya dikelitiki seribu ulat. tulang kakinya diganti menjadi spageti. perutnya berisi kupu-kupu--atau bahkan, kebun binatang.

ketika drum dari lagu 'then because she goes' bertabuh, nuansa ruangan itu tiba-tiba berbeda warna, menjadi putih kemerahmudaan. lampu-lampunya berkedip seraya dengan dentuman-dentuman lagu itu.

keduanya masih sama-sama mematung menatap seluruh ruangan yang sudah terasa berbeda. matanya hampir tak berkedip, mencoba untuk mencerna apa yang terjadi.

mereka diam. napasnya berat.

"kenapa kamu ngeduluin sih. padahal aku mau ngomong duluan." chanyeol akhirnya membuka pembicaraan sambil terkekeh, mencoba membuat kontak mata dengan seungwan. "mau, wan," lanjutnya.

seungwan melirik takut-takut pada chanyeol yang berdiri jangkung di sampingnya. tak berkata apapun.

"aku mau," ulangnya. mulutnya menggantung sebentar, sebelum ia berkata, "jadi pacar kamu."

di tengah sorotan lampu berwarna merah muda yang memantul di kulit hangat mereka, menutupi warna merah asli yang membakar pipi. dua pasang bola mata terang dan tubuh itu saling berhadapan, pada akhirnya.

telinganya penuh dengan dentuman dari lagu. ingar bingar teriakan dan nyanyian semua orang di sekelilingnya. percakapan di isi kepala.

tubuh chanyeol mencondong, selagi tangannya meraih wajah seungwan, membiarkan bibirnya mencari bibir lain milik gadis yang berada di hadapannya.

chanyeol memejamkan kedua matanya. mengundang seungwan untuk melakukannya pula. menciumnya dengan pelan. sangat pelan dan hati-hati.

ada rasa dingin dan panas di saat yang bersamaan, sewaktu bibir keduanya saling bersentuhan.

"aku nggak suka lihat kamu nangis," ucap chanyeol di sela-sela kecupannya. dahinya mengernyit, telapak tangannya meraba pipi seungwan masih dengan kelopak matanya yang tertutup erat.

tangan seungwan mencari wajah chanyeol dalam pandangannya yang gelap. mengelusnya. merasakan kulit chanyeol menempel di pipinya yang lembap karena habis menangis. menghargai detik demi detiknya.

telinga mereka yang tadinya penuh dengan dentuman dari lagu, ingar bingar teriakan dan nyanyian semua orang di sekeliling, serta percakapan di isi kepala, kini kosong melompong.

yang ada hanya mereka berdua.

●●●

23.23

mobil chanyeol berhenti tepat di depan rumah seungwan. keduanya terdiam tak berkutik.

chanyeol mengatupkan bibirnya. buku jari telunjuknya bermain di bawah hidung. "nggak apa-apa kan, kalau kamu pulangnya jam segini? nggak akan dimarahin naeun atau tante junghee kan?"

"enggak, chan," jawab seungwan cepat. "aku udah izin."

padahal, sejujurnya seungwan hanya diizinkan sampai jam setengah 9 saja oleh naeun. tapi, jauh di lubuk hatinya, ia ingin menghabiskan waktu bersama chanyeol lebih lama lagi.

"oke."

"iya."

sunyi. nyenyat.

"ya udah, aku pulang dulu ya," ujar seungwan, melihat chanyeol yang masih berkutat pada setir mobilnya, tak menatapnya sama sekali.

"iya, wan."

jemari seungwan meraih dan membuka pintu, sementara kaki kirinya pelan-pelan keluar dari mobil.

"wan." tangan chanyeol menarik tangan milik seungwan dengan cepat.

seungwan terkejut, matanya membelalak. ia langsung menyahut, "ya?"

diraihnya tengkuk seungwan oleh chanyeol, lalu bibirnya disergap dengan kecupan yang singkat.

tatapan mereka lalu menyatu. dekat. sebelum akhirnya tangan seungwan menangkup pipi kiri chanyeol dan mengecup pipi kanannya.

"udah, ah!" seru seungwan sesudahnya. "jangan bikin lama-lama, chan. aku mau pulang."

chanyeol tersenyum geli. entah mengapa, perempuannya terlihat lebih memancar dan manis dari biasanya.

"wan," panggilnya. tangannya menarik kembali tangan seungwan ketika perempuan itu hampir mengeluari mobilnya. bibirnya mengerucut. "cium sekali lagi?"

"nggak."

ditutupnya pintu mobil, lalu sebelah tangan seungwan melambai-lambai seraya kendaraan roda empat itu berlalu.

ketika pintu rumah dibuka, wajah naeun yang semrawut mau marah-marah, diubah menjadi supersenang dalam sekejap oleh seungwan, saat tangannya mengulurkan tote bag yang berisi album dan merchandise lainnya di dalam.

"baik bangeeeeet siiih," ujar naeun manja sesudah menerima tas tersebut, memeluk adiknya sebentar, lalu membuka jalan. "ayo, silakan masuk, adikku."

seungwan tersenyum aneh melihat tingkah kakaknya yang juga aneh. ia menggeleng-geleng sambil melangkah masuk rumah.

"eh, wan." naeun buru-buru mengunci pintu dan mengejar langkah seungwan. "gimana tadi? seru?"

"seru." balas seungwan ragu. pasalnya, jarang sekali naeun menanyakan perihal aktivitasnya.

"dicium nggak?" goda naeun, mencubit-cubit pelan pinggang seungwan, membuatnya bergidik dan menghindar.

"kenapa kamu selalu nanya kayak begitu sih setiap aku pulang jalan sama chanyeol?"

"lah, bener apa enggak? ayo, ceritain!" titah naeun, menuntut jawaban yang diinginkan.

"nggak ada yang perlu diceritain!"

"jangan bohong dong."

"kak naeun, udah ah!"

"tuh kan. tanteee, seungwan abis dicium nih..."

"kakak, apaan sih!"

added youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang